Pembatalan perjodohan tiba-tiba oleh orang yang paling dicintainya, membuat dirinya sangat terguncang hingga sang ayah akhirnya memutuskan menjodohkannya dengan laki-laki yang pernah menolong dirinya. Yang tak tahunya laki-laki itu adalah teman semasa SMAnya. laki-laki konyol yang selalu mengganggu dirinya disekolah.
"Yang benar saja aku harus menikah dengan dia?" ucapnya dalam hati.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? akan kah cinta akan tumbuh dengan seiring nya waktu? ikuti kisahnya yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf
Pagi ini setelah melaksanakan shalat subuh Awan dan Bening keluar dari kamarnya, saat menuruni tangga Bening melihat emak sedang sibuk berkutat di dapur sendirian.
"Ya habibi boleh kah aku bantu emak? " Tanya Bening.
Emak yang mendengar ada suara seseorang langsung menoleh kearah suara tersebut.
Apa gue nggak salah denger ya Bening panggil Awan apa tadi? Ya habibi?
Emak bertanya-tanha sendiri dalam hatinya Tapi dirinya cukup senang mendengar itu.
"Ya silahkan emak pasti senang dibantuin kamu, aku mau ke kebon dulu ya" Awan berjalan kearah pintu keluar.
Bening berjalan kearah dapur dan bertanya pada mertuanya apa yang bisa dia bantu dan emak pun meminta bantuan Bening untuk memotong tempe dan membumbuinya dan menggoreng telur dadar, pagi ini emak hanya memasak masakan sederhana untuk sarapan yaitu berupa nasi putih dengan lauk tempe goreng dan telur dadar dan sambal goreng.
"Maaf ya Bening... Sarapan paginya cuma seperti ini maklum orang kampung" Ucap emak tidak enak hati menyediakan sarapan pagi ini dengan sarapan sederhana saja untuk menantunya yang dari kalangan atas yang pastinya sangat berbeda bila sarapan di rumah nya.
"Tidak apa-apa mak saya suka kok dengan menu sederhana seperti ini" Ucap Bening lembut.
"Ih... Kamu ini oiya si Awan kemana? " Tanya emak saat tak melihat anaknya di dalam rumah.
"Katanya ingin ke kebun mak" Jelas Bening.
"Ooo pasti dia mau kasih makan ayam di belakang rumah" Jelas Emak.
"Bisa kamu panggil Awan kita sarapan bersama, emak juga mau panggil Tari pasti dia juga sudah bangun tapi nggak mau turun takut di minta bantuin emak" Ucap emak.
Bening pun berjalan keluar rumah dan mencari keberadaan suaminya di belakang rumah yang memang terdapat kebun dan juga kandang ayam, dan benar saja Awan sedang memberikan pakan ayam jago yang ada disana.
"Ya habibi emak memanggil mu untuk sarapan bersama" Ucap Bening lembut.
"Eh... Ya... Hei jago kanalkan ini istri gue namanya Bening cantikkan istri gue? " Awan malah berbicara dengan ayam jagonya di hadapan Bening dan itu membuat Bening tersenyum saat melihat itu semua.
"Ayo Nur kita sarpan dulu setelah ini kita berangkat kerja, ayah mu juga meminta aku datang ke kantor nya hari ini" Ajak Awan.
"Ooo ya jadi kamu tidak kerumah sakit hari ini? " Tanya Bening.
"Aku mungkin tidak kesana hari ini hanya bisa mengantar dan menjemput mu saja ya, tidak apa-apa kan? " Ucap Awan lembut.
Bening tersenyum karena saat ini Awan menggunakan bahasa halus padanya di saat mereka sedang berduaan saja.
"Kenapa senyum-senyum sendirian Nur? " Tanya Awan saat melihat Bening tersenyum sendirian.
"Dasar tidak peka" Bening menahan kesal.
Dia kemudian berjalan cepat ke arah dalam rumah.
"Ye dia ngambek lagi... Bingung gue kenapa dia gampang marah? Apa lagi PMS ya oiya mungkin dia lagi datang bulan jadi sensitif" Gumam Awan saat melihat istrinya pergi.
Tapi dia akhirnya mengejar langkah Bening.
"Nur... Jangan marah dong... Ya maaf kalau ucapan ku menyinggung hati mu, aku kan nggak tahu kalau kamu lagi PMS jadinya sensitif" Ucap Awan.
"Siapa yang PMS sih?! kamu ini kenapa pagi-pagi sudah bikin kesal saja kebiasaan dari sekolah selalu saja begitu?! " Bening kesal dan malah meninggalkan Awan sendirian di depan teras rumah.
"Salah lagi" Awan frustasi.
Saat sedang sarapan wajah Bening masih tidak berubah, masih suram emak melirik kearah anaknya dan menendang kaki Awan dari bawah meja, Awan yang sedang menikmati sarapan pagi itu langsung menoleh kearah emaknya, dan saat Awan melihat kearah emaknya, emak memberikan isyarat kepada Awan seolah bertanya 'kenapa muka istri lu kaya begitu'.
Awan hanya menghela nafasnya saja.
"Ye nih anak kebiasaan" Gumam emak pelan.
"Bening... " Emak memanggil lembut Bening akhirnya.
"Ya mak" Jawab Bening pelan.
"Kenapa murung apa makanannya nggak enak? Atau Awan buat ulah? " Tanya Emak.
"Eh... Makanannya enak kok mak" Ucap Bening.
"Berarti bang Awan penyebab nya nih pasti nih" Celetuk Tari.
"Apaan sih lu sok tahu lu" Awan sewot.
"Abang nih kebiasaan pasti nggak peka deh sama perasaan nya kak Bening" Tari dan Awan malah berdebat di meja makan.
"Ssst udah... Udah jangan ribut di depan makanan pamali" Emak berusaha menengahi.
Keduanya pun langsung terdiam saat emak melerai pertengkaran kakak beradik tersebut.
"Mak maaf gara-gara saya Awan dan Tari bertengkar"Bening merasa bersalah.
" Nur... "Panggil Awan.
Bening lalu melihat kearah Awan yang duduk tepat di depan nya, dengan tatapan lembut Bening menatap Awan, dan dengan tatapan bersalah Awan menatap Bening.
" Maafin aku karena tidak pernah faham dengan sikap dan fikiran mu, tapi jujur aku memang tidak mengerti salah ku dimana, karena kamu selalu tiba-tiba marah pada ku"ucap Awan.
"Ya tidak apa-apa mungkin hanya aku saja yang sensitif" Ucap Bening lembut.
Emak tersenyum melihat keduanya sudah berbaikan.
"Nah kalian kan sudah berbaikan sekarang di lanjutkan makannya ya" Ucap emak senang.
Bening lalu memakan sarapannya, tapi tak lama dirinya mengingat masa lalu disaat mereka masih duduk di bangku SMA.
Flash back.
Pagi menjelang siang para murid sekolah SMA swasta sedang beristirahat, Rata-rata dari mereka pergi ke kantin untuk menikmati makanan ringan dan juga mengisi perut yang kosong karena tak sempat sarapan saat berangkat ke sekolah.
Awan yang sedang ikut mengantri di kantin menunggu pesanannya yaitu batagor favoritnya pun berbaris rapih menunggu pesanannya, namun sayang dan apesnya Awan saat tiba giliran dirinya batagor itu habis karena di beli oleh seorang siswi.
"Jiah kehabisan" Keluh Awan.
Krucuk... Krucuk...
"Mana perut laper lagi ya udah makan yang lain lah" Gumamnya.
Saat dirinya ingin memesan makanan berat yang lain seperti mie rebus, nasi uduk dan juga lontong sayur semuanya habis.
Awan merasa ada yang tidak wajar disini, karena bisa-bisanya setiap makanan yang dia pesan habis sedangkan dia melihat teman-temannya yang lain asik makan di meja kantin.
"Ada yang nggak beres nih" Gumam Awan sambil memperhatikan ke sekeliling kantin.
Dan ternyata ada siswa yang tersenyum licik menatap nya, yang sedang duduk di pojokan kantin.
"Elu laper sini gue kasih makan " Teriak Bintang yang di tatap tajam oleh Awan.
Awan bersikap cuek saja seperti biasa dia tak menanggapi ocehan Bintang yang seolah meledek dirinya yang sedang menahan lapar saat ini.
Awan pun pergi dari kantin bukan karena takut dengan Bintang tapi karena dirinya tak mau cari ribut dan akhirnya mendapatkan masalah di sekolah, apa lagi saat ini perutnya merasa lapar biasanya bila lapar dia akan lebih galak dari biasanya, jadi dirinya tak ingin meluapkan kekesalannya saat ini karena takut berujung masalah lagi.
Dengan menahan lapar Awan berjalan kearah taman belakang sekolah, dia mencoba memejamkan matanya mencoba tertidur sambil menahan lapar.
Namun saat dirinya memejamkan mata indera penciuman nya mengendus aroma yang membuat perutnya berdendanh kembali.
"Ck siapa sih yang bawa mie instan kesini nggak tahu apa gye laper" Gumam Awan yang masih memejamkan matanya.
"Ini untuk mu" Seseorang menaruh sebuah mie cup instan di samping kepala Awan.
"Eh... " Awan langsung membuka matanya saat mendengar suara seseorang yang mengantarkan mie cup instan.
"Elu? " Awan bingung.
"Ya maaf ya karena Bintang kamu jadi nggak bisa makan" Bening meminta maaf kepada Awan.
Ya yang mengantarkan mie tersebut adalah Bening.
"Nggak apa-apa gue biasa puasa" Celetuk Awan.
"Makanlah aku pergi dulu ya" Bening ingin beranjak dari sana tapi tiba-tiba di tahan oleh Awan.
"Bawa balik lagi nih mie, nanti pacar lu tahu elu kena masalah lagi, masalah perut gue mah gue dah biasa nahan laper, tapi gue nggak tahan kalo lihat elu di kasarin sama dia" Awan memberikan mie cup instan itu kepada Bening dan dia pun pergi dari sana meninggalkan Bening yang termenung sendirian di sana sambil memegang mie cup instan tersebut.
"Kenapa hati ini tak bisa berpaling dari nya padahal ada orang lain yang sangat baik pada ku" Gumam Bening saat melihat punggung Awab yang menjauh darinya.
Flash back off.
Setelah selesai sarapan pagi Awan dan Bening pun bersiap untuk berangkat bekerja, Awan yang diminta oleh Pak Syarif untuk datang ke kantor pergi mengantarkan Bening kerumah sakit dahulu.
Saat sampai di rumah sakit.
"Maaf ya aku cuma bisa antar kamu nanti kalau pulang biar aku jemput kamu ya, tapi itu juga kalau urusan aku dengan Pak Syarif sudah selesai" Jelas Awan.
"Tak apa bila tak bisa menjemput, aku ngerti kok urusan di kantor ayah itu sangat menyita waktu" Ucap Bening lembut.
Dan sebelum Bening keluar dari mobilnya dirinya menyalami tangan Awan dengan hidmatnya.
Dan tanpa mereka sadari Bintang yang juga baru datang dan memarkirkan mobilnya di parkiran khusus, terlihat geram hingga dirinya sampai menggenggam erat stir mobil yang dia pegang.
"Dasar mokondo" Gumam Bintang.
Begitulah pandangan Bintang pada Awan, dia fikir Awan hanya menumpang hidup saja dengan Bening.