pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
“Bas,” sapa Jemmy, sahabat Baskara sekaligus salah satu pendiri Raghamy. Raghamy didirikan Baskara bersama kedua sahabatnya, Jemmy yang juga seorang arsitek, dan Ghani, sahabatnya sejak SMA yang seorang interior designer. Jemmy dan Baskara adalah teman dekat sejak mereka masuk kampus, dan Baskara mengenalkan Ghani yang merupakan lulusan Ausie kepada Jemmy. Kedua tamannya itu bisa langsung akrab karena sama-sama memiliki ketertarikan pada olahraga terutama bola.
Didirikan pada 23 Oktober 2018 oleh mereka bertiga. Mencari klien, ikut tender, membuka workshop untuk pekerjaan interior, hingga kini sudah merampungkan dari proyek rumah, perumahan, ruko, mall, café, restorant, hingga high rise building seperti office dan apartment.
Kantor mereka berlokasi di daerah panglima polim. Menyewa rumah kecil yang cukup bisa menampung mereka bertiga plus 3 orang karyawannya juga rak berisikan berkas-berkas dan buku. Ketiga pria itu juga memiliki posisinya masing-masing di kantor, Baskara sebagai Direktur, Jemmy yang mengurusi bangian keuangan dan Ghani bagian HR dan administration.
“Minggu ini mau mereka kerjain renov yang kita minta sekaligus masangin signage.” Jemmy menjelaskan rencana kebutuhan ruangan mereka.
Raghamy berencana untuk pindah kantor serta menambah sumber daya karena project mereka yang cukup banyak tak sanggup untuk dikerjakan 6 orang. Sejauh ini, sudah ada beberapa orang yang melamar.
Selesai membahas calon kantor baru mereka, Baskara kembali melanjutkan pekerjaannya. Sangat fokus sampai alisnya berkerut. Kalau muka Baskara lagi settingan serius gini, suka dibilang serem dan galak. Bahkan karyawan pertama mereka, Dewo, pernah bilang kalau Baskara itu serem kalau lagi serius kerja. Sejak pertama kali ketemu pun Dewo sudah segan dengan pria itu karena settingan mukanya yang tak santai kala itu. Tapi setelah berbulan-bulan jadi karyawan di sana dan kenal baik dengan sang atasan, Dewo menghapus pikirannya itu. Hal yang sama juga dialami Wuri, karyawan yang masuk pertengahan 2019. Dibandingkan dengan Jemmy yang selengekan, rame dan tengil, Baskara lebih preserve, kalem, ganteng, serem juga gak banyak omong.
Setidaknya dengan orang yang baru dia kenal, orang yang tidak dekat dengannya. Kalau sudah kenal akrab, Baskara akan banyak ngomong dan lebih jail dari Jemmy. Sisi yang tidak semua orang lihat dari Baskara.
Jam menunjukkan pukul 3 sore. Ghani sudah pulang dari meeting-nya. Baskara langsung mengajak meeting internal untuk membahas proyek restaurant yang baru sama mereka dapatkan kemarin. Mulai dari konsep yang diinginkan client, material, color scheme, lighting, hingga furniture. Ya, proyek restaurant ini lebih kepada pekerjaan interior dan bongkaran. Gedung lama yang ada juga akan disesuaikan dengan fungsi sebagai tempat makan. Sang owner juga menyerahkan pengerjaan area parkir restaurantnya yang memang tak terlalu besar.
“Kayaknya cukup ya,” ujar Ghani yang diikuti anggukan keempat kepala lainnya. “Nanti gua mulai langsung bikin konsepannya sembari lo analisa fasad & area parkir sesuai bahasan kita tadi ya.”
“Oke, sip,” kata Baskara. “Dewo nanti bantu Ghani buat bikin konsepnya ya,” tambahnya.
“Siap, Mas.”
...♥...
Malamnya, saat Baskara baru saja merebahkan tubuhnya setelah mandi, ponselnya terus-terusan berdenting. Tanda ada pesan masuk beruntun. Dia langsung membuka kotak chat Maharani yang membuat ponselnya terus menerus berdenting itu.
Baskara tersenyum.
Baskara meninggalkan ponselnya di kasur dan berjalan ke meja kerjanya. Menyalakan laptop. Berniat untuk melanjutkan pekerjaannya. Beberapa pekerjaan selalu membuatnya kembali bekerja bahkan saat sudah di rumah. Dimana seharusnya dia beristirahat. Kebiasaan Baskara sejak tahun lalu. Selalu menyibukkan dirinya dengan pekerjaan.
...♥...
“Hey, Ra, Don,” sapa Baskara yang baru datang ke lapangan hijau itu. Jumat itu, mereka tak main futsal, melainkan sepak bola untuk minggu ini.
“Hai, baru beres kerja, Kak?” tanya Maharani.
“Kirain gak dateng lo,” ucap Dona.
“He-em nih. Beresin kerjaan dikit dulu tadi.”
“Duh sibuk ya si bapak,” goda Dona, “pemanasan deh sana lo.”
“Tinggal dulu ya, Ara, Dona.”
“Yoi, Kak.”
Dona mengamati sepupunya dan pria tampan nan tinggi tadi.
“Kenape sih?” kata Maharani yang sendari tadi menyadari dilihat oleh Dona dengan tatapan penuh curiga.
“Kok kayaknya deket banget.”
“Biasa aja, Kak.”
“Masa?”
“Iya ih.”
“Emang gak pernah chattingan atau apa gitu? Kok keliatan deket?”
“Enggak. Chattingan juga bahasannya cuma soal yang pemotretan kemaren doang. Lo aja kali yang ngerasa gitu,” ucap Maharani terkekeh.
“Yaa kalo kalian bisa deket gak apa-apa juga sih, Ra. Gak ada salahnya nyoba kenal sama orang baru, deket, siapa tau cocok,” katanya.
“Here we go again,” Maharani memutar bola matanya.
Dona tertawa, “dia ganteng kan, Ra?”
“Ganteng, kak.”
“Tinggi pula.”
“He-eh.”
“Liat badannya, strong af,” kata Dona terus berusaha menggoda sepupunya itu.
“Kak?” Maharani menatap lurus sepupunya, dan kemudian tertawa, “gua aduin Bang Johnny lo drooling over other man.”
“Heh,” Dona tertawa dan memukul paha sepupunya, “gua kan godain lo.”
“Duuuuh, gua gak buta kak,” katanya tertawa. Obrolan mereka bergulir hingga tak terasa, permainan bola di lapangan hijau itu sudah selesai.
“Seru banget sih,” Johnny datang menghampiri mereka dengan pakaiannya yang basah penuh keringat. Bahkan rambutnya yang tadi masih tertata rapi sudah berantakan.
“Jooo, laper deh aku,” kata Dona dengan manjanya pada sang suami.
“Kamu mau makan apa?”
“Maunya sih kamu,” godanya diiringi suara tawa dari sang suami.
“Kamu nih,” Jonny mencubit hidung Dona gemas, “gak usah mancing-mancing.”
“Hadeeeeeeehh. Padahal tadi aja ada yang bilang cowok laen ganteng.”
“Nakal,” Johnny mengecup bibir Dona singkat sebelum mengangkat tasnya, “aku mandi dulu. Gerah. Kamu pikirin ya mau makan apa. Aku juga laper.”
“Siap bos.”
“Lo jadi nginep?”
“Enggak deh. Gua balik aja. Lo kayaknya ada agenda lain nanti.”
Dona tertawa, “elah becanda doang. Lo katanya males sendirian di rumah.”
“Iya sih.”
“Makan yuk,” ajak Baskara yang menghampiri kedua wanita cantik itu.
“Buset cepet amat, Kak. Mandi bebek ya?”
“Sial. Mandi bener lah.”
“Lo mau makan dimana, Kak? Gua ikut dong. Males sama pasutri.”
“Hem, sate taichan yuk.”
“Ih mau. Gua udah lama bm sate taichan.”
“Pake motor gua aja nanti ke sananya. Deket kok. Nanti kita balik lagi ke sini ambil mobil lo gimana? Biar gak susah nyari parkiran.”
“Okidokiiii.”
“Jangan kaget ya kalo nanti dia nambah 2 porsi, Bas,” ujar Dona.
Baskara tertawa ringan dan mengangguk mendengar perkataan Dona.
“Udah nentuin mau makan apa?” tanya Johnny yang sudah selesai mandi.
“Kamu.”
“Yang bener aja dong, Babe,” tawa Johnny.
“Tuh liat kan, Kak. Gitu tuh. Males makanya. Padahal gua ada niat mo nginep di tempat mereka. Males di rumah sendirian.”
“Lo aja Bas temenin ade gua di rumahnya,” ujar Dona asal.
“Lo gila!” kata Baskara cepat membuat Dona tertawa.
“Becanda,” katanya, “kalo ada yang berani juga, bakal langsung di piting sama bokapnya Ara nanti. Paper lunch yuk, Jo,” sang suami mengangguk setuju dengan menu makan malam mereka.
“Dah yuk ah. Lo ikut kan, Ra, Bas?” tanya Johnny.
“Enggak ah. Gua mau sate taichan aja.”
“Oh ya udah. Gua duluan. Kalo jadi ke rumah kabarin,” ucapnya dan berpamitan dengan Baskara sebelum menghilang dari lapangan bola dengan mobil audi putihnya.
“Yuk. Helmnya,” Baskara memberikan helm cadangan yang selalu ada di motornya dan membantu gadis itu mengaitkan pengencang helm.
“Thank you.”
“Pegangan ya.”
“Eh?”
“Pegang aja baju gua, Ra,” balas Baskara.
Untung Maharani gak keburu mikir pria ini lagi modus ke dia. Gadis tinggi itu pun menggenggam jaket hijau yang dikenakan Baskara. Sembari menceritakan tentang gimana tadi dia super senang karena feedback produk terbarunya yang menyenangkan.
Berdua dengan Baskara gak pernah membuat Maharani kehabisan topik. Ada aja bahan obrolan di antara mereka. Dari hal dimana Maharani heran melihat pelangi padahal hari itu gak hujan sama sekali sampai masalah ekonomi Indonesia.
...♥...