NovelToon NovelToon
Dilema Raisa

Dilema Raisa

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Chicklit
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

Raisa, gadis malang yang menikah ke dalam keluarga patriarki. Dicintai suami, namun dibenci mertua dan ipar. Mampukah ia bertahan dalam badai rumah tangga yang tak pernah reda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Raisa sedang sibuk di dapur menyiapkan bekal untuk sang suami.tapi, tiba-tiba iwan berjalan cepat ke arah nya.

"Sa,mas berangkat ya sekarang,aduh mas kesiangan." keluh nya cepat,dengan terburu-buru,"loh mas...ini bekal nya?"tanya raisa sedikit berteriak,karena iwan sudah melangkah jauh menuju motor yang terparkir di halaman rumah nya.

"Antarkan saja sa..." teriak iwan,yang masih terdengar oleh raisa,raisa menggeleng kepalanya pelan, sambil tersenyum manis."itulah...akibat nya gak dengerin istri,jadi terlambat!" gumam nya di iringi dengan tawa kecil.

Siang nya raisa melihat jam ,"Aduh...sudah waktunya mas iwan makan."lirih nya pelan,dengan gerakan cepat dia memasukan nasi beserta lauk pauk kedalam rantang.

Raisa berjalan dengan riang,tangan kanan menenteng rantang. Semua orang menyapa nya dengan hangat,"mau kemana nih..." tanya nuri teman dekat nya,"Biasa ,mau anterin ini." jawab nya dengan menaikan rantang ke atas,memperlihatkan pada teman dekat nya itu.

"Romantis banget sih...." goda nuri sambil menaik turun kan alis nya,"ih apaan sih nur!"jawab raisa dengan malu-malu,terlihat wajah nya memerah akibat malu.

"Udah ah,aku duluan ya nur.." ucap nya lagi ,berpamitan pada teman nya itu."Oke..."jawab singkat nuri dengan mengacungkan kedua jempol nya.

Raisa melanjutkan perjalanan nya dengan riang,tapi saat dia sampai di tempat kerja suami nya. Ia melihat iwan sedang duduk di teras rumah atun,yang membuat raisa menghentikan langkah nya adalah, saat ia melihat iwan tidak sendiri di sana,ada sosok wanita yang raisa kenal.

Jantung nya berdetak lebih cepat,rasa panas dan sesak memenuhi dada nya."Kenapa dia ada di sana?"lirih nya pelan,merasa tidak percaya.

Dia memberanikan melangkah lebih dekat ke arah iwan dan perempuan itu,sekali lagi. Langkah nya kembali terhenti saat melihat atun,mertua nya.

mendekat ke arah Iwan dan perempuan itu, sikapnya begitu manis sangat berbeda saat berbicara padanya. Mertuanya tidak pernah terlihat seseram itu ketika berbicara dengan orang lain.

Raisa berdiri terpaku, menatap adegan di depannya. Ada luka yang tak terlihat tapi begitu nyata di dadanya. Seperti disayat perlahan dengan pisau tumpul perih, tapi tak berdarah. Senyum manis mertuanya pada perempuan lain membuat Raisa merasa tak pernah diinginkan. Ia menelan getir, matanya memanas, tapi tak satu pun air mata jatuh. Karena sakit ini bukan tentang menangis, tapi tentang perasaan tidak dianggap.

Dia bingung sekarang,apa harus pulang atau melanjutkan langkah nya untuk meberikan bekal pada suami nya itu? Tangannya meremas kuat gagang rantang yang ia pegang,dia menarik nafas panjang sebelum akhir nya memutuskan untuk mendekat ke arah mereka .

"Mas?.." sapa raisa dengan suara yang sedikit bergetar,menahan rasa sesak nya.

Iwan seketika menoleh,manik matanya melebar,namun beberapa detik kemudian wajah tegang nya berubah menjadi cerah.

"Sayang..." jawab iwan dengan hangat,Hati raisa sedikit hangat saat mendengar suami nya memanggil nya dengan panggilan sayang padanya di depan orang lain.

"Aku mau ngasih ini mas..." belum selesai raisa berbicara,atun menyela nya dengan cepat."Alah...telat sekali kamu raisa. Iwan sudah makan,dia sudah makan tadi bersama hana,kebetulan hana main berkunjung kesini dan membawakan makanan kesukaan suami mu itu." omel nya dengan nada kesal nya.

Raisa menoleh ke arah mertua nya,terdiam terpaku,setelah itu pandangan nya beralih pada hana. Perempuan yang sedang duduk manis di sebelah suami nya itu.

"Kenapa kamu memandangnya seperti itu? Sopan sedikit, itu tamu ibu!" Lagi-lagi Atun mengomel pada Raisa.

Raisa menoleh pelan ke arah mertuanya, lalu mengucapkan sesuatu yang membuat Atun bahkan Hana terdiam, sedikit tersinggung.

"Tamu seperti itu kok duduk di luar pakai baju minim begitu? Nggak sopan. Yang lebih nggak tahu diri lagi, duduknya di sebelah suami orang. Gatal banget." ucapnya sinis, tatapannya mendelik tajam ke arah Hana.

"Heh, Raisa! Sopan sedikit dong! Ini alasan kenapa dari dulu ibu gak pernah setuju Iwan nikah sama kamu. Nggak kaya, nggak sopan, mulut seenaknya!" bentak Atun tajam.

"Seharusnya Iwan itu menikah sama Hana, bukan sama kamu!"

Raisa terhenyak, matanya membulat tak percaya. Ucapan sang mertua barusan terasa menampar harga dirinya terlalu jauh, terlalu menyakitkan. Tapi tunggu… langkahnya tertahan. Pandangannya jatuh pada sosok di samping sana Iwan, suaminya.

Diam.

Tak ada satu pun kata yang keluar dari mulut pria itu. Tidak untuk membela. Tidak juga untuk menegur.

Rasa sesak merayap pelan, menyelimuti dadanya. Bukan… bukan kata-kata mertuanya yang paling melukai, tapi sikap laki-laki yang katanya akan melindunginya seumur hidup. Laki-laki yang kini hanya berdiri… membisu, seolah tak terjadi apa-apa.

Dia memandang heran ke arah iwan,alis nya tertaut"Ada apa dengan nya?"gumam nya pelan merasa tidak percaya.

Matanya mulai berkaca-kaca. Sebelum benar-benar pergi, Raisa menatap suaminya sekali lagi—harap, luka, dan kecewa bercampur jadi satu.

Diam.

Iwan masih diam. Seolah tak melihat luka di mata istrinya sendiri.

Raisa lalu menoleh ke arah Hana. Perempuan itu tersenyum sinis, seolah mengejek… seolah merasa menang.

"Mas..." panggil Raisa, suaranya bergetar.

"Iya, Sa?" jawab Iwan datar, seakan tak ada apa pun yang terjadi di depan matanya.

Raisa menggeleng pelan, tidak percaya. "Kamu serius?" tanyanya lirih, langkahnya mundur satu-dua, perlahan menjauh.

Prang!

Rantang yang sejak tadi ia genggam jatuh dari tangannya. Nasi dan lauk pauk kesukaan suaminya berserakan di atas tanah hancur, seperti perasaannya saat ini.

Iwan dengan cepat berdiri,melangkah cepat ke arah istrinya. Tapi terlambat raisa sudah pergi berlari menjauh,meninggalkan rantang yang berserakan di atas tanah begitu saja.

Saat iwan ingin mengejar,jam kerja nya sudah masuk,mau tidak mau ia harus mengurungkan niat nya. Dan kembali bekerja.

"Maafin Mas, Sa…" lirih Iwan pelan, nyaris tak terdengar. Ada sesal di sana, tapi juga keraguan yang menggantung.

Bukan karena dia tak mau membela. Bukan pula karena tak melihat luka di mata Raisa. Tapi ada yang lebih rumit di dalam hatinya.

Iwan menunduk. Jujur, perasaannya belum sepenuhnya padam untuk Hana. Perempuan itu mantan kekasih masa sekolahnya masih meninggalkan jejak yang tak bisa ia hapus begitu saja. Dulu mereka putus bukan karena saling tak cinta, tapi karena Hana harus dipindahkan kuliah ke luar negeri oleh orang tuanya.

Dan kini, Hana kembali. Tepat di tengah kehidupan barunya bersama Raisa.

"Kenapa kamu nggak kejar dia?" tanya Hana pelan, entah sejak kapan sudah berdiri tepat di belakang Iwan.

Iwan tak menoleh. Tatapannya tetap lurus ke depan. "Jam kerjaku sudah masuk," jawabnya singkat, datar, tanpa ekspresi, seolah tak mau membuka ruang untuk percakapan lebih jauh.

Hana menghela napas, lalu tersenyum samar. "Sudah, fokus saja dulu ke pekerjaanmu. Kamu juga kerja untuk dia, kan? Semoga dia paham…" ucapnya dengan nada seolah penuh kedewasaan, meski ada nada tersirat di balik kata-katanya.

Iwan pergi begitu saja, meninggalkan Hana yang masih mematung di tempat. Perempuan itu hanya bisa menatap punggungnya menjauh dingin, tak berbalik sedikit pun.

Beberapa detik kemudian, Hana melangkah gontai menuju teras. Di sana, Atun duduk diam sejak tadi, memperhatikan setiap kejadian tanpa suara. Hana ikut duduk di sebelahnya, masih dengan raut wajah yang sulit ditebak.

"Apa kamu masih mencintai putra Ibu?" tanya Atun tiba-tiba, suaranya tenang, nyaris tanpa emosi.

Hana refleks menoleh dengan ekspresi heran. Tapi hanya sedetik. Setelah itu, senyum kecil terbit di bibirnya. Senyum yang tak bisa dibaca.

Senyum itu disambut oleh Atun dengan anggukan halus dan senyum serupa seolah mereka berdua sedang berbicara dalam bahasa rahasia. Seolah ada sesuatu yang sedang mereka rencanakan… bersama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!