NovelToon NovelToon
Di Balik Kontrak

Di Balik Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cha Aiyyu

Pernikahan Briela dan Hadwin bukanlah hubungan yang didasari oleh perasaan cinta—

Sebuah kontrak perjanjian pernikahan terpaksa Briela tanda tangani demi kelangsungan nasib perusahaannya. Briela yang dingin dan ambisius hanya memikirkan keuntungan dari balik pernikahannya. Sedangkan Hadwin berpikir, mungkin saja ini kesempatan baginya untuk bisa bersanding dengan wanita yang sejak dulu menggetarkan hatinya.

Pernikahan yang disangka akan semulus isi kontraknya, ternyata tidak semulus itu. Banyak hal terjadi di dalamnya, mulai dari ketulusan Hadwin yang lambat laun menyentil hati Briela sampai rintangan-rintangan kecil dan besar terjadi silih berganti.

Akankah benar-benar ada cinta dari pernikahan yang dipaksakan? Ataukah semuanya hanya akan tetap menjadi sebuah kontrak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BRIELA SAKIT

"Katakan saja apa yang membuatmu tidak nyaman!" seru Hadwin pada Briela yang menatap wajah Hadwin tanpa kata.

Briela memaksakan senyum, tapi tetap tidak mengatakan apapun. Biarlah dirinya sendiri saja yang merasakan gejolak perubahan perasaan dalam hatinya. Briela sudah sangat sering merepotkan Hadwin. Wanita itu tidak ingin menjadi beban.

Pertemuan keluarga besar Lewis memang selalu di adakan setiap enam bulan sekali dan kali ini. Adnan Lewis yang memiliki status tertinggi dalam keluarga Lewis mengadakan pertemuan yang bahkan lebih pantas disebut pesta itu di rumahnya.

Adnan Lewis memperkenalkan Briela secara resmi pada seluruh anggota keluarga Lewis. Pria itu dengan bangga memperkenalkan status Briela sebagai menantunya.

Hadwin berdiri dengan bangga ketika nama Briela disebut dan diminta untuk memperkenalkan dirinya. Hari ini semua orang dalam keluarga besarnya, tanpa terkecuali akan resmi mengenal Briela sebagai istrinya.

Berbagai macam ekspresi yang ditunjukkan oleh setiap orang. Briela melihatnya dengan jelas ada beberapa yang menatapnya sengit— termasuk Anne. Briela memilih untuk tidak menghiraukannya.

Briela kembali menunjukkan sandiwara sebagai sosok istri yang baik pada anggota keluarga Lewis untuk yang terakhir sebelum keduanya masuk ke dalam mobil. Briela menggandeng lengan kekar Hadwin. Wajahnya tidak berhenti menampilkan senyum.

Hadwin membukakan pintu mobil untuk Briela, tangannya yang besar ia letakkan pada pilar yang terhubung dengan atap mobil untuk menjaga Briela dari benturan. Entah itu semata karena akting atau bukan yang jelas itu adalah bentuk perhatian dan kepedulian yang jarang sekali dilakukan pria. Briela sempat merasa istimewa oleh perlakuan Hadwin namun ia tetap mengingatkan dirinya sendiri untuk tetap berpegangan pada kontrak yang ada.

Hadwin menutup pintu mobil begitu Briela masuk dan berputar lewat depan mobil untuk sampai pada pintu kemudi. Pria itu masuk.

Briela memakai seat belt nya sendiri, tangannya bersenggolan dengan punggung tangan Hadwin yang juga sedang memasang seat belt. Briela sontak menarik tangannya.

"Maaf," ucap Briela. Hadwin hanya tersenyum sebagai bentuk respon.

Keduanya kembali pada mode serius, hanya deru kendaraan yang sama-sama melaju di jalanan kota malam itu yang terdengar saling bersahutan.

Belum juga keduanya masuk ke dalam apartemen, Briela menerima panggilan telepon. Dari Stella— sekertarisnya.

"Halo," sapa Briela.

"....."

Briela terlihat menganggukkan kepala beberapa kali. "Hmm, baiklah. Aku akan segera memeriksanya." Briela mematikan telepon, wanita itu menghembuskan napasnya pelan.

Dahi Hadwin terlihat mengkerut, sejak tadi ia mengamati ekspresi Briela yang terlihat tidak terlalu baik. Ia bahkan sengaja menunggu Briela untuk masuk ke dalam apartemen.

"Ada masalah?" tanya Hadwin, ia mengikuti langkah Briela yang lebih dulu masuk ke dalam apartemen.

"Ada sedikit masalah di perusahaan. Aku juga belum memeriksanya dengan pasti. Stella sudah mengirim detailnya melalui surel," jawab Briela. "Aku akan pergi memeriksanya. Semoga bukan masalah besar." Briela memaksakan senyum.

"Hmm, periksalah! Aku akan pergi mandi."

Keduanya berpisah di depan pintu kamar masing-masing, tidak lama setelahnya Briela keluar dengan membawa laptopnya ke ruang santai. Wanita itu duduk dengan satu kakinya terangkat di atas sofa, ia bahkan belum mengganti gaunnya.

Briela membaca surel yang dikirim sekretarisnya seketika wajahnya mengkerut. Briela menerima pemberitahuan surel baru, ia kembali memeriksanya.

Di saat Briela sibuk dengan pekerjaannya Hadwin keluar dengan wajah dan tubuh yang sudah segar. Pria itu pergi ke dapur merebus air dan menyeduh teh Chamomile. Ia juga memotong cake dari dalam lemari es, lalu menyimpannya dalam piring kecil.

Hadwin membawa dua cangkir teh dan piring cake ke meja santai depan televisi. Tangannya dengan cekatan menurunkan semuanya ke atas meja sebelum menyimpan nampannya kembali ke dapur.

"Aku membuat teh Chamomile, Brie. Ada cake juga."

"Terimakasih," sahut Briela tanpa menoleh. Wanita itu terlalu sibuk dengan laptopnya.

Wajahnya sesekali mengkerut, ia juga terlihat fokus saat membaca deretan huruf yang hanya terlihat samar dari tempat duduk Hadwin.

Hadwin menyeruput teh nya, matanya masih saja memerhatikan Briela, ia tidak berkomentar apa pun. Namun, ketika teh di cangkirnya sudah mulai dingin dan Briela sama sekali belum menyentuh teh miliknya pria itu mengernyit.

"Teh mu dingin, Brie. Haruskah aku menggantinya dengan yang baru?"

Briela meletakkan laptopnya, akhirnya ia menatap Hadwin. "Oh, maaf. Tidak perlu diganti aku akan meminumnya." Briela menyambar cangkir teh nya lalu meminumnya hingga tandas. Wanita itu juga menyendok cake di piringnya, hanya beberapa kali saja dan meletakkan sisanya ke atas meja. Ia tampak terburu-buru.

Briela kembali memangku laptopnya, jemarinya dengan lincah mengetik tuts pada keyboard. Wajahnya kembali terlihat mengkerut.

"Ada apa, Brie? Apakah masalahnya serius? Wajahmu terlihat tidak baik." Hadwin terlihat khawatir.

"Ternyata masalahnya cukup serius. Supplier kain kami mengalami musibah, pabriknya terbakar. Dan penyebabnya masih belum diketahui." Mata Briela tampak berkaca-kaca. "Kami sedang mempersiapkan trend pakaian untuk musim semi yang akan segera datang."

"Aku turut prihatin, Brie."

"Apakah kalian tidak memiliki supplier cadangan?"

"Kami memilikinya, namun pasar kami terlalu lebar untuk ditangani hanya dengan satu supplier cadangan." Briela memijit pelipisnya. "Stella sudah mengirimkan tiga kandidat supplier yang akan kami ajak berkolaborasi selama supplier utama kami belum kembali pulih. Aku sudah mengirimi surel pada ketiganya, namun ini sudah terlalu larut untuk membahas pekerjaan. Belum ada satu pun diantara mereka yang membalas surelku." Ini pertama kalinya Briela menceritakan masalahnya pada Hadwin. Kalimat terbanyak pertama yang Briela ucapkan pada Hadwin.

Hadwin merasa senang, setidaknya Briela sudah mulai mau menceritakan masalahnya tanpa beban. Namun Hadwin juga merasa prihatin dan sedih melihat Briela yang tampak kalut.

"Kau butuh teh Chamomile lagi?" tawar Hadwin.

"Tidak."

"Atau, kau mau cokelat panas?" tawar Hadwin lagi.

Briela menatap Hadwin, pikirannya sedang kalut namun pria di hadapannya malah menawarinya minuman, Briela tidak habis pikir.

"Aku tahu, masalahmu bukan masalah kecil dan butuh untuk segera ditangani. Tetapi, seperti katamu tadi. Ini terlalu larut untuk membahas bisnis. Kau perlu membersihkan dirimu, membuat dirimu tenang dan beristirahat. Esok kau bisa melanjutkan lagi pekerjaanmu," lanjut Hadwin, pria itu tahu jika tatapan yang Briela berikan adalah bentuk protes dari Briela.

Briela membuang napasnya kasar. Kata-kata Hadwin sepenuhnya tidak ada yang salah. "Hm, baiklah. Jika tidak merepotkan, bisakah aku mendapatkan cokelat panas?"

"Tidak sama sekali. Aku akan membuatnya untukmu." Hadwin berdiri dan melangkah namun baru beberapa langkah pria itu berjalan ia berbalik ke arah Briela.

"Kita akan lebih mudah mendapatkan solusi ketika kita dalam kondisi tenang." Hadwin kembali berbicara.

"Ucapanmu benar. Aku akan pergi mandi selagi kau membuat cokelat panas."

Hadwin mengangguk, pria itu menyetujui apa yang dikatakan Briela. Hadwin kembali ke dapur dan menyiapkan cokelat panas untuk Briela.

Briela keluar kamar dengan piyama tidur, wajahnya sudah kembali segar. Di atas meja sebuah cangkir cokelat dengan asap mengepul di atasnya tampak menari-nari.

"Cokelatmu, Brie." Hadwin mendekatkan posisi cangkir ke depan Briela, wanita itu meraihnya dan mengucapkan terima kasih.

"Masih panas atau sudah dingin?" tanya Hadwin begitu Briela selesai menyeruput cokelatnya.

"Panasnya pas, sesuai apa yang ku mau. Terima kasih, Hadwin." Briela tersenyum, ia benar-benar bersyukur ada seseorang yang bisa membantunya tenang di saat pikirannya kalut. Dan lagi— orang itu Hadwin.

"Kau memang mandi secepat ini biasanya?" Tiba-tiba Hadwin menanyakan hal lain.

Meski terkejut, Briela tetap memberi jawaban pada Hadwin. "Tidak, namun biasanya aku memang mandi dengan cepat."

"Bukankah biasanya para wanita akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mandi?"

Briela terkikik geli, wajah Hadwin benar-benar terlihat begitu penasaran dan sepertinya sulit mencerna jawaban Briela. "Entah, para wanita ini siapa saja yang kau maksud tapi sungguh Hadwin, aku memang biasanya mandi dengan cepat. Paling lama aku hanya butuh lima belas menit untuk mandi." Briela kembali terkikik.

"Apa alasannya?"

"Tidak ada alasan. Aku hanya berpikir jika aku menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi, bukankah itu hanya membuang-buang waktu saja?" Briela mengonfirmasi. "Sedangkan semua gerakan untuk orang mandi sebenarnya bisa dilakukan dengan cepat."

Hadwin menganggukkan kepalanya beberapa kali, meski tidak menyangka Hadwin memilih untuk mengakhirinya. Briela sendiri sudah mengangkat cangkirnya untuk menghabiskan cokelat yang dibuat Hadwin.

Briela mengucapkan terima kasih setelah menghabiskan cokelatnya. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya.

Esoknya Briela sudah berada di sofa depan televisi, ia sudah berkutat dengan laptopnya, bahkan ketika hari menjelang siang Briela masih sibuk bekerja. Meski Hadwin sudah berkali-kali menawarinya untuk makan siang, tetap saja Briela tidak segera melakukannya, sampai sore Briela tetap tidak menyentuh makanan yang sudah Hadwin buatkan, ia melewatkan makan siang.

Kebetulan malamnya Hadwin sedang memiliki janji temu. Ia memasak untuk Briela sebelum berangkat, menyiapkannya di atas meja dan memberi tahu Briela jika makanan sudah siap. Ia juga mengingatkan Briela melalui pesan teks. Namun wanita itu lagi-lagi terlalu sibuk bekerja dan melupakan makan malamnya.

Dan entah sejak kapan Briela tertidur di atas meja, sisi wajah sebelah kirinya menempel di meja dengan laptop yang masih menyala di depannya. Ketika Hadwin datang, Briela sudah seperti itu.

Hadwin mendekat berniat membangunkan Briela agar pindah ke kamar. Hadwin memanggil nama Briela beberapa kali dan tidak mendapat respon apa pun. Hadwin menyentuh tangan Briela, menggoyangkannya sedikit. Namun pria itu tampak terkejut, tangan Briela terasa panas. Hadwin memastikannya lagi, ia menempelkan punggung tangannya ke jidat Briela. Hasilnya tetap sama— tubuh Briela panas.

Hadwin merapikan pekerjaan Briela dan mematikan laptopnya setelah menyimpan filenya lebih dulu. Pria itu segera memindahkan Briela ke kamar. Ia mengompres Briela dengan kain lembut yang di celupkan pada air hangat. Mengelap keringat Briela.

Hadwin pergi ke dapur, ia melihat meja makan. Dan makanan Briela masih belum tersentuh. Hadwin mengambil panci, menyiapkan bahan untuk membuat bubur. Begitu matang ia menyiapkan bubur itu di mangkuk, membiarkannya sebentar selagi ia berganti pakaian. Hadwin sengaja membiarkan buburnya tanpa tutup agar tidak terlalu panas ketika diberikan pada Briela.

Hadwin sudah berganti pakaian. Ia membangunkan Briela dan menyuapinya bubur. Memberi Briela obat dan mengompres Briela. Briela bangun namun tidak membuka matanya, bahkan mungkin sejak tadi ia hanya setengah sadar.

Briela kembali tertidur. Hadwin berniat keluar kamar namun, Briela mencekal lengannya. "Jangan pergi!" ucapnya lirih.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor
iyz.e15: makasih yaa udah setia nungguin up nya. Aku lagi kurang enak badan tapi baca komen kamu yang dukung karyaku, bikin aku bersemangat. /Smile//Smile/
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
iyz.e15: q up satu bab dulu ya.. kalo banyak yang baca nanti aku up dobel. bantu share ya biar banyak yang baca dan aku jadi makin semangat buat up nya ☺️☺️ makasih udah mau baca karya ku ☺️
total 1 replies
Verlit Ivana
sabarnya Hadwin/Smile/
iyz.e15: sabar kek lelaki idaman kan?
total 1 replies
Anyelir
ohh Hadwin suka sama Briela kah?
Anyelir: tebaknya sih ada, tapi keknya masih lebih ke arah punya kesan
iyz.e15: ayo tebak. Suka nggak??
total 2 replies
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
ku baca sampai sini duyu
iyz.e15: oke makasih yaa /Smile/
total 1 replies
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
baru bangun udah di lamar /Shy/
iyz.e15: eeh iya juga ya 😄
total 1 replies
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
eh ketangkep jodoh 🤭🤣
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
perjodohan bisnis
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
wah LDR
Farhan1212
seru ceritanya,jangan lupa mampirnya
CF
berseok2 gk tuhhhh
CF
waduuuhhhh otakk w sktika trapeling
iyz.e15: hayolo traveling ke mana tuh?
total 1 replies
Anyah aatma
menatap ak sabar pada 'SEKERTAS'

sekertaris keknya beb. ada typo.
iyz.e15: iya keknya waktu revisi aku udah ngantuk 😄😄
total 1 replies
Anyah aatma
keknya Hadwin ini beneran suka sama Briela
Anyah aatma: suka dong
iyz.e15: Hayo suk nggak ya?
total 2 replies
Ry zee
yang cepet up nya thor
iyz.e15: Noted ☺️
total 1 replies
Anyue
lanjut nanti karena waktu maghrib
iyz.e15: oke makasih ya udah mau baca ☺️
total 1 replies
Azthar_ noor
lanjut akkaka😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!