lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.
bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.
ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.
Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.
tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Lili berpikir jika kesuksesannya dalam menjalin hubungan pacaran dengan Real sebenarnya adalah sebuah kemajuan yang bagus. Tapi dia tidak menyangka jika akan ada kabar lain yang membuat hatinya cenat-cenut.
Sistem tiba-tiba mengeluarkan notifikasi dalam benak Lili.
[Misi Baru: Capai hubungan fisik dengan pasangan untuk membuka Gudang Harem.]
[Hadiah: Aktivasi Fitur “Support Point” + Bonus Pemulihan Energi Otomatis.]
[Waktu penyelesaian ideal: dalam 2 jam.]
Lili terdiam sejenak.
"Sistem, apa kau tidak berpikir permintaanmu ini keterlaluan. aku baru kenal dia dalam hitungan jam dan kondisi mental kami sedikit buruk. tidak mungkin dan melakukan hal yang tidak tidak, apalagi di tempat seperti ini" kata Lili.
tapi sistem bukanlah manusia yang memiliki emosi. ("Tuan rumah, itulah kenapa diberikan hadiah bonus jika anda berhasil melakukan hubungan fisik dalam kurun waktu 2 jam. demi mengingat lokasi dan kondisi tuan rumah saat ini")
"Sial, maksudnya kalau kami melakukan itu dalam kondisi dan lokasi yang bagus, tidak akan ada hadiah?"
("Benar, semakin parah kondisinya hadiahkan semakin bagus,")
Is, sistem masokis.
Sistem anjing.
("tuan rumah tidak ada paksaan dan hanya kerelaan, jika tidak mau tidak apa-apa dan tidak ada konsekuensi")
Lili tidak tahu harus bicara apa lagi.
Pipinya segera memerah, bukan karena rasa malu melainkan karena dorongan sistem itu datang terlalu cepat dan terlalu... frontal. Ia melirik ke arah Rael yang tengah membersihkan senjatanya sambil duduk santai di pojok ruangan.
dia bertanya tentang support point.
("superpoint ada hadiah untuk menunjang kecantikan tuan rumah agar tetap awet muda dan memiliki energi cukup demi mengikat lebih banyak harem.")
Fuftt..
Lili tersedak air liur nya sendiri .hadiah ini sebenarnya hanya untuk menunjang apa yang disebutkan "Kemampuan " untuk lebih kuat melayani banyak laki-laki.
Uih .jijik..
Tapi...
Kotaku adalah hidup ku dan untuk hidup Aku hanya perlu ...ehem ehem.Dia memandang real.
“Rael,” panggilnya perlahan.
“Hm?” Rael menoleh.
Lili duduk lebih dekat.
Wajahnya canggung tapi ia mencoba tersenyum, walau senyum itu sedikit kaku. “Kalau... kalau kita tidur bareng malam ini, kamu keberatan nggak?”
Rael mengerutkan kening. “ apa?Tidur bareng, sekarang?”
Lili tidak menjawab. Ia hanya menatap Rael dengan mata besar yang seperti memohon, lalu tangannya bergerak pelan ke arah lengan pria itu. Raih ujung jari nya...
Rael langsung menegang. “Lili... maksudmu ...hubungan intim?”
Lili mengangguk pelan.
Ekspresi Rael berubah. Tadi dia masih menganggap Lili sebagai gadis aneh tapi menarik,sekarang pikirannya meluncur liar ke satu kesimpulan yang menjatuhkan,wanita murahan.
Ini tidak asik lagi.
Lili berbohong mengatakan jika dia adalah gadis yang bersih. tapi jika benar dia gadis yang bersih mana mungkin dia akan mengajukan diri sendiri seperti itu.
Ah Real merasa dirinya sedang ditipu mentah-mentah. dia bukan seorang laki-laki yang memikirkan masalah kebersihan dan keperawanan.Tapi dia orang yang paling tidak suka dibohongi.
Suara sistem kembali terdengar di benak Lili.
[Nilai Kekaguman Rael: -50%]
[Status saat ini: Terancam gagal mengikat target.]
Lili membeku. Ia bisa merasakan perubahan atmosfir. Wajah Rael menjauh, nada suaranya lebih dingin saat berkata“Aku kira kamu gadis baik. lebih baik kita memikirkan ulang tentang hubungan ini”
Lili menarik napas pelan, lalu tersenyum getir. Dia mundur, memeluk lututnya sendiri dan menunduk dengan cara yang paling menyedihkan.
“ Real Aku... aku tidak serius aku ..cuma bercanda,” ujarnya lirih. “Aku... aku cuma ingin tahu gimana rasanya sex sebelum semuanya hancur. Aku tidak ingin menjadi zombie perawan kan. sebelum aku mati aku ingin menikmatinya dan tidak akan menjadi hantu penasaran ” Ia menatap api kecil yang tinggal bara. “Aku dulunya gadis biasa.Aku cuma...aku cuma ingin merasakan semuanya sebelum aku mati. Tapi mungkin aku salah.”
Keheningan menyergap, dan Rael mematung. Perkataan itu menggema dalam pikirannya. Dunia memang telah runtuh. Apa yang dulunya tabu, kini terasa tidak relevan. Jika besok mereka mati, untuk siapa moralitas itu dijaga?
Dalam hati, perlahan, pandangan Rael mulai bergeser.
"Apa yang dia bilang... mungkin benar. Dunia ini udah nggak sama. Mungkin nggak ada yang salah lagi di tempat yang semua orang bisa mati kapan pun."
Beberapa prajuritnya masih tertawa bersamanya ketika makan siang. Tapi malam ini...
Uh sebenarnya kehidupan ada hal yang paling rapuh di hari kiamat.
"Lili benar, terlepas jadi masalah dan tekanan kita masih harus tetap hidup. tapi hidup bukan hanya sekedar hidup tapi nikmatilah hidup selagi masih bernapas"tiketnya di dalam hati.
Dia tak berkata apa-apa lagi, tapi tatapannya pada Lili jadi lebih rumit tak hanya jijik atau kasihan, tapi ada benih pemahaman.
Hanya saja setelah itu tidak ada pembicaraan diantara keduanya. tapi ada pemahaman diam-diam,
Dan sementara fajar mulai merayap di ufuk timur, keduanya duduk dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya yang berantakan... dan sebuah hubungan yang perlahan menggeliat dari puing dunia yang terbakar.
Lily menatap layar sistem yang mengambang tipis di sudut penglihatannya.
Hitungan mundur 2 jam hanya menyisakan sedikit waktu saja lagi.
Real aku..
"Lili kau ada benarnya, kita ada pasangan mulai sekarang, apa kau puas?"kata Real.
senyum Lily semakin mengembang. tapi tujuannya belum sampai.
"Tapi... aku ingin..
"tidak sekarang bersabarlah aku pasti akan memuaskanmu di pangkalan nanti. saat itu kita akan melakukannya tanpa khawatir di cakar zombie hahaha"
Senyum lili yang tadi berbunga karena jawaban Real perlahan-lahan kaku.
Namun di depan Real, ia tetap mempertahankan wajah bersinar dan tertawa kecil, “Hehe, baiklah, di pangkalan saja ya,” katanya sambil memutar tubuhnya perlahan, menyembunyikan ekspresi panik dan gugup.
Real hanya mengangguk pelan, tampak tenang. Tapi dalam hatinya ia bertanya-tanya, "kenapa ekspresi gadis ini berubah-ubah? Apa aku baru saja menyetujui sesuatu yang aneh?"
Real melirik ke arah bawah,dia tidak melihat "adik kecil" nya bersemangat.Benar saja, lokasi tidak mendukung.
di sebelahnya,Lily kemudian mencoba mencari akal. Dalam pikirannya mulai berputar berbagai skenario,bagaimana caranya mempercepat perjalanan, atau mungkin memancing situasi yang bisa mempercepat "misi".
Namun waktu terus berdetak. Sistem kembali menampilkan peringatan samar:
[Waktu tersisa untuk aktivasi gudang: 1 jam 12 menit]
Lili menatap kosong ke depan, tubuhnya sedikit gemetar. Jelas Lili sudah gagal menyelesaikan misinya. Di sudut matanya, antarmuka sistem tampak bergetar,lingkaran indikator waktu terus berputar, menampilkan hitungan mundur yang membuatnya semakin panik.
[Sisa waktu misi: 01:2:08]
Dengan napas terengah, ia berbisik dalam hati, "Sistem… bantu aku. Kalau aku gagal, apa yang terjadi? Aku... aku nggak mau gagal. Setidaknya beri aku jalan pintas."
"apakah kau memiliki obat jaga dia mau?oh apakah aku harus memaksanya?"
Sistem menjawab dingin, tanpa jeda:
[Permintaan ditolak.]
[Interaksi fisik hanya dapat dilakukan atas dasar suka sama suka.]
[Manipulasi atau tekanan emosional dapat menurunkan nilai kekaguman target.]
“Tidak...,” gumam Lili lirih. “Aku... aku benar-benar nggak punya waktu lagi…”
Dia memandang Real yang masih duduk diam, tampak ragu dan canggung. Putus asa, Lili mencoba sekali lagi,kali ini tanpa topeng, tanpa logika. Ia menangis keras, air matanya tumpah tanpa kendali.
“Apa salahnya sekarang Riel?!” teriaknya. “Aku hanya ingin merasa hidup… meski sebentar. Aku masih perawan, Real! Aku menyesal nggak pernah melakukan itu sebelumnya! Tapi dunia ini… semua orang bisa mati kapan saja! Jadi kenapa harus peduli dengan lokasi?”
Real mendadak berdiri, menjauh setengah langkah. Pandangannya berubah tidak lagi tertarik, tapi curiga. Bukan karena Lili terlalu blak-blakan… tapi karena ada sesuatu yang terasa dipaksakan.
[Nilai emosional target -50]*
[Status: Enggan | Ragu | Tidak Nyaman]
Real menyipitkan mata, suaranya dingin, “Lili… apa yang sebenarnya kamu kejar? Aku nggak ngerti... kamu kelihatan panik, tapi juga kayak terobsesi, apa kau punya penyakit kelamin”
Dor.
Lili terpaku. kata-kata itu langsung tertancap di jantungnya dengan kejam. Sistem di dalam kepalanya terus memancarkan peringatan dingin.
[Status kegagalan misi mendekati ambang batas. Disarankan kembali ke pendekatan emosional alami.]
Lili akhirnya terdiam. Dia merasa tubuhnya dingin, bukan karena udara, tapi karena penolakan yang benar-benar menyakitkan.
Real menatap Lili dengan ekspresi kosong. Tangisannya yang tersendat-sendat, rengekan manja, dan gerakan tubuh yang tak biasa justru membuat suasana semakin aneh. Dia bahkan tak tahu harus melihat ke mana.
“Aku... aku nggak mau mati bodoh kayak gini,” isak Lili, matanya berkaca-kaca, bahunya bergetar. “Kalau kita melakukannya sekarang… semuanya akan baik-baik saja. Aku janji.”
Real mengalihkan pandangan, menarik napas pelan. “Lili…” ucapnya hati-hati. “Kau baik. Tapi yang kau lakukan sekarang... ini aneh. Aku—aku kira kamu cuma gadis mesum waktu pertama ketemu. Tapi setelah ngobrol, aku pikir kamu beda. Sekarang... kamu kayak kehilangan arah.”
Sistem di mata Lili kembali berkedip.
[Peringatan: pasangan tidak menunjukkan minat. Rekomendasi: kembalikan keseimbangan emosional untuk membuka opsi interaksi lanjutan.]
Lili meremas rambutnya sendiri dan duduk di lantai rumah kosong itu. Ia tertawa getir sambil menangis, “Jadi aku cuma lucu kalau aku nggak serius ya? Harusnya aku tetap jadi gadis polos yang cuma mengagumi dari jauh...”
Real perlahan duduk di seberangnya. Ia tak menyentuh Lili, tapi suaranya jadi sedikit lebih lembut. “Bukan gitu. Kita semua takut, Lili. Tapi aku nggak bisa pura-pura nyaman… apalagi kalau itu dipaksa kayak begini.”
Sunyi sejenak. Hanya suara angin yang merayap lewat celah jendela.
Lili mengusap air matanya. Sistem masih menghitung waktu, tapi untuk sesaat, dia memutuskan untuk diam. Dia sudah terlalu banyak bicara,dan ternyata malah membuat Real menjauh.
Malam itu sunyi, hanya desiran angin dan suara samar percikan air dari atap bocor rumah kosong itu yang terdengar. Lili akhirnya tertidur,bukan karena nyaman, melainkan karena terlalu lelah untuk menangis lagi. Pipinya masih basah, bahkan dalam tidur pun tubuhnya meringkuk seperti anak kecil yang tak ingin bangun dari mimpi buruk.
Di sudut ruangan, Real duduk bersandar di tembok, memandangi langit-langit dengan mata kosong. Sorot matanya suram, penuh pergolakan. Ia tidak memejamkan mata. Hatinya masih dipenuhi bayang-bayang peristiwa beberapa jam terakhir.
“Dia benar-benar gila,” gumamnya lirih, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.
Tapi yang membuatnya frustrasi bukan hanya tindakan Lili,melainkan dirinya sendiri. Ia yang menyetujui ide absurd itu, meskipun tahu itu bukan cinta, bukan ikatan… bahkan bukan kasih sayang. Hanya sisa-sisa harapan kosong dari dunia yang sudah hancur.
"Dan aku… juga gila," desisnya. “Gila karena ikut mengiyakan permintaan itu.”
Ia melirik ke arah Lili yang masih tertidur. Raut gadis itu tak lagi penuh percaya diri seperti sebelumnya—hanya ada kelelahan, kepedihan, dan ketakutan. Untuk sesaat, Real merasa hatinya sedikit melunak.
Dia tahu mereka hidup di dunia di mana segala sesuatu bisa berakhir kapan saja. Tapi ia juga tahu, jika ada sesuatu yang masih bisa dipertahankan… itu adalah nilai dirinya sendiri.
Dan mungkin… gadis itu juga hanya sedang mencari pegangan.
Dengan pelan, Real menarik selimut lusuh dan menutupkan ke tubuh Lili. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Tapi ia tahu satu hal:
Hubungan mereka tidak bisa dibangun di atas kepanikan dan ketakutan.
Namun, entah mengapa… Real merasa ini belum akhir dari segalanya.
thor Doble up ya /Grin/