Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Sebrutal Jiwa yang Dihidupkan
'Aku adalah dari reruntuhan yang menyala, tubuh pura-pura bernapas, sebab tidak ada lagi yang dipercaya kecuali luka,' batin Maura sambil terus memandangi suaminya.
***
Mentari pagi menyeruak masuk menembus melewati pantulan jendela kaca. Saat Danny baru saja menggeliat, merasa kulitnya tersengat oleh rasa panasnya mentari pagi ini.
Ia menoleh ke arah sebelahnya. Danny terkejut dan langsung terduduk, setelah ia menyadari wanita yang semalam sempat ia peluk tak lagi ada di sampingnya.
Lalu, pria itu beringsut menuruni ranjang dan mecari-cari istrinya ke seluruh ruangan kamar hotel yang ia sewa.
"Maura, apa kamu di kamar mandi?" tanyanya, panik.
Wajahnya berubah merah saat ia memutar knop pintu kamar mandi dan tak menemukan istrinya di sana.
Lalu ia menghubungi Julio, agar cepat datang ke kamarnya.
Pria itu masih acak-acakan. Rambutnya bahkan belum disisir rapi seperti biasanya. Berulangkali ia mengusap kasar wajahnya sendiri, sambil mondar-mandir tak jelas menunggu Julio datang.
Hingga akhirnya, setelah sekitar sepuluh menit berlalu dan Julio datang.
PLAK!
Danny menampar Julio begitu saja. Sontak saja pria yang tak paham apa kesalahannya itu menahan kesal.
"Ada apa, Tuan. Saya bangun tidur, dan masih bersiap," terang Julio menjelaskan.
Danny tersenyum miring. "Kau lihat aku? Bahkan diriku sendiri saja tak kurus! Cari Maura! Temukan dia, segera!"
Perintah Danny pagi itu terdengar menggelegar di telinga Julio. Ia bagaikan tersambar petir saat mendengar Nyonya mudanya hilang.
Seketika urat di lututnya terasa lemas. Bagaimana bisa Maura menghilang? Bukankah kondisinya masih lemas?
Julio masih terkejut dan mencoba mencermati setiap kalimat sumpah serapah yang dilontarkan Danny kepadanya, tetapi pria kejam itu sudah menarik kaosnya dan mendesaknya hingga ke dinding.
Sorot mata Danny sangat tajam, berbeda dari biasanya caranya menatap Julio.
Julio menelan ludah. "Mandilah, Tuan. Saya akan pergi mencari Nyonya. Dan akan segera membawanya pulang."
"Percuma ya, kamu ada dan dibayar mahal. Dasar tidak berusaha!" desis Danny sambil melempar botol air mineral hingga mengenai kaca meja rias dan pecah.
Seorang maid yang menyusul Julio pun sampai tersentak. Keduanya hanya bisa tertunduk lalu pergi meninggalkan Danny.
***
Hari ini, Danny sangat membenci dirinya sendiri. Ada banyak hal yang melintas di benaknya.
'Maura di mana kamu? Apakah kamu di culik? Seharusnya jika kamu diculik aku terbangun. Bodoh, bagaimana bisa aku terlelap hingga seperti orang mati! Aku bahkan tak tahu apa yang terjadi dengan istriku sendiri.'
Danny menghela napas berat ketika dirinya kini sudah duduk di kursi kemudi.
"Tuan, biarkan saya yang mengemudi. Anda kurang tidur, bisa berbahaya di jalan ramai." Sang sopir segera membukakan pintu mobil, lalu membungkuk sembari memberikan gestur mempersilahkan keluar pada Danny dengan cara menggerakkan telapak tangannya.
Danny memukul setir berulangkali. Matanya mengedar ke segala arah, mencoba menyisir setiap sudut halaman hotel. Nihil. Tak ada Maura di sana.
"Baiklah," jawabnya.
Lalu ia meminta sopir mengemudi dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang ia pikirkan, pria itu pergi menuju kasino di pagi hari.
Rupanya, tempat itu adalah milik paman Luo. Dan ketika Danny baru saja menginjakkan kakinya di sana, ada banyak orang berperilaku seperti gengster langsung mendekati dan menatap tajam.
Danny seperti sedang dikeroyok, tampaknya semua orang tidak suka kepadanya.
Siapa sangka paman Luo berani muncul tepat di hadapan Danny.
"Wah, bocah ingusan. Ini kesempatan langka, kau pergi berkeliaran tanpa pengawal." Paman Luo berbicara sambil tersenyum sinis, seolah ia sengaja setengah mengejek.
Danny tersenyum getir. "Di mana Mauraku?"
Paman Luo dan para berandal itu terkekeh.
BRAK!
Danny menggulingkan salah satu meja besar berbahan kayu yang bulat.
"Sialan, kubunuh kau!" seru paman Luo.
Rahang Danny menggeretak, sementara sang sopir berlari meninggalkan kasino saat mengetahui Danny menciptakan kerusuhan.
Mustahil pria itu menang dengan situasi yang sendirian seperti itu.
Semakin diejek, Danny semakin murka. Siapa yang tidak paham dengan tabiat dan perilakunya.
"Mana Maura!" Lagi, Danny kembali menggulingkan meja lainnya, sembari berteriak setengah memaksa.
Senyuman paman Luo pun memudar, saat segerombolan pria kekar dengan seragam serba hitam yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"Bangsat! Kau memanggil anak buahmu, bocah ingusan? Dasar pengecut!" Paman Luo mengumpat.
Tatapannya semakin melebar saat ia menemukan keberadaan Julio di antara para pengawal Danny.
Akhirnya, mereka bertarung habis-habisan. Beberapa orang mulai adu jotos, dan juga menendang. Sementara Danny justru mengambil kesempatan dengan berlari mendekati paman Luo.
Pria yang usianya sudah tak muda lagi itu, terang saja ketakutan. Apalagi Danny dikenal sebagai pria tanpa pengampunan.
Dengan cekatan tangan Danny langsung meraih jas hitam yang melekat di tubuh paman Luo, lalu mencengkeram lehernya.
Paman Luo mendelik seolah kehabisan napas. Tetapi Danny tidak sedikitpun memberinya kesempatan. Ia terus mencekik seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar kasino.
Matanya semakin melebar saat melihat ikat rambut milik Maura tercecer du lantai. Julio memungutnya lalu menatap ke arah Danny.
"Tuan, ini milik Nyonya bukan?" Julio menunjukkan ikat rambut khas yang terbuat dari mutiara putih. Di mana tak semua orang memilikinya.
Paman Luo mengangkat tangannya, berusaha meminta bantuan kepada semua orang yang bekerja padanya.
Tetapi sayangnya, mereka saling sibuk menyerang. Paman Luo terabaikan.
Aku memang tua, tapi bukan berarti aku takut dan tidak berani melawan!" Paman Luo langsung mendorongnya sekuat tenaga, lalu menendangnya Danny hingga pria itu tersungkur di lantai.
Seluruh tubuh Danny gemetar, membuat paman Luo yang ketakutan, merangkak mundur.
"Jangan!" teriaknya, saat Danny mengeluarkan pisau dari balik jas mewahnya.
Bukannya berhenti, tetapi Danny justru menancapkan benda tajam itu berulangkali ke area perut dan dada paman Luo. Pria tua itupun mendelik kesakitan.
Dan ia tak bicara lagi. Meskipun begitu, Danny tetap menghujamkan pisau miliknya itu tanpa henti. Hingga cairan merah kental berbau anyir menciprati nyaris seluruh bagian wajahnya.
Dan Julio mematung menyaksikannya.
Paman Luo benar-benar malang. Danny menjadi brutal. Ia bahkan terus menyisir tempat, meninggalkan pria tua itu mati tanpa ada rasa sesal.