" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berburu part 2 berhasil
Di Kedalaman hutan, aldi dan ke empat pria di anggotanya berjalan menulusuri hutan hingga masuk ke dalam hutan dengan pepohonan yang jarang disana.
Betapa terkejutnya Aldi, setelah berjalan jauh memasuki hutan, mata Aldi menangkap segerombolan kambing liar di area terbuka hijau dan ada kerbau juga yang bergerombol disana, tepat di sekitar itu juga ada anak air sungai yang tak jauh dari gerombolan itu.
" Tuan di depan ada kumpulan kambing dan itu....sepertinya lembu." ucap zaro dengan mata berbinar potensi manganya memuncak.
" Iya kita tangkap mereka hidup-hidup usahakan sepasang, lalu kita pelihara dan kembang biakkan lagi." Jawab Aldi, matanya mengintai tajam ke arah sekeliling hewan yang menjadi targetnya.
Aldi berjalan semakin kedepan, dan terus memperhatikan sekeliling, ternyata lokasi mereka aman dan jauh dari mangsa atau predator lain, entah keberuntungan atau apa Aldi berjalan sangat hati-hati ingin melewati sungai namun langkahnya terhenti ketika ada suara khawatir dari belakang tubuhnya.
" Hati-hati tuan Aldi, di depan sana ada sungai takutnya ada hewan bergigi banyak pemakan daging, " Ucap salah satunya Aldi menoleh heran, dan berfikir sesaat, apa mungkin yang di maksud adalah buaya. Itu yang ada di fikiran Aldi.
" Kamu benar, dan bukan hanya buaya yang kita harus waspadai tapi hewan bercorak, seperti harimau, serigala atau bisa jadi hewan buas lainya yang bertaring." ujar Aldi, mereka yang mendengar Aldi menyebutkan beberapa nama sejenis hewan, karena merasa asing mereka hanya bisa saling pandang satu sama lain tanpa banyak bertanya, mereka mengikuti Aldi dengan begitu hati-hati.
Dengan semangat mereka mengikutinya hingga sesampai nya di sana mereka heran, sungai itu tak ada satu pun predator yang biasanya mereka temui jika melewati sungai.
"Hati-hati mereka suka menyerang apalagi tanduk mereka yang bis amembuat tubuh kita terluka." Ucap salah satu pria bernama wilm, berdasarkan pengalamannya yang pernah berburu hewan bertanduk itu.
" Kalian tunggu di sini..." ujar Aldi, semua orang heran namun menunggu, Aldi mengeluarkan sesuatu berbentuk bola,Aldi juga mengunakan busur dan mengikat bola itu di ujung anak panahnya, Aldi membidik di tengah-tengah gerombolan hewan itu.
Slup...
Tak lama kabut putih timbul dari bola yang di tembak ke arah tengah gerombolan itu, dan membuat beberapa hewan itu diam sesaat.
" Kita ambil sekarang, Ingat ambil sepasang, jantan dan betina cari yang berbadan besar," Ujar Aldi pada semua.
Aldi menyiapkan tali dari dalam tasnya, ia berjalan santai mendekati kambing-kambing itu dengan cekatan Aldi mengikat tali di leher kambing.
Mereka yang melihat Aldi berhasil, zero dan yang lain mengikuti cara Aldi, mereka mengikat tali di leher kambing lain dan menyeretnya sedikit menjauh.
Mereka berhasil mendapatkan beberapa kambing, tiga kambing jantan, dan dua kambing betina salah satunya induk kambing yang sedang bunting yang satunya malah dapat bonus tiga anak kambing yang berjalan beriringan dengan induknya.
Mereka dengan wajah puas mereka berjalan menjauh dari gerombolan itu, masing-masing orang membatu membawa anak kambing dengan cara di gendong di leher agar tidak ketinggalan langkahnya.
" Ayo kita pulang ini sudah cukup." Ujar Aldi, mereka yang melihat Aldi berjalan sambil menyeret kambing induk menjauh, mereka semua mengikutinya dari belakang.
Baru aja mereka berjalan beberapa langkah dari kejauhan ada suara memanggil, mereka semua berhenti dan melihat dari kejauhan, dengan wajah bersemangat dan wajah-wajah penuh harapan mereka berlari mendekat.
Hingga pria itu berhenti mendadak, membuat ke lima temannya hampir menubruknya, mata mereka membulat melihat ke arah zero mereka meneliti penampilan zero dan kawan-kawannya.
" Apakah kamu zaro?!" Ucap pria muda itu dengan bingung, wajah dan warna kulit pria di hadapannya sedikit berubah terutama penampilannya yang begitu mencolok.
" Ya..aku zaro,!" jawab zaro. Suara familiar itu membuat pria muda itu lega, dan ia langsung menubruk tubuh zaro memeluknya sesat.
" Aku merindukanmu aro, kenapa kamu tidak mencari kami." Ucapnya denga suara isak yang terdengar, ia merenggangkan pelukannya dan menatap mata zaro.
" Aku juga merindukan kalian, aku bertemu dengan Tuan Gama dan yang lain saat berjalan menelusuri hutan, hidupku juga tak mudah saat itu, hingga kami semua bertemu dengan saudara Aldi serta istrinya, kami tidak kelaparan lagi dan kami juga di bangunkan rumah oleh mereka, tunggu. kemana yang lain?!. tanya Zora celingukan melihat kesana kemari.
" Ibu dan yang lain ada di sana." Tunjuk pria muda itu.
" Sebentar, aku menemui saudaraAldi dulu." ujar zaro.
" Saudara Aldi, perkenalkan dia saudara ku, dia adikku namanya wilm." ujar zaro memperkenalkan pemuda di sampingnya.
" Kalian adik kakak?" tanya tuan Vasco tercengang.
" Ia tuan dia adik saya, yang dulu saya pernah cerita, kami terpisah dengan suku kami beberapa bulan lalu, " Jawab zero, wilm dan teman-temannya meneliti penampilan kelompok zero, yang lebih mencolok lagi penampilan Aldi dengan potongan rambut sangat rapi dan terlihat sangat tampan, wajahnya yang putih bersih.
" Saudara Aldi, bolehkah saya mengajak adik serta ibu saya ke tempat tinggal kita yang baru." Tanya zero penuh harap.
" Tentu, dia adikmu saudara mu, bawalah mereka kesana," jawab Aldi dengan senyum ramah nya, semua orang terperangah karena senyuman ramah Aldi tidak terkecuali kelompok Vasco. Senyum itu sangan menawan jika yang melihat para wanita.
" Aro...bolehkah aku membawa teman-temanku juga ikut bersama kita?" Tanyanya dengan harap, ia menatap zero lalu ke Aldi. zero yang bingung menoleh dan menatap harap pada Aldi.
" Boleh," Jawab Aldi dengan murah hati.
" Terimakasih saudara Aldi," Ucap tulus wilm dan teman-temannya.
" Kalian bantu kami bawa beberapa kambing ini, tolong bantu saya bawa yang kecil-kecil." Ucap tuan Vasco kepada beberapa pria di hadapannya, mereka dengan senang hati membantunya, Aldi malah tidak di bolehkan membawa hewan-hewan itu, akhirnya Aldi berjalan paling depan untuk berjaga-jaga.
Mereka berjala. menelusuri jalan, hingga wilm terdiam bersama teman-temannya mereka menoleh kesana kemari mencari kelompok mereka yang semalam membangun pondok di sana.
" Mereka kemana?" Tanya salah satunya.
" Apa jangan-jangan mereka ke sana?" jawab salah satunya dan menunjuk arah depan, Aldi dan lainya hanya diam saja yang mereka tau jika arah telunjuk itu menuju tempat tinggal mereka.
" Kita kesana, kita kasih tau yang lain." Ucap salah satunya, mereka berjalan kembali sambil menarik kambing-kambing itu hingga mendekati luar hutan, seorang dari kejauhan berlari dan mendekat.
" Zulin....dimana biyung ku." Tanya wilm pada temanya itu.
" Di sana, anak Milan terluka karena terkena kayu merobek kakinya hingga terluka." ucapnya.
" Saudara Aldi, Biyung ku dan kakakku ada di sana bolehkah saya kesana dulu." Ujar wilm meminta izin, sedangkan Aldi hanya tersenyum ramah tana sepatah kata pun.
" Wilm...itu tempat tingal kami yang baru." Ucap zero yang senang ternyata ibunya datang ke tempat yang tepat.
Zero, wilm dan yang lainnya menarik kambing-kambing itu mereka berjalan cepat sedangkan tuan Gama dan Aldi berjalan beriringa begitu juga dengan Vasco, mereka berjalan sambil berbincang ringan Aldi terlihat tersenyum mendengar ucapan tuan Gama.
" Tuan Aldi, kenapa tidak membuat desa aja kita membuat satu suku." Ucap tuan Gama.
Mereka berjalan beriringan hingga, melihat suasana haru, zero memeluk wanita paruh baya yang terlihat kurus ia menangis hingga terisak-isak.
" Mas..." Ucap ku mendekati mas Aldi.
" Mas tadi bertemu ke enam pria itu di jalan arah pulang, ternyata salah satunya adik zero, jadi mas bawa aja sekalian." Ujar Aldi, ia tau istrinya akan bertanya siapa dan kenapa kebetulan.
Aldi dan istrinya berjalan mendekati para pemuda yang membawa kambing-kambing itu, ketiga anak kambing itu pun mereka lepas hingga membiarkan mereka berjalan bebas.
" Tuan taruh di mana kambing-kambing ini?" tanya salah satu pemuda yang memegang kambing yang terlihat jinak itu.
" Kita taruh di sana dulu, disana ada sedikit banyak rumput." ucap Aldi menunjuk area yang tak jauh dari kebunnya yang terlihat jelas rumput-rumput itu sangat banyak dan hijau.
Aldi meminta Antika mengambilkan Tukul,
Aldi mengambil beberapa potongan kayu itu dan membuat lancip ujungnya hingga membuat beberapa, Antika datang dan menyerahkan Tukulnya.
" Terimakasih..." ucap Aldi setelah menerima Tukul dan paku itu.
Aldi menancapkan patok kayu itu di beberapa tempat yang tidak terlalu rapat ia membuat berbentuk lingkaran, sedangkan beberapa anak-anak dan orang dewasa berbondong-bondong melihat kambing-kambing itu dengan rasa penasaran apa lagi melihat tiga anak kambing yang sangat ramai suaranya.
Tuan Gama dan tuan Vasco datang menghampiri Aldi dan Antika.
" Tuan Gama tuan Vasco kita harus membuat kandang di sini jika tidak kasihan hewan-hewan ini akan kedinginan jika malam dan hujan nanti." Ujar Aldi ia menatap kambing itu sesaat yang sedang makan rumput.
" Iya, kita buat sekarang aja, masih terang." Ucap tuan Gama setelah melihat ke langit.
" Saudara," Panggil ramah pria paruh baya, " Di antara kalian bertiga siapa ketua suku di desa ini?"
" Saudara Aldi adalah tuan ketua suku kami." Jawab mantap tuan Gama membuat Aldi dan Antika menoleh kepadanya dengan tatapan bingung.
" Kenapa saya tuan, bukankah anda sebelumnya sudah menjadi ketua suku?" tanya Aldi bingung dan menolak secara halus.
" Kami semua sudah sepakat tuan, " suara Biyung misa datang dan menengahi perdebatan yang akan timbul.
" Benar tuan, kami ingin anda menjadi ketua suku kami di desa ini, kami percaya kepada tuan dan nona." Ucap pria lain bernama Gardo dan di benarkan oleh Vasco dan yang lainya.
Aldi yang mendengar keputusan bersama, Aldi melirik ke istrinya dan menatapnya dengan berharap bisa menjawab dengan benar, melihat Antika mengangguk ia hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan sangat panjang sebelum ia menjawabnya.
"'Baiklah, saya dan istri saya menerimanya namun saya tidak bisa selalu ada di desa jadi saya akan memilih wakil ketua yang saya percayakan kepada tuan Vasco dan tuan Gama." Jawab tegas Aldi ia menatap tegas kepada keduanya, pria paruh baya itu terdiam tak ingin memotong pembicaraan yang serius itu.
" Jadi desa ini baru?" Tanya pria itu.
" Ia baru, rumah itu pun baru kami bangun." ucap tuan Gama.
" Saya ketua suku pengembara dari selatan, bolehkah saya bergabung dengan suku kalian di desa ini." Ucap pria paruh baya itu dengan harap dan sedikit pelan takut-takut jika di tolak.
" Asal kalian bisa rukun satu sama lain dan bisa bekerja sama, saya tidak masalah." Ujar mas Aldi, ia melirik ke rmh tuan Vasco dan Gama mereka mengangguk setuju karena itu kunci dan syarat yang paling mudah.
" Baik, saya setuju, terimakasih saudara, eh...ketua." ucapnya dengan girang, Aldi hanya tersenyum.
" Mas sepertinya bangkunya kurang." ujar ku sedikit berbisik.
" Mas akan buatkan, tunggu sebentar, mama buat apa?" tanya mas Aldi heran karena dia kenal bau harumnya.
" Mau buat sayur asam dan ikan goreng." jawab Aldi.
" Masak nasi juga kan," Tanya Aldi.
" Ia dong, masa gak nanti Mereka tidak kenyang gimana." Jawab ku dengan senyum hangat.
Hari itu, Antika mengeluarkan beberapa daging bertulang, Antika juga meminta suaminya membantunya untuk memotong tulang-tulang itu,
" Gardo , iza, tolong bantu mereka membersihkan diri, dan jangan lupa gunakan ini untuk wanitanya, dan ini untuk prianya setelah mandi, biarkan mereka berganti di ruang yang tertutup masing-masing, usahan wanita duluan yang mandi, nanti aku siapkan mereka, yang laki-lakinya biar dengan ms Aldi.
Setelah memerintah kepada di orang itu, Antika pergi meninggalkan warga baru itu, Antika pergi mengambil dun kedondong di kebun virtualnya, ia melihat buah apelnya sudah merah sempurna, ia memetiknya beberapa dan buah lain juga untuk di isi di keranjang buah hingga penuh, Antika tak lupa pepaya masak dia ambil dua, bijinya akan ia tanam di dekat kebun zaman lampau.
semangat kak 💞