NovelToon NovelToon
Desa Hujan

Desa Hujan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Sudah dua tahun ini Feri tidak pernah pulang ke rumah. Ia tinggal di asrama tempatnya bersekolah. Rencananya ia hanya akan pulang setelah lulus. Tapi di liburan kenaikan kelas kali ini firasatnya berbeda. Hatinya menuntunnya untuk pulang. Ia juga mengajak sahabatnya untuk pulang ke desa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Rumah Tomo

Dirman, Tomo dan Wasiman adalah tiga sekawan yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan desa. Mereka bertiga tumbuh dibawah kepemimpinan Kus yang menjadi sosok pelopor perubahan demi hidup yang lebih sejahtera. Keberhasilan dan pencapaian yang didapatkan menggoyahkan pertemanan di antara mereka dimana salah seorangnya yaitu Wasiman memilih menjadi pengkhianat karena tergiur harta semata. Ia menipu penduduk desa dan menusuk dari belakang kepercayaan kedua sahabatnya.

Mahmud sudah puas dengan apa yang diperbuatnya kepada penduduk desa dengan memanfaatkan bantuan dari Sukri. Malam mencekam yang kembali memakan korban nyawa datang di desa lamanya tersebut. Tapi dirinya sama sekali belum menganggap selesai urusannya dengan keluarga Tomo apalagi ketika mengetahui seluruh keluarganya masih selamat. Baginya Tomo adalah sosok utama yang membuat kakaknya Wasiman ditangkap dan dihakimi oleh warga yang kemudian disematkan julukan kepadanya sebagai pengkhianat desa. Karena memang Tomo lah orang yang pertama kali berani membongkar kebusukan Wasiman.

Adik kandung mendiang Wasiman itu hendak mengulangi cara yang sama yang sudah terbukti berhasil di waktu malam yang lalu. Tapi kini ia akan melakukannya seorang diri dan hanya kediaman Tomolah yang pintunya akan ia cat dengan cat berwarna hitam yang sudah ia siapkan.

Mahmud menunggu lewat tengah malam dan berharap hujan segera turun dari awan gelap yang sudah terlalu lama murung mendung. Gerimis akhirnya datang. Ia pun berjalan menuju rumah Tomo yang menjadi satu-satunya sasarannya.

“Jadi ternyata paman pelakunya”, kata Yayan menghadang laju Mahmud.

“Paman ini mau apa? Perbuatan paman tidak akan mengembalikan keluarga kita. Yang ada hanya memperpanjang masalah”, kata Yayan kepada pamannya.

“Kurang ajar”, Mahmud marah.

Terjadilah perkelahian sengit antara paman dan keponakannya. Meski berasal dari garis keturunan yang sama keduanya memilki pandangan yang sama sekali berbeda bertolak belakang satu sama lain. Pergulatan itu juga turut disaksikan oleh para makhluk penghuni embung yaitu manusia-manusia lumpur yang sudah keluar dari sarangnya sebab hujan yang mulai menggila.

Meski sanggup melawan namun Yayan yang masih anak bau kencur jika dibandingkan dengan Mahmud pamannya harus rubuh menelan kekalahan. Menggunakan jaket yang dipakainya Mahmud mengikat ponakannya itu dengan kencang di sebuah batang pohon yang jauh berada di dalam hutan. Ia tidak ingin lagi menerima gangguan ketika nanti keponakan kesayangannya itu kembali tersadar.

Setelah membereskan Yayan Mahmud segera melakukan apa yang sudah direncanakan. Ia mengecat pintu bambu kuning rumah Tomo kemudian pergi untuk meninggalkannya. Tapi kali ini ia tidak langsung kabur dari desa. Ia harus memastikan sendiri jika rencananya ini berjalan sukses.

Tidak hanya satu. Manusia-manusia lumpur berbondong-bondong memasuki rumah Pak Tomo yang dimana hanya rumah itu saja yang terbuka untuk mereka. Pak Tomo menjadi orang pertama yang menyadari bahwa rumahnya kembali kebobolan. Ia segera mengusir tamu-tamu tak diundang itu. Hanya terdengar suara perlawanan dari Pak Tomo dan juga Iwan yang menyerang para manusia lumpur. Sementara Feri sudah keluar dari rumah untuk mengejar manusia lumpur yang sudah mendapatkan Endang.

Dengan tongkat bambu kuning Pak Tomo melawan dengan sengit makhluk-makhluk embung yang hendak membawanya. Sedangkan Iwan yang mempunyai keuntungan karena ia bukanlah mangsa dari para manusia lumpur dengan mudahnya mengusir mereka keluar rumah dengan cara memukuli mereka dengan bambu kuning. Di dalam Pak Tomo mulai kuwalahan karena jumlah manusia lumpur yang ia hadapi banyak. Di pikirannya hanyalah ia ingin segera lolos dari kerumunan manusia lumpur itu lalu bergegas mencari Feri dan Endang. Seseorang datang ke arah pergulatan itu. Pak Tomo senang akan adanya bala bantuan yang datang. Pikirnya pasti itu salah seorang warga desa atau mungkin juga Yayan atau Iwan karena manusia lumpur membiarkannya lewat begitu saja. Tapi orang itu justru mendekati Pak Tomo dengan menggunakan sebilah pisau yang kemudian ditusukkan secara bertubi-tubi ke tubuh Pak Tomo hingga si empunya rumah itu ambruk. Hanyalah tubuh lemah tidak berdaya dengan kesadaran yang sedikit tersisa dipanggul oleh manusia lumpur yang membawanya ke tempat persinggahan terakhirnya embung. Tentu saja pelaku penusukkan itu tidak ada lain adalah Mahmud. Iwan yang menyaksikan kejadian itu di depan matanya langsung berlari menuju embung demi menyelamatkan Endang dan Feri tanpa diketahui oleh Mahmud.

Feri berlari mengejar manusia lumpur yang telah berhasil menyandera kakaknya. Dengan tongkat bambu kuning itu ia mengamuk memukuli para makhluk-makhluk jahat itu. Lagi-lagi karena kalah jumlah Feri pun tak berdaya yang membuatnya juga akhirnya ditangkap oleh para penghuni embung.

Iwan berhasil menyusul. Ia mendapati manusia lumpur yang sudah mendekati embung dengan membawa Feri dan Endang. Fokus Iwan sekarang hanyalah untuk melepaskan kedua bersaudara itu dari cengkraman mereka. Pergulatan dimulai dengan Iwan yang hanya menyerang manusia lumpur yang membawa Feri. Setelah berhasil membuat manusia lumpur melepaskan kawannya itu ia lantas memberikan temannya itu bambu kuning untuk dipergunakan sebagai senjata untuk berjuang bersama.

Feri dan Iwan melawan manusia lumpur yang membawa Endang dan berhasil menjatuhkannya untuk melepaskan Endang. Ketiganya pun berpikiran sama untuk segera pergi dari embung menuju ke kebun bambu kuning yang sudah semakin sedikit jumlahnya untuk berlindung.

Iwan, Endang, dan Feri melewati bibir embung berlari dari kejaran manusia lumpur yang masih terus memburu mereka. Ketiganya dikejutkan dengan kemunculan manusia-manusia lumpur yang lain yang muncul dari dalam embung tepat menghadang di hadapan mereka. Pertarungan pun kembali terjadi. Feri memerintahkan Iwan untuk segera pergi membawa Endang ke kebun bambu. Sementara dirinya berusaha sekuat tenaga untuk menghalau para penghuni embung itu. Hanya ada satu cara untuk berhasil lolos dari tangkapan para manusia lumpur saat itu yaitu dengan pengorbanan. Feri mendorong para manusia lumpur kembali masuk ke dalam embung dengan turut menjatuhkan dirinya ke dalam rumah mereka. Itu adalah untuk terakhir kalinya sang adik melihat kakaknya.

Endang menangis sejadi-jadinya dalam dekapan peluk Iwan. Sang kakak meronta setelah melihat adiknya untuk terakhir kali dengan berkorban menyelamatkannya. Para manusia lumpur hanya bisa melihat Iwan dan Endang yang kini telah aman berada di lindungan kebun bambu.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
makin penasaran
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
gurauan nya kurang bisa gw pahami
Kustri
ini beneran 26 part?
pendek BGT...
coba lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!