NovelToon NovelToon
Azur Lane The New World

Azur Lane The New World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Anime
Popularitas:678
Nilai: 5
Nama Author: Tirpitz von Eugene

Cerita ini sepenuhnya adalah fiksi ilmiah berdasarkan serial anime dan game Azur Lane dengan sedikit taburan sejarah sesuai yang kita semua ketahui.

Semua yang terkandung didalam cerita ini sepenuhnya hasil karya imajinasi saya pribadi. Jadi, selamat menikmati dunia imajinasi saya😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirpitz von Eugene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Pagi hari itu cuaca sedikit diselimuti awan, saat itu tanggal 20 November, beberapa bulan setelah pertempuran laut koral kedua. Tirpitz terbangun dengan tubuh basah kuyup seperti biasa, akhir-akhir ini ia sering mendapatkan mimpi buruk akibat trauma masa lalunya dalam operasi Ten-gō.

Ia menarik nafas dalam-dalam sambil mencoba menenangkan diri, matanya yang masih mengantuk menatap Marina yang masih tertidur pulas di sampingnya. Dengan hati-hati ia bangkit dari ranjang tempat tidurnya lalu berjalan ke arah jendela. Disingkapnya tirai penutup jendela dan dibuka nya daun jendela, udara pagi pulau itu segera menyapa nya begitu jendela dibuka.

Setelah perbincangannya dengan bung Karno, ia diberikan hak khusus untuk membangun pangkalan bagi para gadis di pulau-pulau dalam wilayah kedaulatan Emerald Equatoria. Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan beberapa gadis yang masih belum bisa beradaptasi merasa tidak bisa hidup berdampingan dengan manusia selain para kru kapal dan kru darat di dermaga.

Dengan begitu, dimantapkan nya keputusan untuk membangun pangkalan di beberapa pulau yang di nilai sangat strategis, salah satunya adalah pulau Tunda. Pulau itu berada di kabupaten Serang, Banten, jaraknya tidak begitu jauh dari pesisir teluk Banten, sehingga membuat pulau ini menjadi kandidat kuat sebagai pangkalan para gadis kapal.

Setelah pembangunan dan sedikit penyesuaian, pulau ini akhirnya resmi menjadi tempat tinggal sekaligus pangkalan bagi divisi kapal tempur utama. Dua pangkalan lainnya terletak di salah satu bagian dari kepulauan Riau dan pulau Tidore, sedangkan kota Surabaya menjadi rumah bagi divisi kapal selam dan kapal pendukung bagi faksi ini.

Meskipun para gadis terpecah dalam beberapa pangkalan, namun mereka masih sering berlayar dan menginap di pulau Tunda yang mana menjadi pangkalan utama mereka. Tirpitz juga mulai menetap di pulau ini semenjak pembangunan dimulai, ia sendiri yang mengawasi pembangunan pangkalan di pulau ini.

Saat itu suasana di pulau Tunda sedang diselimuti oleh kabut tebal, sehingga tak nampak apapun selain barisan pagar besi yang hanya berjarak sepuluh meter dari jendela kamar tidurnya. Pintu kamar tiba-tiba dibuka dan Takumi muncul dari balik pintu, Tirpitz segera memberi isyarat dengan telunjuk dirapatkan ke bibirnya.

"Sarapan sudah siap kak," bisik gadis itu sambil melirik ke arah Marina yang masih tertidur pulas.

"Aku akan segera bergabung dalam lima menit."

Takumi segera menghilang setelahnya, pintu ia biarkan terbuka karna Tirpitz sendiri yang memintanya. Pria itu memandang sebentar ke sebuah foto dalam bingkai kayu jati di atas meja tulisnya, foto seorang gadis yang mana adalah teman masa kecilnya dulu, yang saat ini entah berada dimana.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Tirpitz segera turun menuju ruang makan. Di sana sudah ada Madjapahit dan Singosari yang masih mengenakan celemek, sedang Farel masih belum nampak dimanapun.

"Kemana bujangan itu?" tanya Tirpitz sambil meraih sebuah gelas berisi air putih.

"Tadi pagi katanya mau mancing," jawab Takumi yang datang lalu meletakkan sebuah nampan berisi tumis kangkung di atas meja makan.

"Gak bosan tuh bujang mancing mulu," ujar Tirpitz, "yang penting jangan mancing emosi Poseidon deh."

Beberapa detik kemudian Marina muncul sambil mengusap matanya yang masih mengantuk, pakaian tidurnya masih ia kenakan saat memasuki ruang makan.

"Eh si cantik udah bangun."

Gadis itu menatap Madjapahit sejenak, lalu berkata dengan nada dinginnya, "pakaian mu kekecilan, seharusnya aku yang memakainya."

Ucapan Marina membuat Singosari tertawa, sedangkan wajah Madjapahit memerah seperti kepiting sedang berendam di air mendidih.

"Masih mending punyaku, besar dan bulat," sahutnya dengan nada mengejek, "daripada milikmu, datar seperti lapangan upacara!"

"Mulai lagi ini dua orang," sambar Tirpitz melerai, "nanti lama-lama ku buatkan ring tinju buat kalian berdua loh ."

...****************...

Setelah menyantap sarapan bersama, Tirpitz dan Marina berjalan-jalan di sekitar pantai tak jauh dari rumah mereka. Marina sesekali berhenti lalu berlutut untuk melihat beberapa bayi penyu yang menyembul keluar dari balik pasir, ia penasaran dengan pemandangan yang ia lihat itu.

Seekor kepiting berukuran sebesar genggaman orang dewasa muncul dan mendekati salah satu bayi penyu itu. Marina mengamati gerak-gerik kepiting itu yang segera menangkap salah satu bayi penyu lalu menyeretnya masuk ke dalam sebuah lubang di pasir.

"Apa yang akan terjadi kepada mahluk kecil itu?" tanya Marina penasaran.

"Ia akan menjadi sarapan bagi keluarga si kepiting," jawab Tirpitz.

Mendengar jawaban itu, Marina merasa iba. Ia bangkit lalu mendekati Tirpitz yang sedang duduk di bawah pohon kelapa.

"Kemana orang tua mahluk kecil itu? Kenapa ia tidak menunggu si kecil agar tetap aman?"

"Itu bukan tugas mereka," jelas Tirpitz lalu melanjutkan, "penyu dewasa hanya akan naik ke daratan untuk bertelur, lalu alam yang akan menjaga mereka agar tetap aman."

"Tapi si kecil tadi tidak ada yang menjaga."

Tirpitz tersenyum lebar sambil berkata, "alam sudah menentukan siapa yang berhak hidup dan siapa yang tidak. Yang kuat dan berhak hidup akan bertahan, sedangkan yang tidak akan disingkirkan."

Marina mulai mengerti setelah penjelasan itu. Ia duduk lalu menatap ke ujung laut. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi tidak ada tangisan darinya.

"Aku tidak tahu apakah aku termasuk kedalam mereka yang kuat dan berhak bertahan hidup," ujarnya setengah berbisik. Tirpitz mencoba untuk menyemangati gadis kecil di sampingnya.

"Jika kau lemah, pastinya kau telah disingkirkan oleh alam semesta. Tapi lihat, lihat dirimu yang sekarang! Kau masih ada di sini, itu artinya kau bukanlah golongan yang lemah!"

"Tapi aku memilih untuk menyerah, bukankah itu sebuah kelemahan?"

Isakan tangis Marina mulai pecah, air matanya yang jatuh berubah menjadi butiran-butiran mutiara kecil yang menumpuk di antara kedua telapak kakinya.

"Mereka menyuruhku untuk meninggalkan kapal ku dan mundur bersama mereka. Tapi apa? Aku membelot dan memilih untuk tetap bertahan disana, disamping mayat kedua orangtuaku dan kakak ku."

Tirpitz segera memeluk gadis itu, tangannya dengan lembut mengusap-usap kepala gadis dalam pelukannya itu.

"Hei, dengarkan aku. Tidak selamanya menyerah adalah hal yang memalukan," ucap Tirpitz lalu mengecup dahi gadis kecil itu. Ia menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan, "menyerah bukan berarti kalah, tapi tanda bahwa kita sedang merendah."

Tangis Marina mulai reda, tapi tampak jelas bahwa masih ada sesuatu yang mengganggu hatinya.

"Tapi aku takut. Aku takut bahwa suatu saat manusia akan memperlakukan ku seperti yang mereka lakukan kepada kedua orangtuaku dan kakak ku."

"Aku akan menjadi perisai untukmu, aku yang akan menghadapi mereka. Bahkan jika itu mengorbankan karir ku selama ini."

Senyum Marina mulai terbit di wajahnya. Gadis itu segera merapatkan wajahnya lalu mencium pipi kiri Tirpitz, "janji?"

Tirpitz mengangkat tangan kanannya dengan jari kelingking teracung, "dengan jiwaku sendiri."

1
Giuliana Antonella Gonzalez Abad
Cerita ini bikin ketagihan, thor. Cepetan update lagi ya! 🤤
Heinz Blitzkrieg: Otw brader wkwkwk
Kebetulan lgi rancang next episode sambil nyari referensi kapal nih😉
total 1 replies
Alexander
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Heinz Blitzkrieg: Terimakasih kak, semoga cerita karya saya dapat menghibur😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!