Mencintai Setelah Kehilangan

"Mas"

Banyak mata yang memandang dengan agak aneh, masalahnya Gina datang ke rumah sakit, dengan gaun dan makeup yang masih sama saat dia datang ke acara ulang tahun Anna. Itu pemandangan yang sedikit mencolok.

"Jangan sentuh di situ, sakit!" kata Ferdi yang di pegang bagian rahangnya oleh Gina.

Gina tampak begitu khawatir. Ya, mungkin keduanya memang saling mencintai.

"Bagaimana bisa semua terjadi?" tanya Gina duduk di samping Ferdi, "semua jadi kacau, seharusnya mas bertunangan dengan Anna malam ini. Rencana kita kacau, kamu babak belur begini, dan Anna dia melupakan kamu!"

Gina tampak tidak senang. Belum lagi, ayah dan ibunya juga marah padanya. Karena masalah gaun malah yang dia pakai ini.

Ferdi masih berusaha menahan sakit di wajah dan tubuhnya. Dia merasa kalau dia sengaja dipukuli.

"Coba ceritakan padaku, apa yang terjadi di pesta tadi?" tanya Ferdi penasaran.

Gina menceritakan semuanya, dan semua usahanya membujuk Anna juga.

"Jadi, hanya aku yang dia lupakan? mana mungkin seperti itu?" tanya Ferdi yang merasa apa yang dikatakan oleh Gina itu sama sekali tidak masuk akal.

"Awalnya aku juga tidak bisa mempercayai hal semacam itu, mas. Tapi kak Anton menjelaskan, kalau dokter bilang mungkin saja saat Anna tenggelam, orang yang paling dia harapkan untuk bisa menolongnya adalah kamu. Tapi karena yang menolongnya bukan kamu, Anna menjadi sangat kecewa. Hingga terjadi kebalikannya, saat dia sadar, orang yang paling dia ingat adalah orang yang paling dia lupakan! seperti itulah kira-kira!"

Gina dengan raut wajah yang kurang yakin pada apa yang dia katakan sendiri itu, mencoba menjelaskan apa yang dijelaskan Anton saat di pesta tadi.

"Siall! kenapa bisa begini?"

Ferdi tampak begitu kesal.

"Mas, bagaimana sekarang?" tanya Gina sambil memegang perutnya.

Ferdi yang melihat tangan Gina memegang perutnya. Menghela nafas panjang. Kekasih simpanannya itu sudah hamil, dan dia harus segera mendapatkan semua harta Anna, supaya dia bisa membahagiakan Gina dan anak mereka itu.

Sungguh dua orang manusia yang tidak tahu malu.

"Kamu tenang saja, sayang. Aku akan pikirkan caranya. Sekarang, aku akan antar kamu pulang. Tapi, tebus dulu obat untukku, ini resepnya!" kata Ferdi menyerahkan kertas resep pada Gina.

Gina mengangguk patuh. Dan segera meraih kertas resep itu lalu pergi.

"Anna melupakan aku? bagaimana mungkin? apa itu artinya, dia melihat Frans yang menyelamatkannya. Gawat!" gumamnya merasa khawatir.

**

Anna membuka matanya perlahan, pesta semalam cukup membuatnya lelah. Tapi pagi begitu cepat datang.

Sekarang, Anna ingin pergi ke kampus. Dia harus tahu, kenapa selama ini kebanyakan orang-orang di kampus terlihat takut padanya. Jika ada kerja kelompok saja, dia benar-benar hanya bisa satu kelompok dengan Gina dan teman-temannya Gina. Karena memang tidak ada yang mau kerja kelompok dengannya.

"Aku harus cari tahu!" gumamnya bersemangat.

Setelah mandi dan ganti pakaian, Anna pun bersiap ke kampus. Saat dia turun dari lantai dua, ibunya menyapanya.

"Selamat pagi sayang, kamu sudah mau kuliah" tanya Fania yang melihat Anna membawa tas dan berpakaian sangat rapi.

"Selamat pagi Bu, iya aku sudah lebih baik. Nanti aku bisa ketinggalan materi, kalau ijin terus"

Fania tersenyum dan menghampiri Anna.

"Baiklah, tapi kamu sarapan dulu ya. Ayah dan kakakmu juga sedang sarapan"

Anna mengangguk, dan segera pergi ke ruangan makan bersama dengan ibunya.

"Anna, duduklah"

Rio tersenyum dan menepuk dudukan kursi yang ada di sebelahnya. Anna tersenyum begitu senang. Kedua orang tuanya itu sangat menyayanginya, dia begitu bodohh di masa lalunya sampai membuat kedua orang tuanya celaka karena dia.

Di kehidupan ini, dia berjanji. Tidak akan pernah membiarkan siapapun mengendalikan pikiran dan dirinya.

Anton mengantar Anna sampai ke kampus.

"Mau aku jemput tidak?" tanya Anton.

Anna menggelengkan kepalanya. Dia punya rencana lain setelah pulang kuliah.

"Tidak kak, kakak bekerja saja. Kalau ada waktu luang, sempatkan untuk mencari pacar!" kata Anna sambil tertawa pada kakaknya itu.

"Aku tidak butuh pacar, kalau sudah waktunya aku akan langsung memberikanmu kakak ipar!" balas Anton.

Anna terkekeh, tapi dia mendoakan hal yang terbaik untuk kakaknya. Kehidupan terakhirnya, kakaknya di tipu seorang wanita yang sudah membuatnya masuk penjara. Anna ingat betul bagaimana wanita itu, namanya Hilda. Anna akan sangat mengingatnya.

"Masuklah, aku akan pergi setelah kamu masuk"

Jika dulu Anna tidak pernah mau hal seperti itu, karena merasa Anton terlalu posesif padanya. Dan memperlakukannya seperti anak kecil saja. Hingga dia semakin di ejek orang-orang yang ada di kampus. Kali ini, Anna mengangguk sambil tersenyum.

"Kakak, adalah kakak terbaik!" katanya sambil melambaikan tangan dan berbalik menuju gerbang kampusnya.

Setelah Anna menghilang dari pandangannya, baru Anton melajukan mobilnya meninggalkan kampus.

Anna berjalan biasa menuju kelasnya. Saat itulah dia melihat seorang wanita yang tengah menuang semua isi tasnya di pojok koridor.

"Dimana ya, ya ampun. Aku yakin tadi meletakkannya di sini. Bagaimana ini?"

Wajah wanita terlihat panik. Anna ingat, itu adalah mahasiswa yang satu kelas dengannya juga. Tapi jarang bicara dengan semua orang. Lebih suka duduk di pojok belakang, datang sebelum orang lain datang, dan pulang setelah semua orang pulang.

"Kanaya" panggil Anna.

Wanita yang bernama Kanaya itu menoleh sekilas. Tapi, setelah melihat yang memanggilnya adalah Anna. Wanita itu segera merapikan kembali barang-barangnya dengan cepat. Seolah ingin cepat menghindar.

"Kamu sedang apa?" tanya Anna.

Kanaya segera berdiri dan dengan cepat meninggalkan Anna. Tapi Anna menghalanginya.

"Apa aku menakutkan? kenapa kamu pergi terburu-buru?"

"Terakhir kali aku menyapamu, kamu meminta Gina hancurkan sepeda motorku kan?" tanya Kanaya dengan tatapan yang terlihat begitu kesal pada Anna.

Anna sangat terkejut mendengar hal itu. Bahkan dia menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Aku?" tanyanya, "aku tidak pernah meminta Gina melakukan itu!" kata Anna menjelaskan.

Tapi Kanaya mendesah kasar.

"Bukan itu saja, saat Lukas anak penjaga kantin menawarkan mu minuman, kamu juga meminta Gina dan teman-temannya untuk membuat kantin ayahnya tutup. Kalian memfitnah makanan di kantin ayah Lukas bermasalah, ada racunnya. Sampai Lukas berhenti kuliah. Aku sungguh tidak ingin cari masalah lagi, aku akan jauh, menjauh sejauh-jauhnya darimu. Seperti yang Gina katakan!" kata Kanaya yang segera pergi dengan cara berlari.

Anna tertegun diam. Pantas saja semua orang di kampus menjauhinya. Ternyata Gina menggunakan namanya untuk membuat masalah yang begitu besar, bagi mereka yang punya niat baik pada Anna.

"Gina, aku benar-benar sudah salah telah menganggapmu sahabat!" geram Anna.

Ternyata, selama ini Gina benar-benar membingkai semuanya sedemikian rupa. Membuat Anna menjadi orang yang benar-benar terlihat kejam dan arogan.

***

Bersambung...