Bayi Taruhan Sang Mafia Playboy

Benar dugaan Kakek Dario, utusan dari Alfonso mengirimkan sebuah surat tantangan pada Klan Cosa Nostra. Disebutkan jika Klan Ghost Whispers menginginkan taruhan sebagai bentuk kesepakatan.

Siapapun yang menang dalam perang kali ini, akan memperoleh kekuasaan penuh di dunia bawah. Artinya yang kalah harus tunduk terhadap yang menang. Dan hukumnya mutlak.

Dunia hanya akan mengakui klan yang memang sebagai satu-satunya penguasa. Dan satu lagi, Alfonso minta Sofia sebagai hadiah untuknya. Karena pria setengah iblis itu yakin jika dirinya pasti menang.

Mendengar permintaan Alfonso, Javer dan Alessandro meradang. Mereka berdua tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi pada wanita yang dicintainya.

Alfonso menggodok seluruh anak buahnya dengan kekuatan iblis yang dimilikinya. Sedangkan Dario memberikan pelatihan fisik dalam menggunakan berbagai senjata tajam. Kondisi Dario memang belum sepenuhnya pulih, namun wibawa dan aura kepemimpinan pria tua itu tak perlu diragukan lagi. Dengan gagah Dario berdiri di atas mimbar memberikan beberapa petuah dan arahan.

"Kita harus memenangkan petarungan ini, karena ini bukan sekedar perang biasa. Ada harga yang harus di bayar mahal jika kita kalah. Karena itu artinya Klan Cosa Nostra harus tunduk di bawah kaki Klan Ghost Whispers."

"Dan yang lebih parahnya lagi, kita semua akan kehilangan wanita kuat di antara kita." Ujarnya.

"Sofia dan bayinya menjadi taruhan yang diminta oleh Alfonso. Wanita yang sedang mengandung generasi penurusku itu memiliki kekuatan supranatural langka yang wajib menjadi milik kita. Apalagi dia masih berstatus sebagai kekasih dari Alessandro. Jadi kita harus mempertahankannya dengan sekuat tenaga kita. Kita harus mencegah Alfonso menjadikan Ratu di Istana Hitamnya."

Dalam diamnya, Javer mengepalkan kedua tangannya. Ternyata Sofia memang hanya dijadikan penguat kekuasaan. Bukan diinginkan karena cinta dan kasih sayang.

"Aku berjanji demi alam semesta, aku akan memenangkan petarungan ini bukan untuk menjadikanmu pasangan hidup Alessandro. Tapi karena aku akan menyelamatkan hidup dan harga dirimu sebagai wanita keturunan bangsawan Yunani."

Hari-hari terus berjalan maju tanpa mau menoleh ke belakang. Begitu pula dengan kehidupan baru Sofia dan Naren. Di sebuah desa yang cukup jauh dari tempat asal mereka. Pyrgos yang ada di Kepulauan Cyclades menjadi pilihan mereka. Merupakan desa tertinggi di Santorini yang memukau dengan sejarah, ketenangan, dan pemandangan kaldera.

Ya, Sofia memutuskan kembali ke negara asal keluarganya. Dia memilih tempat itu, karena masa kehamilannya yang semakin besar. Dia butuh ketenangan. Di sini, Sofia tidak akan terusik oleh perebutan kekuasaan klan mafia. Karena di Yunani, Sofia yang memiliki kekuatan langka akan disegani. Bukan diperebutkan guna menjadi tameng penunjang kepemimpinan mafia.

Tidak ada yang tahu tempat ini, karena sejak dulu keluarganya sudah tidak pernah pulang ke kampung halaman mereka yaitu Yunani. Sofia membeli satu unit rumah berukuran besar, tapi sederhana di pinggiran desa. Sofia dan Naren, dua wanita yang sama-sama hamil di luar nikah saling bantu untuk kelangsungan hidup mereka.

Waktu yang ditentukan pun telah tiba, kedua klan besar saling memperebutkan kekuasaan dan seorang wanita bernama Sofia. Di sebuah tempat yang luas menjadi pilihan lokasi peperangan. Hal itu dilakukan supaya tidak mengganggu warga sipil lainnya, tentu berurusan dengan hukum dan pemerintahan sangat mereka jauhi. Nampak ribuan pasukan memenuhi lapangan hijau.

Alfonso dengan topeng yang melekat di wajahnya memimpin pasukan yang jumlahnya seribu orang. Dimana sebagiannya memiliki kekuatan supranatural dari iblis. Sedangkan Dario didampingi oleh Alessandro dan juga Javer. Dario sudah bisa berdiri tapi tidak seberapa kuat. Tapi tetap memaksakan diri. Sementara Alessandro hanya tidak ingin dipandang sebelah mata dibandingkan Javer.

Persaingan tak kasat mata antara Javer dan Alessandro semakin terasa. Begitu Javer diminta memimpin pasukan, tentu saja sebagai keturunan sah Alessandro tidak terima diperlakukan berbeda. Rasa iri hati dan dengki Alessandro terhadap Javer sudah mendarah daging. Sulit untuk disembuhkan kalau bukan dia sendiri yang ingin sembuh. Alessandro menyimpan banyak dendam.

Petarungan sengit pun terjadi, tidak bisa lagi diceritakan karena pertumpahan darah sudah terjadi di luar kendali. Pihak Alfonso memimpin petarungan, karena banyak anak buah Dario yang tumbang hanya karena satu kibasan telapak tangan yang mengeluarkan asap hitam pelumpuh syaraf tubuh. Sama seperti yang dirasakan oleh Dario saat itu. Semuanya lumpuh.

Bahkan tidak sedikit yang langsung kehilangan nyawanya. Sedangkan anak buah Alfonso hanya beberapa yang terluka.

"Bagaimana Dario, sudah menyerah saja daripada seluruh anak buahmu aku buat mati saat ini juga."

"Jangan terlalu sombong Alfonso, kamu kuat karena Iblis yang memberimu kekuatan gaib. Seandainya tanpa bantuan iblis, pasti kamu bukan tandinganku."

"Omong kosong, Felix habisi mereka semua. Aku sudah terlalu lama membuang waktu. Bumi hanguskan Klan Cosa Nostra tanpa sisa sedikitpun."

Dan lagi-lagi pertempuran tidak imbang itu pun terjadi. Gumpalan awan hitam memayungi mereka semua, bagaikan lintah penghisap darah. Awam hitam ini menghisap habis seluruh energi dari anak buah Dario.

Tidak butuh waktu lama, pihak Dario pun kalah. Semua kehilangan nyawa, sedang yang masih bernafas kehilangan kekuatan tubuhnya. Mereka semua tergeletak lumpuh tak berdaya. Sedangkan Dario sudah pasrah, mungkin juga ini karma atas keserakahannya yang ingin memanfaatkan wanita yang tidak bersalah. Dario kini sadar dirinya sudah banyak dosa pada Sofia.

Melihat pemandangan yang memilukan, dimana hampir seluruh pasukannya tergeletak di tanah. Pria tua itu terduduk dan menundukkan kepalanya. Bukan karena kekalahan yang membuatnya menangis, tapi karena dia telah mengorbankan banyak nyawa demi ambisinya yang tetap ingin dipandang tinggi dunia bawah. Sementara itu Alessandro juga terlihat pasrah, karena dia terluka lagi.

"Alfonso, tolong bunuh aku supaya dendammu di masa lalu bisa terbayar hari ini. Cukup sampai di sini perselisihan kita berdua. Aku mengaku kalah, dan menyerah. Kamu boleh mengumumkan pada dunia jika kamu telah mengalahkan aku. Dengan suka rela, aku serahkan."

"Kamu tidak bisa meminta mati padaku, karena ini belum selesai."

"Apalagi yang kamu minta Alfonso, lihatlah sudah banyak nyawa yang melayang dari pihakku. Apa masih kurang puas kamu?" Tanya Dario.

"Aku ingin kamu dan cucumu menjadi budakku. Baru aku puas."

"Aku lebih baik mati daripada menjadi budak manusia iblis sepertimu." Ucap Alessandro memegangi dada kirinya yang terasa panas dan sakit.

"Aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti Tuan Dario dan Alessandro." Ucap Javer mengambil alih kendali.

"Bisa apa kamu anak pungut, kemampuanmu hanya seujung kuku untukku."

"Setidaknya aku sudah berusaha membalas budi kepada Tuan Dario yang telah bersusah payang menampung dan memberikanku hidup layak selama 20 tahun." Ucap Javer penuh ketegasan.

"Baiklah, aku turuti maumu. Kalian bertiga akan mati di tanganku saat ini juga." Sombong Alfonso.

Blasshhh... Slasshhh... Alfonso dan Javer saling melepaskan kekuatan gaib dari telapak tanganya. Nampak Javer terlihat kuwalahan, karena memang dia tidak sekuat Alfonso. Javer butuh Sofia disampingnya, tapi dia tidak mungkin memanfaatkan wanita yang dicintainya itu.

Saat Alfonso akan mengeluarkan seluruh tenaganya untuk membunuh Javer, tiba-tiba Dario berlari dengan sisa tenaganya. Kekuatan super dahsyat itu menghantam tubuh ringkih Dario. Detik itu juga, Dario kehilangan nyawanya.

"Kakek..." Teriak Alessandro meneteskan air mata. Pria itu menangis sesenggukan.

"Tuan Dario, kenapa hingga akhir Anda terus membuat saya berhutang."