Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32_Mengawasi Dalam Diam
Shaka mengepal kuat kedua tangan yang berada di dalam sakunya. Rahangnya mengetat dengan sorot mata yang semakin menghunus dan tajam. Penuturan Edward orang kepercayaannya alias Asisten pribadinya membuat Emosinya terpancing.
" Apa yang harus saya lakukan Tuan ?" Ucapnya menunggu perintah. Shaka memutar tumitnya membalikkan tubuhnya menghadap Edward yang sedari tadi berada di belakangnya.
" Tidak perlu. Kau cukup mengawasi Raya jangan sampai mereka melukainya!" Edward mengangguk setelah itu menundukkan sedikit kepalanya tanda menghormati Bos besarnya itu.
Setelah Edward pergi dari ruangannya, Shaka kembali menatap lurus pada jendela besar yang terdapat di ruangannya.
" Selama ini Key bekerja sama dengan pak Alden. Dosen yang mengajar di kampus anda Tuan. Mereka terlihat Akrab akhir-akhir ini dan saya memergoki mereka sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan anda tuan!"
" Key dan Pak Alden?"
Edward mengangguk " Iya Tuan!" Lalu ia menyerahkan beberapa lembar Foto yang mana disana terlihat Pak Alden dan Key sedang berbincang entah membicarakan apa. Tangan Shaka mengambil salah satu dari foto itu lalu menatap lekat dengan salah satu alis yang terangkat setengah.
" Pak Alden dia adalah calon penerus Nugroho Crop dimana perusahaan mereka selalu kalah tander dari kita selama tiga tahun berturut turut!"
" Maksudmu selama Aku menjadi CEO?"
" Benar Tuan. Saya pikir dia merasa tidak terima karena Perusahaannya hampir bangkrut karena tidak ada suntikan dana dari manapun dan bahkan para Investor pun enggan untuk menanam saham mereka di perusahan miliknya!"
Shaka terdiam sejenak. Rupanya pak Alden adalah lawan bisnisnya. Dia tidak menyangka jika Dosennya yang super duper dingin itu adalah calon pewaris tunggal Nugroho Crop karena sebelumnya mereka belum pernah bertemu di dunia bisnis.
Otak Shaka sedang berputar. Dia sedang menyusun Puzzle yang mungkin sebentar lagi akan terpecahkan. Pak Alden adalah saingannya di dunia bisnis, sedangkan Key dia adalah Pria yang menyimpan rasa terhadap Raya. Jika kedua pria itu bersatu tentu saja tujuannya satu yaitu menghancurkan Shaka.
Satu sudut bibirnya tertarik keatas mengukir sebuah seringaian yang membuat Edward sang asisten menelan salivanya kasar dengan Ekspresi mengerikan milik tuannya itu.
" Kamu masih disini?" Shaka menoleh ke asal suara. Mendapati sang Papa yang sudah berdiri tepat di belakangnya.
Ia tersenyum lalu membimbing sang Ayah untuk duduk di sebuah Sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri tadi " Papa belum pulang?" Jawabnya dengan kembali mengajukan pertanyaan.
Tuan Alex mengesah pelan lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dengan kaki yang menyilang " Hari semakin larut lebih baik kita pulang. Kasian mama kamu nungguin kita."
" Kenapa, apa ada masalah?" Tanya Tuan Alex mendapati keterdiaman putra tunggalnya itu.
" Sedikit, dan Shaka bisa mengatasinya kok." Matanya menatap sang Papa meyakinkan pria itu jika dia mampu untuk mengatasi masalah yang sedang di hadapinya.
Tuan Alex tersenyum. Dia sangat yakin dan sangat percaya jika putranya itu bisa di andalkan. Sekecil atau sebesar apapun permasalahannya dia tetap mengatasinya sendiri tanpa meminta bantuan papanya.
Justru tuan Alex merasa bangga, di usia Shaka yang menginjak dua puluh tahun Pria itu sudah bisa memimpin salah satu perusahaan miliknya dan perusahaan itu berkembang pesat di bawah pimpinannya.
" Syukurlah kalau begitu. Lalu bagaimana dengan Raya?" Bibirnya tersenyum tipis membuat sang papa mengangkat Alisnya sebelah " Bagaimana hubunganmu dengannya?"
" Sedikit ada kemajuan Pa. Tapi....,"
" Tapi apa heum? Rey dan Randi lagi? Apa mereka masih menghalangi mu untuk mendekati Raya? Katakan, apa mereka mengancam mu?"
Shaka terkekeh mendengar Papanya yang menyerbunya dengan deretan pertanyaan-pertanyaan. Dia menghentikan tawanya lalu menatap Sang Papa " Jika bertanya seperti itu papa sama persis dengan mama!" Tuturnya " Papa tenang saja, Shaka masih bisa mengatasi mereka. Yah walaupun mereka bermuka dua. Di depan Raya baik tapi di belakang Raya, mereka masih mengawasi Shaka. Shaka mengerti kok kalau mereka ingin yang terbaik untuk Raya, adik kecil mereka. Jadi biarkan saja selagi mereka tidak bertindak lebih jauh dari sekarang!"
Sang papa mengesah lalu menarik sandarannya dari Sofa " Kamu benar. Mereka mewarisi sifat ayahnya. Liam diapun sangat possessive terhadap Soraya-bundanya Raya. Dan sekarang kedua putranya yang selalu menjaga Raya!"
" Sedekat itu papa dan om Liam?" Tanya Shaka.
" Tentu kami sangat dekat. Kami sudah berteman semenjak masuk SMP. Dan mamamu adalah teman almarhumah istri om Liam!" Jawab Pak Alex menjelaskan " Kamu tahu, bahkan dulu saat kami masih remaja kami berniat untuk menjodohkan anak-anak kami. dan sekarang,"
" Apa perjodohan itu masih berlaku?" Tanya Shaka membuat sang Papa tertawa.
" Kenapa? Kamu tidak mampu untuk menaklukkan hati Raya sampai kami harus menjodohkan kalian?!"
" Jangan meragukan kemampuanku pa, sudah banyak gadis yang mengantri untuk menjadi pacar dari anakmu ini. Sangat jelas jika Anakmu ini sangat tampan sehingga mereka berdatangan sendiri menghampiriku!" Ucapnya membanggakan diri. Ruangan itu terlihat ramai saat Kedua pria itu tertawa dengan lepas.
" Ya ya ya. Siapa dulu dong papanya. Papanya ganteng pasti anaknya juga ganteng!"
" Iya iya. Kan buah jatuh tak jauh dari pohonnya!" Balas Shaka membuat Papanya kembali tertawa dengan ucapannya yang membenarkan perkataannya.
" Tapi Raya berbeda. Dan itulah kenapa Shaka tertarik sama dia."
" Pah,"
"Hem!"
" Apa Raya mau menerima Shaka?" Mata tuan Alex mengekori gerak gerik anaknya. Tangannya saling bertautan meremas kuat antar jemarinya membuat urat uratnya menonjol. Kepalanya sedikit menunduk dimatanya terlihat sedikit keraguan dan kegelisahan.
" Apa kamu Ragu?"
Shaka terdiam.
" Apa kamu meragukan kemampuanmu sendiri?!"
Shaka masih terdiam.
" Apa cuma segini perjuanganmu untuk mendapatkan Raya?" Kepalanya terangkat mendongak dan menatap mata sang Papa. Kepalanya menggeleng pelan.
" Lalu kenapa kamu bertanya seperti itu? Dimana Shaka anakku yang sebenarnya? Saat ini kamu bukan Shaka anakku!" Ucap Papanya kembali membuat Shaka menatap mata sang Papa.
" Shaka hanya takut Pa, takut kalau Raya tidak mau menerima latar belakang kita!" Tuan Alex terdiam. Dia mengerti maksud dan tujuan perkataan anaknya itu. Bukan status atau apa yang menjadi permasalahannya, tapi dia sadar jika di dalam tubuh anaknya mengalir darahnya juga. Di setiap aliran darah Shaka terdapat darah seorang pembunuh, pembunuh berdarah dingin yang sangat di takuti.
Di dunia bisnis siapa yang tidak kenal dengannya? Dia adalah Seorang mafia, mafia yang ke kejamanya tak dapat di bandingkan dengan siapapun. Dia di ibaratkan seperti iblis, iblis yang tidak memiliki hati, tidak memandang siapapun yang sedang ia hadapi, entah muda atau tua, pria atau wanita.
Saat ini Anaknya sedang dilema karena dirinya yang seorang mafia " Kamu menyesal karena di dalam tubuhmu mengalir darah Papa?"
" Kenapa papa berkata seperti itu? Papa dan mama adalah malaikatku, pelindungku dan tempatku untuk mengadu. Kalian adalah orang yang sudah menyayangiku dan merawat ku saat ini, mendidik ku dan membesarkan ku hingga seperti ini. Lalu kenapa aku menyesalinya?!"
" Pa, aku tau alasan papa seperti ini karena apa, karena Papa ingin menjaga keluarga kita. Mungkin di luar papa adalah sosok monster yang menakutkan tapi bagi kami, aku dan mama, papa adalah sosok pria yang baik, hangat dan penyayang. Jadi Shaka mohon, tolong jangan pernah berkata seperti itu lagi Shaka tidak suka pa."
" Lalu bagaimana dengan Raya?"
" Jika memang Shaka di takdirkan untuk bersatu dengannya, Shaka yakin tuhan pasti sudah merencanakan yang terbaik untuk kami. Jika Raya tidak mau menerima latar belakang keluarga kita, mungkin Shaka harus bisa melepaskan Raya. Tapi tidak semudah itu pa, Shaka akan berjuang menjelaskan pada Raya alasan kenapa papa seperti itu!"
" Lalu kenapa kamu merasa takut? Raya adalah gadis yang baik. Papa paham betul seperti apa dia. Jelaskan perlahan papa yakin Raya akan mengerti!"
Shaka tersenyum. Tidak ada salahnya dia bercerita pada papanya " terimakasih pa. Jadi papa restuin Shaka sama Raya?"
" Awww sakit pa," Shaka meringis kesakitan saat satu pukulan ia terima di bagian kepalanya.
" Tapi kamu harus berhati hati, karena papa yakin kedua kakak Raya tidak akan tinggal diam saat melihat Raya dekat dengan kamu!"
" Iya Pa, Shaka paham dan Shaka pun tidak mempermasalahkan tentang kedua kakak Raya, Mereka hanya ingin yang terbaik untuk Raya!"
" Dan kamu adalah yang terbaik untuknya!" Balas tuan Alex membuatnya tersenyum " kamu tenang saja om Liam berada di pihakmu. Dia sangat mempercayaimu, bahkan berbeda pendapat dengan kedua putranya mengenai dirimu. Maka dari itu papa mohon jangan pernah membuatnya kecewa. Jika itu sampai terjadi, kamu akan tau akibatnya!"
" Apa ayah Liam lebih menyeramkan dari papa?" Tanyanya Hati hati.
" Apa? Kamu ngomong apa?"
" Eng... ngakk. Enggak kok. Nggak jadi!"
Tuan Alex tertawa melihat sang putra yang gugup keceplosan memanggil sahabatnya itu dengan sebutan ayah " Wah sepertinya kamu sudah tak sabar ingin segera menikahi Raya. Sabar nak di depanmu masih banyak rintangan untuk mendapatkannya. Jika ingin segera mendapatkan Raya, maka singkirkan benalu benalu itu!"
Shaka mengerutkan Alisnya. Benalu? Apa papanya mengetahui sesuatu? " Tidak usah terkejut seperti itu. Lalu apa yang akan kamu lakukan untuk menyingkirkan kedua sampah itu?" Tanya Sang papa. Shaka mengesah papanya selalu ikut campur dan diam-diam memperhatikan gerak geriknya. Benalu? Tentu saja pada Key dan Dosennya yang super dingin itu. Jika sudah seperti ini apa yang akan Shaka lakukan? Tentu saja bermain aman seperti papanya. Kedua peria itu tersenyum, tersenyum manis namun mengerikan. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tentu saja darah dingin itu mengalir dalam tubuhnya dan apa yang akan Shaka lakukan? Tenang saja biarkan Waktu yang menjawabnya.