Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23_Aturan Baru
Pagi hari wajah Raya sudah terlihat kusut seperti pakaian yang belum di setrika. Bahkan nasi goreng kesukaannya pun menjadi pelampiasaan kekesalah terhadap kedua kakaknya. Mengaduk tanpa ada niatan untuk memakannya, sang Ayah yang melihatnya hanya bisa mengesah pelan melihat tingkah Anak bungsunya.
Pagi sekali bahkan matahari belum menampakkan diri, kedua kakaknya sudah membangunkan Raya, menyeramahinya dengan wejangan yang membuat Raya tak mengerti dengan tindakan kedua kakaknya itu.
" Mulai hari ini kamu akan memiliki supir Pribadi Cia. Setelah kuliah kamu harus langsung pulang, jika ada tugas atau yang lainnya kamu harus izin dulu sama kakak. Dan itupun dengan syarat kamu harus terus di antar supir pribadimu!"
Raya memotong kuat Telur yang terdapat di piringnya saat perkataan Rey kakak tertuanya melintas kembali di ingatannya, kembali Raya membuat kegaduhan sampai Ayah dan kedua kakaknya melirik kearahnya.
" Tidak ada penolakan. Kamu harus menurut jika kamu tidak ingin kami kirim kembali Ke Australia. Ingat kami melakukan semua ini demi kebaikkan mu!" Timpal Randi.
Raya mendengus. Apa kedua kakaknya sudah tidak sayang lagi padanya? Mengirim Raya ke Australia? Yang benar saja. Lalu demi kebaikan Raya, bukankah selama ini hidupnya baik baik saja, ya meskipun Raya mengakuinya jika Ia memiliki sedikit masalah dengan teman barunya tapi sekarang semuanya mulai membaik.
" Jangan di aduk mulu Cia. Dimakan sarapannya!" Raya tak mengindahkan perkataan Rey gadis itu terus mengaduk makanannya.
" Apa masalah mu? Kenapa kamu menyakiti diri mu sendiri Heum?!" Tanya Randi yang kini menahan pergerakan tangan adiknya " Perut mu harus di isi Cia!" Lanjutnya lagi.
Raya melirik bergantian pada Ayah dan kedua kakaknya. Raya mendengus tanpa menjawab gadis itu bangkit dari kursinya.
" Cia!" Langkahnya terhenti saat beberapa langkah lagi pada pintu utama. Rey memanggilnya.
" Kamu marah pada kami? Hei ingat ini demi kebaikan mu!" Ucap Rey setelah menghampiri Adiknya
" Kebaikan ku? Ka Rey pikir ini jalan yang terbaik untuk ku? Ka Aku sudah besar, aku bukan anak SD lagi yang kemana mana harus di jaga dan di awasi. Aku juga ingin bebas seperti mereka. Aku tidak suka kalian yang seperti ini!" Balas Raya meluapkan emosinya.
" Cia?"
" Apa?!" Jawab Raya malas.
" Aku sudah mengikuti semua kemaun Ka Rey dan sekarang apa lagi?" Sambungnya mengepal kedua tangannya kesal.
" Tapi Kamu tidak bisa bersikap seperti ini Cia." Balas Rey tak mau kalah.
" Terus Aku harus gimana? Ka Rey sama Ka Randi yang membuat ku seperti ini. Kalian yang memaksa ku bersikap seperti ini!"
" Kamu ini bicara Apa? Kami melakukan itu karena kami peduli dan sayang sama kamu." Raya menghindar saat Randi ingin menyentuhnya.
" Sayang? Kalian bohong. Kalian udah gak sayang lagi sama Aku! Jadi biarkan aku untuk terbiasa hidup tanpa kalian!"
" Cia kakak belum selesai." Rey mencekal tangan Raya saat gadis itu ingin pergi meninggalkan mereka.
" Apa lagi?" Mata Raya mulai berkaca dengan sekali kedipan buliran bening itu akan keluar dari tempatnya.
" Amour!" Rey menyesali perbuatannya terhadap adiknya.
" Maaf. Bukan kakak mengekang kamu, tapi...
" Aku tidak mempermasalahkan itu. Yang membuat Aku sedih dan kesal kenapa kalian mengancam akan mengirim ku kembali Ke Australia? Apa kalian sudah tidak sayang lagi pada ku? Apa Aku membuat kesalahan yang fatal sehingga membuat kalian kecewa? Katakan, apa aku berbuat kesalahan?!"
"Ka Selama ini Aku menuruti keinginan kalian. Aku tidak marah dengan keposessivan kalian. Tapi aku tidak suka, aku tidak suka di ancam. Aku tidak mau kembali ke Australia. Kenapa kalian bisa berkata seperti itu?"
" Ayahhh," Raya melihat kearah Ayahnya yang masih betah melihat pertengkaran antar Putra dan putrinya. Pria paruh baya itu masih terlihat tenang dan enggan untuk melerai mereka.
" Cia." Panggil kedua kakaknya saat Raya pergi meninggalkan mereka. Memasuki Mobil dan membanting kuat Pintu mobil membuat kedua kakaknya mengesah menghembuskan nafasnya kasar.
" Biarkan dia pergi. Dia butuh ketenangan. Nanti siang temui Ayah di kantor." Ucapnya seraya meninggalkan Kedua putranya. Pak Yanto segera mengekori Tuan besarnya membawakan tas kerja Tuannya dan mengantarnya pergi ke kantor.
Tinggalah Rey dan Randi, kedua lelaki itu saling melirik lalu menggusar kasar wajah mereka. Bi Yanti hanya bisa menatap sendu pada kedua putra Tuan besarnya. Baru pertama kali Raya terlihat marah dan kecewa pada kedua kakaknya. Sebelumnya Kakak beradik itu terlihat rukun dan saling menyayangi membuat keluarga lain iri melihat keharmonisan keluarga Jonshon. Tapi hari ini, pagi ini, pertengkaran terjadi di kediaman Jonshon.
" Taman."
" Tapi Nona,"
" Pak Imam gak perlu khawatir Ka Rey dan Ka Randi biar aku yang urus." Ucapnya membuat Supir barunya itu bungkam dan menurut.
Raya mengesah sembari memejamkan matanya, perkataan dan ancaman kakaknya terus berputar seperti radio rusak di kepalanya. Moodnya sudah hancur, ia tidak mungkin pergi ke kampus ia butuh ketenangan. Dan salah satu tempat yang ia ingin kunjungi saat ini adalah taman. Tempatnya yang Asri dan tenang.
" Sudah sampai Nona." Raya membuka matanya saat Pak Imam memberitahunya. Matanya melihat keluar jendela, taman masih terlihat sepi dan udaranya pun pasti masih segar.
" Bapak pulang saja, nanti saya hubungi lagi."
" Tapi Non?"
" Udah bapak tenang saja, Sana Pulang. " Raya segera turun dari Mobil melangkahkan kakinya memasuki taman. Raya memejamkan mata sembari merentangkan tangannya. Menghirup dalam dalam udara yang masih segar untuk memenuhi paru parunya.
Serasa cukup. Raya duduk di sebuah kursi yang terdapat di taman. Tangannya memainkan benda canggih berbentuk perseginya.
'Aku tidak bisa masuk. Ada urusan mendadak. Nitip absen yah'
Raya mengirim pesan singkat pada Hana. Tidak lama kemudian Hana membalas Chat darinya.
' Tidak. Aku baik baik saja. Salam sama Meli!'
Setelah membaca balasan singkat dari Hana lagi. Raya tidak membalasnya lagi, gadis itu lebih memilih menikmati suasana taman yang membuat pikirannya sedikit lebih tenang. Setidaknya dengan mengabari Hana kedua sahabatnya itu tidak akan khawatir dengan dirinya tang tidak masuk kuliah.
" Membolos Heum?" Mata Raya terbuka dengan perlahan. Keningganya sedetik kemudian aluanya saking bertauran bingung antaea nyata atau halusinasinya saja.
" Shaka?" Gumamnya. Raya mengucek kedua matanya. Setelah yakin dengan pria yang berada di hadapannya itu nyata, Raya sedikit memundurkan tubuhnya terkejut.
" Kamu.. ngapain kamu disini?" Tanya Raya tak percaya, bagaimana Pria itu bisa ada di sini?
" Menjaga kamu." Ucapnya santai.
" Aku?!" Tunjuk Raya pada dirinya " Dari apa?" Sambungnya lagi.
" Dasar pikun." Bukannya menjawab Shaka malah mencubit hidung Raya yang tak selancip hidungnya.
" Sakit ihhh," Ringis Raya mengusap hidungnya yang baru saja di cubit.
" Aku masih punya hutang, satu hari jadi babu kamu." Ucapnya mengingatkan.
Raya mengangguk setelah mengingatnya" Rasanya sudah tidak perlu. Lebih baik kamu kembali ke kampus sebentar lagi perkuliahan akan di mulai."
" Nggak mau," Tegas Shaka. Pria itu menyilangkan kakinya " Hutang tetaplah hutang. Dan aku akan membayarnya."
" Tapi aku sudah tidak peduli dengan perjanjian itu lagi. Sudahlah lebih baik kamu.....
" Jangan memaksa ku. Hari ini, aku akan menjadi babu mu."
" Aku ingin sendiri. Dan aku butuh ketenangan. Mungkin lain waktu saja."
" Tapi Aku pengennya hari ini. Dan kamu tidak bisa menolak!"
" Kenapa bisa seperti itu, kan Aku majikannya!" Ucap Raya tak terima.
" Karena Aku memaksa. Sudah ku katakan Kamu tidak bisa menolak!"
" Baiklah. Baiklah. Tapi kamu harus Ke kampus sebentar lagi perkuliahan dimulai!" Usirnya membuat Shaka memutar bola matanya jengah.
" Bagaimana dengan mu? Curang. Kamu menyuruh ku kembali ke kampus sedangkan kamu membolos. Itu tidak adil! Lagi pula Kan hari ini aku jadi babu kamu, jadi kemanapun Kamu pergi aku akan ikut!"
" Tapi tidak dengan membolos juga. Cepat mumpung masih ada waktu sebaiknya kamu kembali ke kampus."
" Nggak Ray, kalo kamu masih disini, aku nggak akan pergi. Kalo kamu ingin aku kembali ke kampus, kamu pun harus ikut dengan ku ke kampus!"
Raya menarik tangannya yang di cekal oleh Shaka " Aku masih ingin disini."
" Kenapa?" Raya melirik pada Shaka yang kini sedang menatapnya. Pria itu sedikit lebih hangat dari sebelum sebelumnya. Bahkan suaranya tak sedingin hari kemarin.
Raya menggelengkan kepala " Aku hanya butuh ketenangan."
" Mau pergi ke suatu tempat?" Tawar Shaka membuat gadis itu membetulkan posisi duduknya menghadap kearahnya.
" Mungkin setelah pergi ketempat yang kamu inginkan, pikiran mu akan sedikit lebih tenang!"
" Kamu mau nganterin aku?"
" Tentu saja." Jawabnya cepat " Emang kamu mau kemana?" Tanya Shaka penasaran.
" Menemui seseorang. Aku sangat merindukannya. Kamu mau nganterin aku kan, Ayo!" Ajak Raya antusias.
Shaka melihat kearah tangan Raya yang terulur padanya gadis itu tersenyum tipis dengan mata yang berbinar " Kamu ingin bertemu dengan siapa? Kenapa wajah mu berseri seperti itu?!"
" Rahasia. Nanti kamu juga akan mengetahuinya. Ayolah mungkin inilah saatnya aku bertemu dengannya. Astaga aku sudah tak sabar berjumpa dengannya, ayo cepat!" Mau tidak mau akhirnya Shaka mengikuti keinginan Raya. Gadis itu tak semurung tadi, bahkan kini matanya terlihat berbinar dengan senyum yang terus mengembang sempurna.
" Sepertinya dia spesial." Tebak Shaka membuat Raya menoleh kearahnya.
" Tentu. Bahkan Lebih dari kata Spesial. Mungkin saat ini dia juga sedang menunggu ku."
" Spesialan mana dengan ku? Dia atau Aku?" Raya ikut berhenti saat Shaka menghentikan langkahnya. Gadis itu terlihat berfikir sebentar tidak lama kemudian senyumnya kembali mengembang.
" Tentu saja..... Dia." Jawab Raya membuat Shaka mendengus tidak suka " Hei jangan merajuk. Bukankah kamu sudah berjanji hari ini kamu jadi babu aku dan akan mengikuti ku kemana pun Aku pergi. Jadi, cepatlah Antarkan Aku bertemu dengannya!"
" Iya. Iya. Tapi jangan menarik bajuku seperti ini." Raya terkekeh geli saat Shaka merajuk lagi padanya. Bibirnya yang manyun dan pipinya yang sedikit mengembung, membuat Raya tak tahan dengan sifat Shaka yang baru saja di perlihatkan padanya.