Penculikan yang terjadi membuatnya merasa bersalah dan bertekad untuk pergi dan menjadi lebih kuat agar bisa melindungi seorang gadis kecil yang sangat ia sayangi yaitu cucu dari Boss ayahnya. Tanpa ia sadari rasa sayangnya terhadap gadis kecil itu berubah menjadi rasa cinta yang sangat mendalam saat mereka tumbuh besar namun menyadari statusnya yang merupakan seorang bawahan, ia tidak berani mengungkapkan hati kepada sang gadis.
Namun siapa sangka saat mereka bertemu kembali, ternyata menjadi kuat saja tidak cukup untuk melindungi gadis itu. Nasib buruk menimpa gadis itu yang membuatnya hidup dalam bahaya yang lebih dari sebelumnya. perebutan kekayaan yang bahkan mengancam nyawa.
Apakah pria tersebut dapat melindungi gadis yang disayanginya itu? dan apakah mereka bisa bersama pada akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyla18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Di pagi hari, di kantor pusat perusahaan Hartono, Alya berdiri di depan layar proyektor besar di ruang rapat dengan menggunakan setelan formal berwarna navy yang memperkuat wibawanya.
Rapat bersama divisi keuangan, legal, dan perwakilan dewan sedang berlangsung. Di layar proyektor terpampang grafik laporan keuangan triwulan yang stabil bahkan menunjukkan peningkatan.
Tapi suasana ruangan saat ini jauh dari kata tenang. Hingga salah satu anggota dewan senior di ruangan itu pun angkat bicara.
"Dengan sehala hormay, Nona Alya. Saya paham bahwa anda telah berhasil menstabilkan perusahaan setelah kasus Yudi Hartono. Tapi anda harus mengerti bahwa beberapa investor mulai mempertanyakan arah kepemimpinan saat ini," ucap dewan senior yang bernama Pak Eko dengan suara yang pelan namun penuh tekanan.
"Maksud anda mempertanyakan saya?" tanya Alya sambil menatapnya lurus
Beberapa kepala di ruangan itu saling bertukar pandang dan dewan senior tadi tidak menjawab secara langsung tapi semua orang di ruangan itu tau jawabannya.
Azka yang sudah kembali ke sisi Alya dan sedang berdiri di belakang ruangan dengan mengenakan jas gelap, tetap berdiri seperti biasanya di posisi tenang. Tapi matanya tajam dan terus memperhatikan gelagat setiap orang di ruangan itu satu persatu.
ia tau ucapan dari dewan senior itu tidak keluar secara kebetulan dan pasti ada alasan.
Pak Eko, Bu Heni dan dua orang anggota dewan lainnya di ruangan itu pernah memiliki hubungan bisnis dengan Yudi Hartono. Bahkan setelah pria itu di tangkap, bayangannya masih saja menghantui perusahaan.
"Kalau ada keraguan terhadap kompetensi saya, kita bisa selesaikan lewat pemilihan suara resmi," ucap Alya dengan suara yang tenang namun mengandung kekuatan.
"Pemilihan suara bisa dilakukan" Jawab Bu Heni "Tapi kita juga ingin tau... apakah semua keputusan akhir-akhir ini benar-benar datang dari anda? Atau... dari orang lain?" lanjut Bu heni sambil menatap sekilas ke arah Azka.
Seketika ruangan rapat menjadi sunyi dan semua orang di ruangan itu mengerti arti dari ucapan Bu Heni.
Alya menegang namun Azka tetap berdiri tenang tidak tergoyahkan, meski di dalam dadanya sedang mendidih menahan emosi.
Azka ingin sekali maju dan berkata bahwa semua strategi dan keamanan yang mereka capai saat ini benar-benar adalah hasil kerja keras Alya. Tapi ia tidak boleh memgatakan itu karena ia bukan siapa-siapa di ruangan rapat ini. Dia bukan direksi, dewan, maupun investor. Dia hanyalah bayangan.
_____________
Di siang hari, di ruang pribadi Alya, Alya menutup pintu ruangan dengan sedkit keras. Azka menyusul di belakangnya, namun sama sekali tidak mengatakan apapun.
Ia berdiri dengan diam dan tenang seperti biasanya di sisi Alya.
Alya meletakkan berkas di mejanya, lali menoleh ke arah Azka.
"Kenapa kamu diam saja tadi?" tanyanya dengan nada lebih tinggi dari biasanya karena sedang menahan emosi.
"Itu bukan tempatku untuk bicara," ucap Azka
"Kamu yang bantu restrukturisasi divisi logistik. Kamu yang bantu amankan dokumen dan jaringan data perusahaan setelah serangan dari Regan. Tapi sekarang... mereka malah menuduh kamu yang mengaturku dari balik layar? Apakah mereka bodoh?"ucap Alya kesal
"Justru karena itu aku diam. Kalau aku membela diriku sendiri maka tuduhan mereka padaku akan tampak benar,"ucap Azka dengan tenang
"Kamu sadar? Kamu bisa saja berdiri bersamaku. Bukan terus di belakangku sebagai bayangan," ucap Ayla sambil menatap Azka lama
Azka tidak menjawab namun tatapannya mengatakan bahwa 'kalau aku berdiri bersama kamu, maka mereka akan menghancurkanmu.'
"Capek ya... berjuang sambil menahan semua hal ini," ucap Alya sambil menunduk dan menyandarkan kepalanya di meja.
Azka hanya diam namun sebenarnya ia ingin melangkah maju, mendekati Ayla. Menghapus air mata yang Alya sembunyikan. Tapi ia tau ia tidak boleh melewati batas itu.
"Aku masih di sini, jadi jangan terlalu khawatir. Aku akan berusaha menangani semuanya," ucap Azka pada akhirnya dengan pelan untuk menghibur Alya
"Aku tau. Terima kasih, Azka," ucap Alya sambil mengangguk
______________
Beberaoa hari kemudian, terjadi insiden di gudang Surabaya. Berita datang mendadak memberitaukan bahwa gudang utama perusahaan Hartono di Surabaya terbakar. Investigasi awal menyatakan api berasal dari korsleting listrik, tapi data internal menunjukan kejanggalan yaitu sistem alarm nonaktif selama 3 menit sebelum kejadian kebakaran tersebut.
Azka pun segera turun langsung ke lokasi untuk melakukan pengecekan.
Sesampainya di sana, ia mendapatkan sesuatu yang tidak beres. Data CCTV telah di hapus padahal pintu utama ruangan penyimpanan dara cctv tidak terbakar dan masih terkunci kokoh, bahkan cadangan data backup juga ikut hilang. Semua ini terlalu rapi untuk sebuah kecelakaan biasa.
Azka pun kembali ke Jakarta dengan laporan lengkap. Alya membaca semuanya diam-diam di tengah malam, di ruang kerjanya bersama dengan Azka.
"Kalau ini sabotase maka berarti masih ada orang dalam yang bermain-main," ucap Alya
"Kemungkinan besar dari internal dewan," ucap Azka yang setuju dengan ucapan Alya
"Kita harus bersiap untuk menghadapi perpecahan dari dalam," ucap Alya sambil menatap azka dalam-dalam
Azka mengangguk setuju. Tapi sebelum ia sempat berkata sesuatu, Alya bertanya pelan.
"Azka, kalau nanti semuanya makin berat... apakah kamu tetap akan di sini bersamaku?" ucap Alya bertanya dengan suara pelan
Azka tidak langsung menjawab, ia menatap ke arah jendela. Terlihat pemandangan Jakarta di malam hari dari jendela itu. Jakarta merupakam kota yang tidak pernah tidur, seperti mereka yang terus berjalan tanpa bisa benar-benar berhenti.
"Aku akan tetap ada di sini... di tempat ku,"hawab Azka pelam pada akhirnya.
"Dan di mana tempatmu?" tanya Alya dengan suara yang pelan, nyaris seperti berbisik.
Azka menatap Alya sesaat kemudian menjawab "Di belakang mu."
___________________
Pada malam hari, di balkon atas, Alya berdiri sendiri dengan tangan yang memegang secangkir teh hangat. Udara malam terasa menusuk namun ia tetap diam dan tidak bergerak dari tempatnya.
Di bawahnya, Azka berdiri mengawasi Alya dengan matanya yang tajam dan tubuhnya yang tenang. Ia selaku ingin memastikan Alya baik-baik saja dengan mata kepalanya sendiri. Keamanan dan kebahagiaan Alya adalah yang terpenting untuknya di hidupnya.
Kedua orang itu terpisah oleh lantai namun seperti biasa, mereka berdua terhubung dalam diam.
Dan malam itu, meski tidak ada yang di ucapkan oleh mereka masing-masing, perasaan mereka tetap hadir dan semakin mengalir di antara mereka seperti angin malam yang sunyi dan menyentuh, tapi tidak pernah bisa di peluk dan di miliki.
Mereka berdua hanya bisa saling menatap dan memendam semua perasaaan yang ada dalam diam dan rahasia.
Bersambung