Sepertinya alam semesta ingin bercanda denganku, orang yang ku cintai meninggalkanku di saat mendekati hari pernikahan kami. meninggalkan luka yang menurutku tidak ada obat untuk menyembukannya walaupun dia kembali untuk minta maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon olip05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 19
Mita
Dari awal aku bercerita sampai selesai, air mataku tak berhenti keluar. Nayla dan Yuni memeluk-ku mengusap punggungku pelan, rasa sakit ini seperti tak pernah kering. terus berulang dibasahi dengan rasa sakit.
Nayla dan yuni sudah mencegahku untuk bercerita tentang pernikahanku, melihat aku kesakitan pas awal mulai bercerita, tapi aku tetap melanjutkan ceritaku. Aku tak ingin sahabatku salah paham terhadap diriku, cukup orang lain saja yang salah paham terhadap pernikahanku tapi sahabatku jangan.
"Maafin gue mit, gue kira lu yang ninggalin abian dan lebih memilih nikah dengan Arun yang lebih kaya dari pada abian. Ternyata malah abian yang ninggalin lu" ucap yuni lirih. Aku tidak marah terhadap asumsi orang lain terhadap pernikahanku, itu hak mereka mau berpikiran seperti apa tentang diriku. Aku tak perlu pusing memikirkan bagaimana caranya membuat pikiran orang lain bersangka baik kepadaku karena itu adalah hal yang sangat tidak mungkin.
Kita hidup sebagai manusia, bersosial dengan banyak orang dan hal yang wajar jika ada orang yang suka kepada kita atau benci. Aku hanya perlu berbuat baik sebisaku dan tak perlu pusing-pusing memikirkan pendapat orang lain.
"Maafin kita mit, lu jadi merasakan sakit kembali gara-gara cerita pernikahan lu" ucap nayla. Aku tetap diam, hanya tangisan yang menjadi jawaban.
Nayla melepaskan pelukannya "kita akan selalu ada buat lu mit, kita bakal bantuin lu nyembuhin rasa sakit lu ini, You're a strong, wonderful woman. You'll get over this" nayla menghapus air mataku dengan ibu jarinya kemudian membentuk senyuman di bibirku oleh jari nayla. Sedangkan yuni merangkul bahuku di sampingnya.
"Kita lewatin ini bareng-bareng ya" ucap yuni. Aku menganggukan kepalaku dan berusaha mengukir senyuman di bibirku.
"Maafin gue juga karena gak langsung cerita soal pernikahan gue sama kalian" ucapku
"Tenang aja kita ngerti ko, dengan kondisi lu saat itu" ucap yuni
"Udah ah jangan pada sedih lagi, mata gue sakit nih liat muka jelek kalian yang sedih kaya gini" celetuk nayla
"Hahahha" tawa kita bertiga bersamaan, kemudian kami bertiga saling berpelukan. Aku harus berterima kasih pada tuhan, karena Aku punya sahabat seperti mereka, walaupun otak mereka sedikit somplak dan sering nyusahin, sering ngerepotin, sering bikin aku kesel sama kelakuan mereka tapi mereka sayang banget sama aku, aku tahu saat aku tidak ada kabar, sahabatku ini khawatir terhadap keadaanku. Mamahku ngasih tahu kalau mereka sering datang ke rumah setelah pernikahanku bertanya tentang keadaanku bahkan mereka minta alamat tempat tinggalku yang aku tempati sekarang tapi mamahku melarang mereka untuk datang ke tempat tinggalaku. Mamah ingin aku beradaptasi dulu terhadap status baruku dan tak ingin ada orang bertanya kenapa aku tidak menikah dengan abian karena mamah tahu bahwa pertanyan seperti itu akan menyakiti hatiku.
"Mit, gimana sikap arun sama lu? dia nggak berprilaku burukkan sama lu?" tanya nayla antusias
"sikap arun baik ko sama gue, kalian tenang aja" jawabky
"Lu gak usah nutupin keburukan si Arun mit, lu cerita aja sama gue" ucap yuni
"Eh tardulu deh, ko kalian bisa tahu kalau gue nikah sama Arun, guekan gak pernah ngasih tahu nama suami gue apalagi cerita tentang dirinya" aku baru keinget ko mereka bisa tahu kalau nama suamiku Arun, dan tadi pagi di rumah sakit, nayla juga langsung bertanya, kenapa aku menikah dengan arun padahal aku baru pertama bertemu nayla setelah hari pernikahan.
"Bagi orang-orang kalangan atas siapa si yang nggak kenal arun mit." ucap yuni
"hah maksudnya?" tanyaku, aku nggak ngerti apa maksud dari perkataan yuni tadi.
"makanya gaul dikit ke mit, lu mah keseringan maen sama orang-orang miskin jadi gak tahu orang-orang hebat di kalangan atas" hardik nayla sombong
"lah guekan maennya sama kalian terus, berarti orang miskinnya kalian dong hahahah" kataku dengan nada mengejek
"hahahaha, makanya bun kalau ngomong tuh di pikir dulu jangan asal ceplos" ucap yuni mengejek nayla
"gue mah aneh deh sama lu nay, otak lu bego tapi bisa jadi dokter hahaha" ucap nayla lagi
"Sial gue salah ngomong" ucap nayla merutuki kebodohannya
aku tertawa lepas mendengar perkataan yuni, aku juga merasa aneh, nayla yang punya otak pas-pasan tapi bisa jadi dokter dan bekerja satu rumah sakit denganku. rumah sakit tempatku bekerja bukan rumah sakit biasa tapi rumah sakit elit di tambah dokter-dokter yang hebat. yang punya banyak pengalaman. bahkan bapak presiden pemimpin negara ini pakai jasa dokter di rumah sakit tempatku bekerja untuk cek kesehatannya.
"terus aja bully gue. gue mah udah biasa jadi bahan bullyan lu pada" ucap nayla sewot
"hahahaha" tawaku dan yuni menggelegar.
"udah ah jangan ketawa mulu, sakit perut gue ni" ucap yuni sembari meredakan ketawanya.
"lanjut kepertanyaan gue tadi, kenapa kalian bisa kenal arun?" kataku setelah ketawaku reda
"lu aja yang cerita nay, lu kan yang paling update sama kehidupan privasi orang lain" ucap yuni
"itu mulut kayanya belum pernah di tampol sama tangan monyet ya" ucap nayla garang
"hahaha iya monyetnya lu" kata yuni
"hahaha udah ikh bercandanya, gue serius nih pengen tahu kenapa kalian bisa kenal arun" kataku melerai yuni dan nayla
"males ah gue ceritanya, lu cari tahu aja sendiri" ucap nayla acuh
"wah temen gak ada akhlak lu ya, gue nungguin ceritanya dari tadi" aku memukul tangan nayla lumayan keras sampai nayla mengaduh mengelus tangannya yang aku pukul.
kemudian kami bertiga tertawa lepas, hal ini sangat menghiburku, sahabatku ini paling tahu cara membuatku bahagia. terimakasih tuhan telah mempertemukanku dengan mereka.