#cerita ini sequel dari novel 'MY LOVELY IDIOT HUSBAND' ya...
***
Amel harus menerima kenyataan, menikah dengan laki-laki yang mencintai sahabatnya sendiri karena sudah hamil akibat kesalahan yang tidak disengaja.
Apakah Amel bisa menjalani biduk pernikahannya dengan seorang Daniel Ariesta, yang terkenal keras kepala. Bahkan dalam pernikahannya, lelaki itu masih saja memikirkan cinta pertamanya.
Ikuti kisah mereka kuy! #My_Stubborn_Boss
Follow IG amih juga : @amih_amy
fb : amih amy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MERASA KOTOR
"Aku sudah bilang 'kan bos, jangan dibayar! Aku punya cara lain untuk membayarnya. Jadi, kau tidak perlu ikut campur!" Amel menggerutu kesal pada Daniel, saat ketiga penagih itu telah pergi dari restoran dengan membawa uang dari Daniel.
Posisi Daniel kini sudah duduk di kursi kerjanya dan Amel duduk di sofa, membuat keduanya terlihat seperti pasangan yang sedang bertengkar saja, duduk berjauhan sambil memasang wajah masam.
Daniel menggaruk lubang telinganya yang terasa penuh dengan omelan Amel. Wanita ini, jangankan berterimakasih, bersikap sopan santun saja ia lupakan, pada orang yang sudah membantunya membayar hutang. Dasar aneh!
"Kamu itu ya! Bukannya berterimakasih, tapi malah menggerutu sejak tadi. Aku 'kan sudah bilang. Uang itu untuk---." Ucapan Daniel tertahan saat bayangan ancaman Amel terbesit di otaknya begitu saja. Tiba-tiba saja bulu halusnya meremang seketika. Tidak lucu 'kan, jika hari ini harus ada kasus pembunuhan seorang karyawan terhadap Bos-nya?
"Untuk apa?" Amel bertanya dengan tatapan yang begitu sengit, sepertinya wanita itu tahu, kemana arah perkataan Bos-nya itu.
"Enggak jadi. Aku cuma tidak mau kamu terjerat oleh lelaki buaya itu." Menggelengkan kepalanya cepat, Daniel merasa ngeri melihat tatapan tajam Amel tersebut. Kedua sudut bibirnya terangkat sedikit, membentuk sebuah senyuman pelik.
"Memangnya Bos kenal dia?" Timpal Amel
Daniel mengedikkan bahunya, diiringi dengan gelengan kepala. "Tentu saja tidak, tapi dari caranya dia menatap kamu tadi, kelihatan sekali jika dia itu mata keranjang. Paling-paling kamu mau dijadikan istri ke ketiga." Celotehnya kemudian.
"Sok tahu." Cibir Amel sambil mencebikkan bibir. "Dia itu nawarin aku buat jadi pelayan di rumahnya, tapi gak dibayar selama tiga tahun penuh." Sambung Amel menceritakan penawaran yang diberikan oleh lelaki yang bernama Simon itu.
Tentu saja Daniel tidak percaya, mana ada mafia judi meminta seorang gadis untuk menjadi pembantu rumah tangganya. Polos sekali wanita ini. Apa dia terlalu bodoh dalam hal mengenal jenis laki-laki?
"Kamu bodoh atau apa? Percaya saja dengan omongan lelaki macam itu?" Raung Daniel, merasa gemas dengan kepolosan gadis itu.
Amel beranjak berdiri dari sofa dan melangkah mendekati meja kerja Bos-nya. Lalu berdiri diseberang lelaki itu. "Dia itu masih ada ikatan saudara sama aku. Jelas aku tahu, dia punya istri yang galaknya melebihi singa betina. Mana mungkin dia berani bermain wanita."
Penjelasan Amel tentang lelaki yang bergaya keren dan modis itu, tidak bisa dicerna dengan mudah oleh Daniel. Lelaki itu begitu terkesiap, bahkan tidak percaya dengan apa yang dia dengar dan apa yang dia lihat. Tidak sinkron sama sekali menurutnya.
"Tidak mungkin." Sanggah Daniel, merasa opininya itu tidak mungkin salah.
"Jika kau tidak percaya ya sudah, dia itu otaknya memang setengah gila, saudara sendiri di jerumuskan dalam permainan judi. Dikasih modal pula. Dasar rentenir kampung gak tahu diri." Raung Amel terdengar begitu emosi.
"Jadi dia berasal dari kota asalmu?" Daniel akhirnya bisa menerima, karena Amel menjelaskan dengan sangat menyakinkan.
"Tentu saja, memangnya Bapak aku main judi dimana, selain di sana? Dia itu rela bolak-balik ke kota ini hanya untuk memintaku ... ups!"
Amel berhenti bicara, ia baru sadar, kenapa dirinya malah menceritakan tentang kejelekan ayahnya pada Daniel. Bukankah hal itu merupakan hal yang selalu dia sembunyikan selama ini? Karena dirinya akan malu jika ada orang lain yang tahu, jika ayahnya adalah seorang penggila judi?
"Kenapa?" Daniel merasa aneh dengan sikap Amel yang tiba-tiba bungkam di tengah ceritanya. Wanita itu seperti kehilangan kata-kata.
"Gak apa-apa bos. Lupakan saja!" Sahut Amel sedikit gugup.
Daniel menatap Amel dengan tatapan curiga, keningnya berkerut diiringi dengan kedua alisnya yang saling bertaut. Daniel benar-benar mendapatkan kejutan yang luar biasa dari sosok Amel yang selama ini penurut dan ceria. Yang kini dia lihat adalah sosok wanita lemah yang harus menanggung beban keluarganya.
Gadis yang tidak pernah membantah perintah atasannya. Dan mau melakukan apa saja asal ada imbalannya. Tapi tentu saja bukan hal yang bertentangan dengan perbuatan salah. Kecuali perbuatan tidak sengaja yang mereka berdua lakukan, sama sekali tidak bisa mereka bantah.
"Jika memang dia saudaramu, kenapa kau harus takut dengan ancamannya? Lalu, apa salahnya menjadi seorang pengasuh? Kenapa kau tidak mau?" Rentetan beberapa pertanyaan Daniel layangkan pada Amel, membuat wanita itu semakin kelabakan.
Amel menghentikan ceritanya, karena tidak mau lagi untuk membuka aib keluarganya. Tapi Daniel, lelaki super kepo itu sudah seperti wartawan yang sedang mengejar berita saja. Rasanya ingin sekali Amel membungkam mulut pedasnya.
Menarik nafasnya dalam-dalam, sebelum di embuskan dengan perlahan. Amel tidak bisa menutupinya lagi, sudah kepalang basah Daniel mengetahui semuanya. Toh sekarang wanita itu malah jadi berhutang banyak pada lelaki itu. Jadi, sudah sepantasnya lelaki itu tahu.
"Dia hanya saudara jauh. Di kampungku, dia terkenal sebagai seorang rentenir yang kejam. Hanya satu orang yang dia takuti, yaitu istrinya. Bahkan wanita itu malah lebih kejam dari suaminya." Ada jeda sebentar, sekadar membayangkan sikap kasar wanita yang sedang ia ceritakan. Lalu bergidik ngeri, menghilangkan imajinasinya yang terlampau tinggi.
Amel kembali menatap Daniel yang sedang menunggu lanjutan ceritanya. "Bos bisa bayangin, kalau aku di sana jadi pembantu mereka, huh... mungkin tubuhku akan kurus kekeringan, karena harus menerima sikap mereka." Tambah Amel memasang wajah seriusnya. Sambil sedikit mencondongkan tubuhnya di depan meja kerja Daniel, dan kepalanya mendekati wajah atasannya yang sedang duduk tegak sambil melipat tangan di atas meja.
Daniel mengerjap bingung, ketika wajah Amel berjarak hanya beberapa senti dengan jarak wajahnya. Tapi hal itu berakhir saat Amel menarik mundur kepalanya, untuk ia tegakkan lagi.
"Lalu, kenapa kau tadi malah berlagak mau menerima tawaran lelaki itu? Aku yakin, jika hal itu cuma akal-akalan lelaki buaya itu agar kau bisa masuk kedalam perangkapnya. Kamu itu bodoh atau apa?" Tandas Daniel yang membuat Amel bungkam. Dulu mungkin dia berpikir seperti itu. Tapi sekarang....
"Sebelum kemarin aku sempat berpikir seperti itu, makanya aku selalu berusaha untuk mencari uang agar bisa melunasi hutang Bapak. Tapi semenjak kejadian kemarin malam ...." Amel membuka suara setelah keheningan sejenak melingkupi keduanya, tapi sekarang wanita itu kembali diam, ada keraguan untuk melanjutkan kata-katanya.
Seolah tahu dengan apa yang akan dikatakan oleh Amel selanjutnya, Daniel beranjak berdiri dan berjalan menghampiri wanita itu.
"Kenapa? Apa hubungannya semua ini dengan kejadian tidak sengaja kita kemarin malam?"
Amel menundukkan kepalanya sambil sejenak memejamkan mata. Jujur saja, setelah kejadian itu. Amel merasa jika tubuhnya sudah kotor dan menjijikkan. Mungkin tidak akan ada masa depan cerah untuknya lagi. Karena itu, tidak ada yang perlu ia takutkan jika hal buruk akan terjadi nanti.
"Tidak apa-apa Bos, aku hanya sudah bingung mau mendapatkan uang sebanyak itu darimana? Mungkin dengan cara ini Bapak bisa jadi sadar, dan tidak lagi meminjam uang pada Simon. Setelah mengetahui jika anaknya bekerja tidak dibayar." Jawab Amel dengan nada sendu.
Raut kesedihan kembali terlihat dari sorot matanya yang mengkilat, seolah bongkahan es di dalamnya pun ikut meleleh, tapi tertahan di sudut matanya yang kian menyipit. Sebisanya ia tahan, hanya akan membuat hatinya tambah sakit.
Daniel tidak bisa percaya, saat tangannya menjulur begitu saja, lalu menarik tubuh Amel ke dalam pelukannya. Seolah menyalurkan kekuatan dan semangat pada wanita itu. Sungguh, Daniel tidak pernah se perhatian itu pada wanita lain, selain Ara dan juga ibunya.
****
Nah, kalau ini mungkin sudah cinta 😅😅😅
Jangan lupa tinggalkan jejaknya. Selamat membaca!
semangat thor💪🏻👍🏻
Suka banget sama perjuangan adel untuk mempertahankan segalanya,
gass lanjut baca.