NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 5: Teknik Dasar Sekte yang Membosankan

Fajar di Sekte pedang Awan Hening selalu datang bersama kabut tipis dan suara gong yang menggema dari puncak gunung. Setiap pagi, murid luar dan pelayan diwajibkan berkumpul di halaman latihan untuk melakukan pernapasan dasar yang disebut Teknik Awan Tenang.

Yu Chen berdiri di barisan paling belakang, mengenakan pakaian latihan lusuh yang diberikan semalam. Napasnya masih berat setelah malam sebelumnya, tapi ia berusaha mengikuti gerakan yang diperagakan oleh instruktur.

“Tarik Qi dari bumi, tahan di dada, lalu hembuskan perlahan. Rasakan keseimbangan antara napas dan alam,” kata sang instruktur dengan nada datar.

Bagi sebagian murid, teknik itu sederhana dan menenangkan. Tapi bagi Yu Chen, rasanya kosong. Setiap kali ia mencoba menyalurkan Qi sesuai petunjuk, tidak ada yang terjadi. Udara hanya masuk dan keluar seperti biasa, tanpa sedikit pun getaran energi yang ia kenal dari Teknik Naga Mengubah Tulang.

Ia menatap sekeliling. Para murid lain tampak fokus. Beberapa di antara mereka bahkan sudah bisa menghasilkan kabut putih tipis di sekitar tubuh — tanda bahwa mereka berhasil menarik Qi spiritual dari lingkungan.

Yu Chen menarik napas pelan. “Kalau aku hanya melakukan ini setiap hari… aku tidak akan berubah apa-apa.”

Setelah latihan pagi, para pelayan diberi tugas tambahan. Ada yang harus mengisi ulang air di kolam roh, ada yang membersihkan altar, dan sebagian lagi membantu memindahkan peti pil dari gudang. Yu Chen mendapat tugas terakhir, dan ia menerimanya tanpa banyak bicara.

Peti-peti itu berat. Biasanya dibawa berdua, tapi kali ini ia mencobanya sendiri. Tubuhnya masih nyeri, namun setelah menarik sedikit Qi dari dalam, tenaga tambahan mengalir di otot-ototnya. Peti itu terangkat dengan mudah, seolah bobotnya hanya separuh.

Beberapa pelayan lain memperhatikan, bisik-bisik kecil terdengar. “Anak baru itu kuat juga, padahal akar spiritualnya paling rendah.”

“Jangan-jangan dia cuma keras kepala.”

Yu Chen pura-pura tidak mendengar. Ia tidak butuh perhatian, hanya ruang untuk berlatih.

---

Malam tiba lebih cepat di lembah sekte. Setelah para murid dan pelayan selesai makan, lonceng malam dibunyikan sebagai tanda jam istirahat. Tapi ketika semua kembali ke asrama, Yu Chen justru bergerak ke arah yang berlawanan — menuju gudang kosong di ujung halaman timur.

Tempat itu lembap dan berdebu, tapi cukup luas dan tenang. Di sanalah ia duduk bersila setiap malam, memejamkan mata, dan merasakan detak kristal di dadanya.

Cahaya ungu lembut muncul, menyebar ke seluruh tubuh. Dalam keheningan, suara samar bergema di pikirannya, seperti bisikan yang berasal dari dalam tulangnya sendiri.

Teknik Naga Mengubah Tulang.

Ia mulai menyalurkan Qi sesuai dengan pola yang sudah dihafal. Setiap napas membawa hawa panas dari Dantian-nya naik ke punggung, lalu menyebar ke tangan dan kaki. Tulangnya terasa retak halus, tapi segera diperkuat kembali oleh energi hangat yang mengalir seperti logam cair.

Rasa sakit itu menusuk, namun menenangkan di saat bersamaan. Ia tahu tubuhnya sedang berubah perlahan — bukan dari luar, tapi dari dalam.

Setelah beberapa waktu, ia membuka mata. Kulit tangannya tampak sedikit berbeda. Di bawah cahaya redup, seolah ada pola sisik samar yang hanya terlihat sesaat sebelum menghilang.

Ia menghela napas panjang. “Kalau aku bisa melatih ini setiap malam, aku akan menyalip mereka suatu hari nanti.”

---

Hari-hari berikutnya berjalan lambat. Pagi dengan latihan yang membosankan, siang dengan pekerjaan kasar, malam dengan latihan rahasia.

Teknik Awan Tenang semakin terasa monoton. Ia bisa menghafalnya di luar kepala, tapi setiap kali mencobanya, tubuhnya seperti menolak. Qi di dalam dirinya terlalu padat, terlalu “hidup” untuk mengikuti pola lembut itu.

Ia sadar, teknik dasar sekte ini mungkin bagus untuk murid biasa, tapi tidak cocok untuk tubuhnya yang sudah disentuh energi naga.

Namun ia tidak berani memperlihatkan perbedaannya. Ia tetap meniru gerakan yang sama, berpura-pura gagal seperti yang diharapkan dari seseorang dengan akar spiritual abu-abu.

“Yu Chen, kau harus lebih sabar,” kata seorang pelayan senior suatu pagi. “Teknik Awan Tenang memang lambat, tapi itu fondasi. Sekte tidak suka murid yang ingin cepat-cepat.”

Yu Chen hanya mengangguk. Dalam hati ia berkata pelan, kalau aku menunggu seperti mereka, aku tidak akan pernah mencapai apa pun.

---

Suatu malam, saat ia berlatih di gudang, suara langkah terdengar di luar. Ia segera memadamkan cahaya dari kristalnya dan menahan napas.

Pintu bergeser sedikit. Seberkas cahaya bulan masuk.

“Jadi kau berlatih sendirian di sini, ya,” suara itu tenang tapi tegas. Gao Wen berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan pandangan datar.

Yu Chen membeku. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

“Teknik apa yang kau pakai?” tanya Gao Wen.

“Tidak… tidak tahu. Aku hanya mengikuti naluri,” jawabnya pelan.

Gao Wen menatap lebih lama, lalu tersenyum samar. “Naluri, ya? Terkadang, naluri lebih jujur daripada ajaran.” Ia berbalik pergi, tapi sempat berhenti di pintu. “Tapi hati-hati. Sekte ini tidak selalu ramah pada hal-hal yang terlalu berbeda.”

Setelah pria itu pergi, Yu Chen terdiam lama. Ia baru sadar, Gao Wen mungkin tahu sesuatu — tapi memilih tidak melapor.

Ia memejamkan mata lagi, menenangkan diri. Di dadanya, kristal itu berdenyut lembut, seolah memberi tanda persetujuan.

“Aku tidak akan berhenti,” bisiknya. “Kalau dunia ini bergerak lambat, aku akan berjalan sendiri.”

---

Keesokan harinya, suasana sekte sedikit berbeda. Pengumuman baru datang dari Tetua Ming. Semua murid luar dan pelayan akan dikirim untuk tugas pengumpulan sumber daya di tambang kecil milik sekte di utara.

Chen Luo langsung menghampiri Yu Chen. “Kau dengar? Kita dapat giliran ke tambang! Katanya yang kerja paling cepat bisa dapat hadiah Batu Roh tambahan. Lumayan buat latihan.”

Yu Chen mengangguk pelan. Dalam pikirannya, ia sudah punya rencana. Batu Roh berarti sumber Qi murni, dan itu bisa mempercepat latihan Teknik Naga Mengubah Tulang.

Saat matahari terbit keesokan paginya, ia berangkat bersama rombongan pelayan dan murid luar lainnya. Ia tidak tahu apa yang menunggunya di tambang itu, tapi di dalam dadanya, kristal kecil itu bergetar pelan — seperti merasakan bahwa langkah berikutnya akan membawa perubahan besar.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!