April terpaksa bekerja lagi setelah melahirkan dan kehilangan anaknya. Eric mengusir dan menceraikannya.
April menjadi menerima tawaran menjadi baby sister di sebuah rumah mewah milik CEO bernama Dave Rizqy. Dave sendiri baru saja kehilangan istrinya karena kehilangan banyak darah setelah melahirkan.
April mendapati bayi milik Dave sangat mirip dengan bayinya yang telah tiada. April seketika jatuh cinta dengan bayi tersebut dan menganggap sebagai obat dari lukanya.
Saat bayi milik Dave menangis,
April tidak tega lalu ia menyusui bayi itu.
Siapa sangka dari kejadian itu, mengubah hidup April menjadi ibu susu anak CEO.
Lalu bagaimana dengan perasaan Dave sendiri apakah ia akan menikahi April yang merupakan bekas dari orang lain ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Nika dan Lea tengah berjalan mengendap menuju kamar baby David.
"Aku yakin, April menyembunyikan sesuatu dari kita." ujar Nika sambil berbisik.
"Mungkin saja April memberikan sesuatu pada tuan muda sehingga begitu cepat membuatnya diam." timpal Lea.
"Maksud kamu semacam obat tidur ?" Nika menduga April menaruh obat tidur di botol baby David.
"Bisa jadi. Kita tidak bisa hanya terus menduga, untuk itu kita harus melihat secara langsung." lalu Lea memberi komando dengan jemari tangganya. Nika mulai mendorong pintu perlahan.
"Jika sampai baby sister itu berlaku demikian, aku akan melapor pada tuan Dave. Biar dipecat secepatnya dari sini."
Kedua kepala mereka tampak menyembul ke arah dalam.
"Hei, apa yang kalian lakukan!" bentak Soraya pada keduanya. Membuat dua pembantu tak tahu etika itu berjingkat kaget.
"Se-nior?" mereka berdua tergagap.
Sonia berkacak pinggang dan memasang wajah marah.
"Jelaskan, apa maksud kalian berdua mengintip seperti tadi !"
"Em, kami tidak sedang mengintip, Senior." Nika mengelak. Lea mengiyakan apa yang diucapkan rekannya.
April terlihat keluar untuk memastikan keributan apa yang sedang terjadi. "Bi Soraya, ada apa ini dan mengapa kalian berdua di sini ?" April menatap mereka bergantian.
"Aku memergoki mereka mau mengintip mu." tunjuk Soraya pada Lea dan Nika.
April menganga, "Mengintip? Kalian sedang mencurigaiku? Aku baby sister disini dan berhak atas apa pun mengenai tuan muda David. Cepatlah kalian pergi, dan tidak perlu mencemaskan tuan muda." tegas April dan membuat dua pelayan itu segera pergi selain takut dengan Soraya takut juga dengan April yang memasang wajah garang.
"Kamu harus lebih berhati - hati, jika sampai ada orang lain kamu menyusui baby David, aku takutnya tuan Dave akan marah." Soraya mengingatkan. Karena ia mengerti betul bagaimana perasaan majikannya.
April mengangguk, "Aku tahu dan akan berhati - hati. Terima kasih Bi Soraya selalu melindungi aku."
Lalu Soraya pergi setelah memastikan April kembali masuk ke dalam kamar.
.
Eric pulang ke rumah dengan perasaan kesal. Janeta terhenyak kaget mendapati suaminya pulang dengan hidung bengkak dan seperti bekas berdarah.
"Eric, siapa yang membuatmu begini?" menyambut kedatangannya dengan perasaan iba.
"Siapa lagi kalau bukan pria hidung belang itu." umpat Eric sembari meletakkan belanjaan di atas meja. Ia duduk menyadarkan punggungnya.
Janeta menatap lekat wajah Eric, lalu pergi dan kembali dengan kotak obat di tangannya. " Pria hidung belang ? Siapa yang kamu maksudkan?"
"Siapa lagi kalau bukan pria malam itu ?"
"Oh, yang menolong April malam itu."
Eric mengangguk lesu.
Janeta ikut geram juga. "Tahanlah, sepertinya batang hidungmu robek !" lalu mengambil plester.
Eric mengepal kuat. Dalam diam ia merasa dendam dengan pria itu dan jika bertemu lagi ia akan membuat perhitungan. Eric memekik ketika istrinya mengobati lukanya.
"Mantan istrimu pasti merasa senang sekarang karena sudah memiliki pacar baru." kelakar Janeta sembari membereskan kotak obat.
Eric bersumpah tidak akan membiarkan mantan istrinya itu dimiliki oleh pria lain. Hanya dia yang berhak atas April. Ia yakin April masih memilki rasa dengannya. Jika saja tahu anaknya belum meninggal, April akan kembali padanya. Eric harus mencari tahu dimana Aril sekarang.
Eric tak merespon ucapan Janeta barusan, mendengarnya saja darahnya merasa panas. "Es krimmu jangan lupa dimakan, nanti keburu cair."
"Ah, iya."Lalu Janeta membawa belanjaan dan mengembalikan kotak obat ke belakang.
Eric melihat ibunya lewat hendak pergi ke luar rumah. "Ibu, mau kemana?"
Rieka menghentikan langkahnya, "Ada urusan mendadak."
Eric melirik sekilas keberadaan Janeta, dirasa aman Eric bertanya mulai bertanya. "Ibu masih ingat, wanita yang membeli Aril waktu dulu ?"
Rieka memasang wajah serius. "Mengapa kamu menanyakan hal itu, ibu bahkan tidak tahu nama mereka ?"
Jangan sampai ibunya tahu rencana Eric, "Ah, tidak. Entah mengapa aku memiliki perasaan rindu pada anakku."
"Ibu tidak ingin membahas mereka lagi. Jangan cemas, sebentar lagi kamu juga punya anak lagi !" lalu Rieka bergegas pergi.
Ibunya teramat sulit untuk ditanyai dan pasti akan marah jika Eric mengorek informasi siapa pembeli Aril. Lebih baik, Eric berusaha sendiri. Dan besok pagi ia akan mencari informasi sendiri.
.
Dave sudah pulang dengan membawa beberapa kotak susu. Ia bergegas mencari keberadaan April.
Duo pembantu tak salah melihat dengan belanjaan majikannya, berupa kotak susu. Kotak susu yang dibeli majikannya bukanlah susu formula untuk balita melainkan untuk untuk ibu menyusui karena covernya yang berbeda.
Lea berbisik, "Tuan Dave membeli susu ibu menyusui ?"
"Aku tahu. Lalu pada siapa tuan Dave akan memberikannya ?" Nika semakin penasaran.
"Tidak mungkin kan tuan Dave membelikan susu formula itu untuk baby sister ?"
Nika menepuk keras bahu rekannya, "Asal bicara kamu. Jelas itu tidak mungkin !"
April baru saja memandikan baby David dan sedang mengajaknya bermain di ruang tengah.
"Sayang, ayo kejar bolanya !" seru April sembari memainkan bola berwarna warni.
David tampak girang melihat benda berwarna bergerak kesana kemari. Ia yang sudah bisa tengkurap seolah berlari mengejar bola yang menggelinding. Lucu sekali.
Dave mendapati pemandangan itu merasa ikut senang juga. Lalu ia bergabung dan duduk di samping April.
Kedatangannya membuat April kaget. "Tuan Dave !"
"Mengapa wajahmu seolah melihatku seperti hantu ?" tegur Dave tak suka.
"Em, bukan begitu Tuan, cuman terkejut saja." April menyembunyikan rasa malunya.
Dave lalu menatap si kecil. "Lucunya putra ayah, sudah mandi rupanya. Hm, baunya wangi sekali." Dave hendak mencium baby David. Buru - buru April menahan mulut Dave dengan telapak tangannya. Dan hampir saja mengenai bibir Dave.
"Em, maaf Tuan. Anda baru datang dan pasti banyak kuman yang menempel. Sebaiknya, Anda membersihkan diri dan mengganti baju."
Dave lalu terdiam. Mengendus bau tubuhnya yang lengket dan asam. Ia menarik tubuhnya, "Hm, aku tahu."
Sebelum Dave beranjak dari sana ia menunjuk tas keresek. "Ini, aku belikan susu untukmu. Aku tidak tahu kamu suka rasa apa. Jadi, aku membelinya dengan berbagai varian rasa."
April ternganga tak percaya, sebaik inikah majikannya pada orang lain atau memang hanya pada dirinya seorang. April membuang jauh pikirannya. "Ah, iya Tuan. Terima kasih, Anda seharusnya tidak perlu serepot ini. Aku bisa membeli sendiri di lain hari."
"Aku hanya mementingkan kebutuhan putraku. Jangan beranggapan lebih !"
April mengangguk mengerti. Dave beranjak dari sana menuju kamarnya.
Sebelum ada yang tahu jika Dave membelikan susu untuknya, April menyembunyikan pemberian Dave.
Lea dan Nika datang. "Aku melihat tuan Dave berjalan kemari." Lea menyapu area sekitar April dan tidak mendapatkan sesuatu yang ia cari.
"Tentu saja. Di sini ada putranya." timpal April.
"Aku juga melihat tuan Dave membeli sesuatu, seperti susu ibu menyusui." Nika mengorek informasi jika benar susu itu untuk baby sister ini.
Deg !