NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyatuan

[22/3 09.49] Tyas: Mata Nara terbelalak ketika Vian sudah berhasil menciumnya. Bahkan laki-laki itu sengaja melumat bibir Nara dengan begitu lembut. Nara belum pernah melakukan hal tersebut, sekalipun seumur hidupnya. Bersama dengan Vian lah Nara melakukan yang namanya ciuman pertama. Namun sebisa mungkin Nara mengimbangi ciuman Vian. Nara memejamkan matanya, dia mulai menikmati sentuhan yang Vian berikan. Ketegangan memang masih di rasa oleh Nara namun rasa nikmat yang Vian berikan mengalahkan rasa tegangnya saat ini. Tanpa sadar tangan Vian sudah menyentuh semua bagian yang dia inginkan. Nafas keduanya terdengar memburu. Nara sendiri sempat terkejut beberapa kali saat suaminya itu menyentuh bagian-bagian sensitif di tubuhnya. Rasa aneh mulai menggerayangi tubuh Nara. Ada sensasi tersendiri yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia sempat menepis tangan Vian namun laki-laki itu sedikit memaksa. Hingga akhirnya Nara hanya bisa pasrah dan menikmatinya. Saat keduanya tengah berada dalam situasi yang panas, tiba-tiba Vian menghentikan aksinya, hingga membuat Nara terdiam dan kaku di tempatnya berdiri dengan rasa bingung.

"Maafkan jika aku melanggar ucapanku sendiri, aku sudah tidak bisa menahannya lagi Nara", ucap Vian dengan nafas yang memburu.

Nara tersenyum mendengarnya. "Lakukanlah Mas", ucap Nara dengan penuh keyakinan. Tidak ada lagi ketegangan apalagi keraguan yang Nara rasakan saat ini. Vian adalah suaminya dan dia berhak mendapatkan apa yang menjadi haknya.

Tanpa di duga oleh Nara, tiba-tiba saja Vian membopong tubuhnya, reflek gadis itu mengalungkan tangannya ke leher kaki-laki itu.

"Mas".

"Ayo kita lakukan sayang".

Vian membawanya menuju ranjang yang sudah di persiapkan. Dengan perlahan laki-laki itu membaringkan Nara di ranjang yang masih di penuhi dengan kelopak mawar merah. Kini posisi Nara berada di bawah kungkungan Vian. Degup jantung Nara berdebar begitu kencang. Saat tubuh kekar Vian berada tepat diatasnya, mengunci setiap pergerakannya.

"Kamu siap sayang?", tanya Vian dengan menatap lekat wajah Nara yang sekarang terlihat merona. Nara mengangguk sebagai jawaban, dengan senyum yang terkesan malu namun juga menginginkan. Senyum bahagia terpancar jelas di wajah Vian.

Nara memejamkan matanya saat laki-laki itu memulai aksinya kembali dengan mencium bibirnya. Selanjutnya beralih kea rah leher. Deru nafas laki-laki itu menyapu di permukaan leher Nara. Gadis itu mendongak ke atas memberikan ruang kepada Vian agar lebih mudah untuk melakukan apa yang suaminya itu inginkan. Vian sengaja meninggalkan beberapa bekas gigitan kecil hingga menimbulkan desahan ringan dari gadis itu.

"Emmmhh", rintih Nara membuat Vian semakin semangat melakukan hal yang lebih.

Hasrat yang membara mulai menyelimuti keduanya. Hingga terjadilah penyatuan cinta diantara keduanya.

Mereka terus menyatu dan saling menatap satu sama lain, di antara berbagai rasa yang bercampur menjadi satu. Cinta telah berada di tempat yang semestinya.

Tidak sedikitpun Vian melepaskan diri dari sang istri. Mereka terus bergerak seirama, membuat setiap hentakan menjadi energi yang mengalir dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Malam ini, Nara sudah menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Vian, lelaki tampan yang kini sudah sah menjadi suaminya . Detik demi detik terasa menyenangkan, keduanya tidak bisa menghentikan aktivitas mereka hingga puncak demi puncak tergapai. Tak cukup satu kali Vian melakukannya dengan Nara, melainkan sudah tiga kali ia menggempur Nara malam ini.

"Terimakasih Nara".

Vian berbaring disisi Nara, lalu mencium kening gadis yang sudah terkulai lelah itu dengan lembut, lalu mendekapnya dengan penuh cinta. Pada akhirnya pertempuran berakhir dan mereka tenggelam di bawah selimut yang sama dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun.

Matahari nampak bersinar terang, sinar matahari menerobos masuk dari pintu balkon yang ternyata tidak tertutup. Mata Nara mengerjap silau akan sinar matahari yang mengenainya. Nara mendapati Vian yang masih tertidur lelap sambil memeluknya erat. Gadis itu tersenyum memandangi wajah Vian, tampan sungguh tampan. Nara tak pernah membayangkan akan berakhir dengan laki-laki ini, laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya. Laki-laki yang sudah mengubahnya menjadi seorang wanita bukan seorang gadis lagi.

Mereka berdua kini telah menjadi satu. Nara mulai kembali mengingat momen-momen indah malam pertama mereka semalam sembari terus memandangi wajah tampan suaminya. Sampai kapanpun Nara tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi semalam. Hal itu membuat Nara senyum-senyum sendiri, ia merasa sangat bahagia.

Setelah cukup lama membayangkan hal-hal tersebut, Nara baru teringat jika mereka masih belum mengenakan pakaian. Perlahan Nara melepaskan pelukan Vian dengan memindahkan tangan lelaki itu dari pinggangnya dengan hati-hati agar tidak mengganggu tidurnya. Namun ternyata tanpa di ketahui oleh Nara, pergerakan kecilnya dapat di rasakan oleh Vian dan membuat laki-laki itu terbangun. Tepat saat Nara hendak menurunkan kakinya, tiba-tiba saja sebuah tangan mencekal lengannya dan menariknya hingga membuat tubuh Nara berbalik dan menindih tubuh Vian.

"Mas Vian".

"Mau kemana?".

"Ke kamar mandi Mas".

"Jika mau ke kamar mandi kenapa kamu menindih ku? Apa kamu menginginkannya lagi Sayang?".

"Menindih mu? Kamu yang menarik ku Mas. Lagi pula ap-apanya yang ingin lagi?", ucap Nara tergagap.

"Benarkah, aku tidak merasa melakukan apa yang kamu katakan. Tetapi baiklah karena kamu malu untuk mengakuinya maka aku yang akan memulainya". Vian merubah posisinya, membalik badannya, beralih menindih badan Nara, menumpu badannya dengan kedua tangannya.

Nara tak bisa mengelak lagi, tanpa mau mendengar jawaban dari Nara, laki-laki itu mulai melancarkan aksinya, mengulangi adegan romantis malam pertama seperti yang mereka lakukan semalam dan terjadilah penyatuan untuk yang kesekian kalinya.

Seperti tidak kehabisan tenaga setelah beberapa kali pertempuran, Vian memilih membersihkan dirinya sementara Nara kembali terlelap karena kelelahan. Vian memilih memesan makanan dari kamar hotel dengan layanan room service. Selain memesan makanan, Vian juga sudah membeli pakaian ganti untuk mereka berdua secara online.

Sebelum makanan itu datang Vian lebih dulu membangunkan Nara. Laki-laki itu menepuk pelan pipi Nara, sesekali mengusapnya.

"Mas", ucap Nara dengan suara parau.

"Bangun sayang, Mas sudah memesan makanan. Kamu mau mandi dulu atau tidak?".

"Sepertinya lebih baik aku mandi Mas".

"Iya, kamu akan lebih segar nantinya".

Dengan menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos, Nara bangkit namun tiba-tiba saja ia memekik sakit, rasa tidak nyaman terasa di area sensitifnya saat ia mulai melangkahkan kakinya

"Ada apa Nar?".

"Sakit Mas".

Vian yang mengerti segera bergegas menghampiri Nara dan membopongnya. Membawa gadis itu menuju ke kamar mandi. Dengan perlahan menurunkan Nara ke dalam bathtub berisi air panas yang telah Vian siapkan sebelumnya.

"Maafkan Mas ya Nar".

"Kenapa harus minta maaf Mas? Bukankah wajar, sepertinya siapapun perempuan yang baru melakukannya pertama kali akan merasakan hal seperti ini".

Vian mengangguk, meraih tangan Nara dan menciumnya.

"Sekarang Mas keluarlah, aku akan mandi".

"Kenapa harus keluar, Mas malah berniat membantumu mandi".

"Ah itu tidak perlu Mas, aku sudah disini. Aku bisa mandi sendiri. Sekarang lebih baik Mas keluar, mungkin sebentar lagi makanan yang Mas pesan sudah datang".

"Baiklah jika begitu, tetapi jika sudah selesai kamu harus memanggil Mas ya".

Nara mengangguk sebagai jawaban, gadis itu bernafas lega setelah Vian keluar dari sana.

Setelah Vian keluar, Nara bisa bernapas lega dan mulai membersihkan dirinya. Ia merasa sedikit lelah dan tidak nyaman setelah semalam, tapi ia juga merasa bahagia.

Saat Nara selesai mandi, ia keluar dari kamar mandi dan melihat Vian sudah menyiapkan makanan di atas meja. Ia tersenyum dan berjalan menuju meja, merasa lapar setelah semalam.

"Terimakasih, Mas," kata Nara saat ia duduk di sebelah Vian.

"Selamat makan, Sayang," jawab Vian dengan senyum.

Mereka berdua makan bersama, menikmati makanan yang lezat dan berbincang tentang hal-hal yang menyenangkan. Nara merasa sangat bahagia karena telah menemukan cinta sejatinya, dan ia tahu bahwa ia akan selalu bersama dengan Vian.

1
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!