Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bintang yang hilang
Untuk saat ini Amelia benar-benar sendiri. Mengurus Ira, mengurus rumah dan juga Rehan yang berjalan dengan tidak normal.
Hatinya remuk redam. Sebagai manusia biasa Amelia kadang ingin menyerah pada keadaan dan memaki pada Tuhan. Namun, keimanan Amelia menekan itu semua. Bagaimanapun juga, takdir manusia tidak pernah bisa berubah.
Pagi hari seperi biasanya, Amelia berjualan di depan rumah setelah mempersiapkan jualan untuk reseller nya.
Menggelar meja, memberi alas lalu mulai menata barang dagangannya. Bersyukur nya karena dagangan Amelia tidak pernah sepi pembeli.
Mungkin hari ini adalah hari keberuntungan bagi Amelia, ada pembeli sultan dengan mobil sport mewahnya menghampiri. Entah dari mana orang itu berasal.
“Mba, kamu yang viral itu kan di aplikasi hitam?”
Dengan ramah Amelia mengangguk.
“Wah. Boleh aku liput gak?”
“Boleh, kak.”
Orang itu turun, lalu mulai menyalakan ponselnya. Dia menyorot Amelia yang sedang berjualan.
Bergaya ala vloger, orang itu memutar ke kanan dan kiri. Kadang dia menyapa para pembeli dan mewawancarai mereka.
“Mba, berapa harga mocinya?”
“Macam-macam. Mulai dari lima ribu hingga sepuluh ribu. Tergantung ukuran dan rasa.”
“Selain moci, mba jualan apa lagi?”
“Banyak. Ada nasi comot, salah buah dan sayur, ada pusing juga. Mole crepe juga.”
“Tapi kok di sini cuma ada sushi, nasi comot sama sandwich buah.”
“Saya berjualan setiap hari beda menu, biar pelanggan gak bosen sarapan itu aja tiap hari.”
“Wah, ide yang sangat bagus. Mba ada yang bantuin?”
“Ada. Teman saya kebetulan yang kerja di sini membantu.”
“Wah, hebat ya. Di usia sekarang mba bisa mengajak teman untuk bekerja. Mba sekolah atau kuliah?”
“Saya gak sekolah dan gak kuliah. Kebetulan saya putus sekolah karena papa saya meninggal dan mama saya sakit. Baru juga kemarin kakak saya kecelakaan.”
“Jadi, mba jualan untuk menghidupi keluarga dan kakak yang baru saja kecelakaan?”
“Untuk saat ini iya. Tapi sebelumnya ada kakak saya.”
“Wah, salut ya. Mba bener-bener hebat. Kalau begitu boleh gak saya borong semua dagangannya?”
”Maaf gak bisa, Mas. Kasian pelanggan saya nanti gak kebagian. Kalau semisal mas mau, mas bisa beli yang masih sedang di produksi. Ada di dalam.”
Orang tersebut sangat senang karena bisa masuk ke dalam rumah untuk melihat langsung produksi makanan Amelia.
Saat di dalam, orang itu mengambil sesuatu dari nakas kecil yang ada di samping televisi.
“Mba, ini punya siapa?”
“Punya saya. Maaf tolong kembalikan.”
Amelia mengambil gelang itu dan langsung memakainya.
“Jomplang ya itu bintangnya cuma ada sebelah.”
“Satunya sudah dipegang oleh pemiliknya. Mas, jadi mau lihat produksi makanan saya?”
“I-iya. Jadi.”
Orang yang memperkenalkan diri sebagai Boris itu memborong makanan Amelia. Dia bahkan memberikan bonus cukup banyak setelah melihat kondisi Ira dan juga Rehan.
Dia merasa kasian tapi juga bangga pada sosok Amelia yang sangat kuat, mandiri dan sabar.
“Terimakasih mas Boris. Kalau bisa tayangannya jangan diperlihatkan semua ya.”
“Nanti saya kirim salinan video yang akan saya posting. Kalau gak setuju, mba boleh hilangkan beberapa bagian yang memang tidak ingin dipublikasikan.”
“Oh, begitu. Oke deh. Makasih ya, Mas.”
“Sama-sama. Saya permisi dulu ya.”
“Hati-hati di jalan.” Amelia melambaikan tangan dengan senyuman yang manis dibalik matanya yang sendu.
Gadis itu kembali masuk ke dalam rumah. Dia naik menuju kamar Rehan untuk memeriksa keadaannya.
“Abang butuh sesuatu gak?”
“Nggak. Dek, bantu abang turun ke bawah ya.”
Amelia membatu Rehan untuk menuruni anak tangga. Rehan memang tidak cedera parah, hanya saja kakinya yang sebelah kanan bengkak dan sulit untuk berjalan.
Setelah duduk di sofa, Amelia membawakan teh hangat dan cemilan.
“Adek bersihin dulu lukanya ya.”
Rehan mengangguk.
“Assalamualaikum.”
Seseorang datang bertamu. Setelah menjaaab salam, Amelia ke depan untuk melihat siapa yang datang.
“Kak Santika? Ayo masuk, kak.”
Pujaan hati Rehan datang untuk menjenguk sang kekasih.
“Mas? Ya Allah. Kok bisa begini? Kenapa?”
Santika cemas melihat keadaan Rehan dengan tangan dan kaki bagian samping lecet. Kaki kanan bengkak, dan ada luka sediki di pelipis kanan nya.
Amelia pergi ke dapur untuk mengambil air hangat guna membersihkan luka Rehan.
“Dek, sini biar kakak saja yang bersihin. Kamu sibuk kan di dapur.”
“Makasih ya, Kak.”
Dengan penuh kelembutan, Santika mulai membersihkan luka-luka yang ada di tubuh Rehan.
“Kok bisa sih sampai jatuh, Mas? Mikirin apa?”
“Namanya orang hidup, pasti ada saja yang dipikirin. Terutama mikirin kamu, kok bisa ya ada wanita secantik Santika.”
“Buaya dasar.” Santika menekan luka Rehan.
“Aduhhh duh duh. Sakit, sayang.”
Santika tertawa kecil.
“Jangan putus harapan ya, Mas. Apalagi sampai marah pada takdir Allah. Nanti kita gagal ujian. Kadang, ada kebahagiaan yang harus kita raih dengan rasa sakit yang luar biasa. Entahlah, kebahagiaan apa yang menanti kalian di depan sampai ujian nya Masya Allah istimewa.”
“Mungkin mau mendapatkan kamu.”
“Nih, teken lagi nih.”
“Jangan, jangan. Sakit banget serius.”
Amelia dan tiga orang lainnya yang sedang membuat pesanan di belakang hanya tersenyum mendengar Rehan dan Santika bersenda gurau.
“Setidaknya sekarang Bang Rehan bisa tertawa.”
“Iya, aku seneng dengernya. Semoga aja gak ada halangan untuk mereka bisa menikah.”
Puji syukur alhamdulillah Amelia selalu panjatkan karena Rehan memiliki seseorang untuk dia ajak berbagi. Setidaknya dia tidak akan menderita dan menahan semuanya seorang diri.
Andai saja kamu ada di sini, Kak. Mungkin aku juga tidak akan merasa seberat ini menghadapi cobaan yang rasanya tidak pernah mau pergi jauh dariku.
Meski ada Gunawan yang selalu menemani dan memberikan dukungan untuk Amelia, hati Amelia tidak pernah bisa melupakan Harlan.
Gadis itu kembali melihat gelang yang melingkar di pergelangan tangannya.
Kamu mengambil bintang satunya dengan alasan bintang itu akan kembali padaku. Kak, aku masih berharap suatau saat memang kamu akan kembali ke sini. Tapi ….
“Bintang ini aku ambil satu ya. Kalau suatau saat aku pergi, aku tetap akan kembali. Seperi bintang, tidak setiap malah dia datang. Tapi dia tetap akan kembali pada malam.
Amelia menghela nafas panjang. Dia kembali memfokuskan diri pada pesanan yang akan segera di antar.