NovelToon NovelToon
Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / TimeTravel / Perjodohan / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

“Tuhan, bila masih ada kehidupan setelah kematian, aku hanya ingin satu hal: kesempatan kedua untuk mencintainya dengan benar, tanpa mengulang kesalahan yang sama...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.24 -Rencana Ivana

Sakti memejamkan mata, menghela napas panjang. Rasa bersalah menekan dadanya semakin kuat. “Akan aku usahakan,” ucapnya lirih, seolah bicara lebih pada dirinya sendiri daripada kepada istrinya.

Laras menatapnya lama, lalu tersenyum tipis—puas karena setidaknya ada jawaban. “Itu lebih baik daripada diam, Mas. Jangan biarkan gengsi merusak keluarga kita. Ingat… aku dan anak kita juga butuh hidup.”

Sakti hanya menunduk, jemarinya menggenggam erat pinggiran kursi. Kata-kata itu berputar di kepalanya, bersamaan dengan wajah Ivana yang sudah lama tidak ia temui. Hatinya gelisah, antara ingin menebus kesalahan sekaligus takut menghadapi tatapan putrinya.

“Semua sudah terlanjur, Laras. Tapi… aku akan coba,” suaranya serak, hampir bergetar.

Laras tak menanggapi lagi. Ia hanya berdiri, membereskan meja makan yang penuh tagihan. Namun dari sudut matanya, ada secercah lega—akhirnya Sakti bersedia melangkah, meski dengan ragu.

Kembali ke Bali, Daisy dan keluarganya memutuskan untuk kembali ke hotel karena sinar matahari sudah mulai tinggi.

Daisy merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk, sementara Vio kecil sudah mulai mengucek matanya karena mengantuk. Dengan rengekan manja, bayi itu menarik baju Daisy, tanda ingin menyusu.

“Sabar, sayang…” ucap Daisy lembut, menggendong putrinya ke pelukan.

Tak lama kemudian, Damian masuk membawa segelas jus buah dan seporsi salad. “Aku tahu kamu pasti haus,” katanya sambil tersenyum, meletakkan nampan di meja.

Daisy terkekeh kecil. “Kamu selalu bisa menebak apa yang aku mau.”

Damian duduk di sisi kasur, matanya ikut menatap Vio yang akhirnya terlelap di pelukan Daisy. Senyum hangat merekah di wajahnya. “Ya, karena aku selalu perhatikan kamu. Itu tugas seorang suami, kan?”

Daisy hanya tersenyum tipis, meski hatinya terasa berat. Ada keresahan yang tak bisa ia abaikan, seolah firasat buruk sedang menanti.

Damian menyadari perubahan wajah istrinya. Ia mengusap lembut pipi Daisy. “Kenapa? Apa yang kamu pikirkan?”

“Tidak ada… hanya saja aku merasa khawatir,” jawab Daisy pelan.

“Jangan dipikirkan macam-macam, sayang. Aku nggak mau kamu stres. Itu bisa berdampak ke ASI untuk Vio.”

“Iya,” balas Daisy singkat, mencoba menenangkan dirinya.

Damian meraih laptop di meja kecil dekat jendela. “Istirahatlah sebentar. Aku mau cek pekerjaan sebentar, Ardi baru kirim beberapa file.”

Daisy mengangguk, menatap Damian yang beranjak, lalu menunduk ke arah Vio. Jari-jarinya membelai lembut rambut bayi mungil itu. Namun di dalam hati, keresahan itu tetap mengendap, membuat dadanya terasa sesak.

Dari kejauhan, di balkon hotel yang lain, Ivana berdiri sendirian. Tatapannya tertuju pada lautan lepas. Senyum miring tersungging di bibirnya.

“Rasakan saja, Daisy. Kebahagiaanmu tidak akan bertahan lama.”

"Nikmatilah kebersamaan mu dengan, Damian. Yang singkat itu," Ivana tersenyum sinis.

Angin laut berhembus kencang, seolah membawa pesan dingin dari hatinya yang penuh dendam.

*****

Tak terasa waktu bergulir cepat, hari sudah beranjak sore menjelang malam.

Daisy dan keluarganya memutuskan untuk makan malam di pinggir pantai, atas permintaan Jasmin yang sedang ngidam makanan laut.

Di depan mereka sudah tersaji berbagai macam hidangan. Jasmin sudah tak sabar mencicipinya satu per satu. Sedangkan Vio, bayi kecil itu hanya bisa melongo menatap makanan di hadapannya, membuat Daisy gemas.

“Vio, kalau sudah besar kamu boleh makan ini sayang,” bisik Daisy, mengusap pipi putrinya.

“Biar aku suapi.” Damian mengambil dua porsi nasi untuk dirinya dan sang istri, tahu betul Daisy akan kesulitan makan dengan Vio di pangkuannya.

Jasmin lahap menikmati ikan bakar sambal matah, lobster bakar, hingga cumi dengan bumbu khas Bali. Suasana penuh tawa membuat malam itu terasa hangat.

Namun tak jauh dari meja mereka, Ivana memperhatikan dengan sorot mata penuh rencana. Sambil menyeruput wine, ia menyunggingkan senyum tipis ketika seorang pria menghampiri.

“Ini pesanan Anda, Nona,” ucapnya sembari menyerahkan sebuah bungkusan kecil.

Ivana menyambutnya dengan tenang. “Terima kasih. Sisanya sudah saya transfer.”

Pria itu mengangguk, lalu mendekat sedikit.

“Jangan lupa,” Ivana berpesan lirih, “orang-orang mu harus berjaga di depan kamar yang sudah kita sepakati.”

“Baik, Nona.” Ia pamit meninggalkan meja, meninggalkan Ivana yang kembali menatap Damian di kejauhan.

“Damian… bersiaplah. Malam ini kau hanya milikku,” bisiknya penuh percaya diri.

****

Setelah puas makan, Daisy dan keluarganya berjalan menuju area panggung kecil di tepi pantai. Musik romantis mengalun, dimainkan oleh anak-anak muda lokal. Jasmin bersandar manja di bahu Niklas, tampak seperti pasangan muda yang baru jatuh cinta.

Daisy pun tersenyum, melakukan hal yang sama bersama Damian. Vio, yang sudah terlelap karena alunan musik lembut, berbaring nyaman di gendongannya.

“Ayo kita kembali, udaranya makin dingin,” ajak Niklas.

“Ya, ayo,” sahut Daisy.

Mereka menyusuri jalan menuju hotel. Jasmin bersikeras berjalan kaki, menolak naik motor, katanya agar bisa lebih lama menikmati udara Bali di malam hari. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di hotel. Niklas dan Jasmin lebih dulu pamit ke kamar masing-masing.

“Mommy dan Daddy duluan, ya,” ujar Niklas.

“Iya, selamat malam Mom, Dad,” balas Daisy sambil tersenyum.

“Selamat malam, sayang,” ucap Jasmin, sebelum sempat mencium pipi gembul Vio dengan penuh kasih.

Damian sendiri tadi berpamitan sebentar ke kafe hotel untuk membeli cemilan pesanan Daisy. Kini Daisy tinggal sendirian di lobi hotel, mengayun pelan Vio yang masih tidur.

“Kemana Damian… kok lama sekali,” gumam Daisy khawatir. Namun ketika seseorang tiba-tiba membisikkan sesuatu ke telinganya, senyum simpul terbit di wajahnya.

“Baiklah. Kalau dia yang memulai, aku akan mengakhiri. Akan ku tunjukkan siapa Daisy Aurora Wisnutama yang sebenarnya,” bisiknya lirih sebelum memutuskan kembali lebih dulu ke kamar.

****

Di lantai berbeda hotel yang sama, Damian sudah terjerat dalam rencana Ivana. Dengan bantuan seorang staf hotel yang sudah disuap, tubuh Damian yang limbung berhasil dibawa masuk ke kamar. Tips tebal berpindah tangan, dan pintu kamar pun tertutup rapat.

“Akhirnya…” bisik Ivana puas, mengusap wajah Damian yang tampak memerah dan berkeringat. Obat dalam minuman tadi bekerja cepat—kesadaran Damian hampir hilang.

“Daisy… sayang… aku… menginginkanmu…” suara serak Damian terdengar lirih. Kepalanya pusing, tubuhnya panas.

Ivana tersenyum puas. “Tenang, aku akan memberikan malam terbaik untukmu.” Ia menunduk, bibirnya menyentuh telinga Damian, titik lemahnya.

Damian terduduk di ranjang, tatapannya kabur. Di hadapannya, Ivana membuka mantel, memperlihatkan lingerie hitam yang menempel di tubuhnya.

“Daisy… kamu… sangat menggoda…” gumam Damian, matanya setengah terpejam.

Ivana tak marah. Senyum puasnya justru semakin lebar. Ia duduk di pangkuan Damian, membuka kancing kemeja lelaki itu satu per satu.

*

*

*

Di luar ruangan, seseorang berjalan dengan langkah lembut namun tegas, diikuti oleh dua pengawal setianya. Suara sepatu yang beradu dengan lantai marmer membuat dua orang suruhan Ivana yang berjaga di depan kamar saling pandang, waspada.

"Berhenti. Kamar ini sudah—"

Ucapan mereka terhenti ketika dua pengawal bergerak secepat bayangan. Dalam hitungan detik, tubuh salah satu penjaga dipiting lalu dibanting ke lantai hingga tak berdaya, sementara yang lain dihantam keras ke dinding dan langsung terkapar. Semua dilakukan tanpa suara berlebihan, hanya suara lirih erangan yang segera lenyap.

Lorong hotel kembali hening. Hanya tersisa langkah kaki tegap yang semakin mendekat ke pintu kamar, meninggalkan dua penjaga Ivana tak sadarkan diri di lantai.

Malam itu, nasib mulai berbalik arah.

Bersambung ...

1
Epi Widayanti
hempaskan ulat bulu itu Daisy
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart/
Asa Asa
belom pernah hidup serumah sama mertua
Susma Wati
ivana terlalu terobsesi pada damian yang menghancurkan dirinya sendiri, akibat dari perbuatan ayahnya yang lebih pergi dengan pelakor, da si pelakor dengan tidak tahu diri ingin memeras ivana
Epi Widayanti
Lanjut 👍👍
Epi Widayanti
lanjut
Epi Widayanti
Lanjut, makin kepanasan tuh si Ivana /Joyful/
Nix Ajh
eh Andrean mokondo, harusnya Daisy yang marah ini malah kebalik, kamu yang marah
Asa Asa
jahat banget
Margaretha Indrayani
lanjut thor
Nix Ajh
selalu ada kesempatan kedua, bahagia buat Damian, Daisy, dan Vio
Mochi 🐣
Kepedean
Susma Wati
banyak yang kayak ibu diana,
AriNovani
Komen guyss
Epi Widayanti
suka 💓💓
Nadira ST
musuhnya pada berdatangan kepalaku kok pusing ya daisi baru lahiran belum bisa balas dendam
Susma Wati
alfa dan andreas sama-sama punya penyakit hati,, dendam yang si pupuk terus menerus oleh mereka sendiri tanpa berpikir untuk memperbaiki diri
Nadira ST
lanjut thor penasaran nih
AriNovani
mobilnya bukan kaki 😭
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!