Memiliki kecantikan dan kepintaran saja tidak cukup untuk membuat ibu mertuanya senang padanya. Elleana Bella, seorang wanita karier dan juga ibu yang baik untuk putranya.
Namun ia selalu di cap sebagai menantu yang buruk oleh ibu mertuanya, bahkan suaminya pun selalu memojokan dan menyalahkan dirinya dalam segala hal dan selalu membenarkan kata-kata ibunya.
Bagaimana cara Bella menghadapi sikap toxic ibu mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Bunyi sirine mobil ambulance terus menggema menyusuri jalan menuju rumah sakit. Abimana menggengam erat tangan istrinya di ikuti oleh ibu Maya bersama dengan cucunya Zayn.
"Nenek apakah mama akan baik-baik saja?" Tanya Zayn pada sang nenek dengan wajah sedihnya.
"Nenek tidak tahu!" Ibu Maya menjawab sekenanya saja, karena saat ini ia merasa sangat takut dan waswas jika putranya akan marah besar padanya karena hal ini.
"Aku harus bagai mana jika Abimana menanyakan apa yang sebenarnya terjadi." Gumam ibu Maya lirih, ia merasa sangat pusing memikirkan segalanya.
Perasaan takut pun kini menyelimuti hati ibu Maya. "Bagai mana jika Bella mengatakan hal yang sebenarnya lalu Abimana akan membawaku ke penjara? Tidak! itu tidak boleh terjadi, aku harus melakukan sesuatu." Kini ibu Maya pun mulai merencanakan sesuatu yang tidak akan membuat dirinya terlibat dalam hal ini.
Namun sebaliknya ibu Maya akan membuat Bella lah yang terlihat bersalah atas kecerobohan nya sendiri.
Lama menunggu dokter selesai memeriksa keadaan Bella, Abimana terus berdoa agar istri dan calon anaknya baik-baik saja. Namun kini dokter keluar dari ruangan itu mengatakan bahwa bayi mereka tidak dapat terselamatkan.
Hal itu di dengar langsung oleh Bella yang masih terbaring di brankar pasien. "Tidak itu tidak mungkin!" Bella menjerit histeris tak menerima semua kenyataan yang menimpa dirinya saat ini.
"Bella!" Abimana berlari menghampiri istrinya.
Bella menangis merasa sangat terpukul dengan berita kehilangan bayinya, ia merasa sangat begitu sedih dan frustrasi. Hingga Bella akhirnya berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan pisau bedah yang ada di tangan sang perawat.
"Bella apa yang kau lakukan! lepaskan! jangan bertindak ceroboh." Abimana membuang pisau yang ada di tangan istrinya dan memeluk Bella dengan sangat erat.
"Ini semua karena ibumu, jika saja dia tidak mendorong ku mungkin saat ini bayi ku masih ada bersamaku." Ucap Bella di sela isak tangisnya yang begitu pilu. Bella sudah lelah, dia lemah dia tidak bisa untuk terus merasa dirinya kuat, dirinya hebat. Bella hanya seorang manusia biasa yang juga tak bisa terus bersikap seperti malaikat.
"Apa maksudmu?" Abimana sungguh tidak mengerti dengan apa yang sedang di katakan istrinya saat ini.
"Kamu salah paham nak, bukankah ibu sudah mengatakan hati-hati padamu tadi." Ibu Maya menangis membela dirinya di hadapan sang putra, bahkan kini ia bersujud di hadapan Bella dengan raut wajah penuh kesedihan.
"Kenapa kau selalu membenci ku ibu, apa salahku selama ini padamu!" Bella berteriak meluapkan segala kemarahan yang terpendam dalam hatinya.
Bella sangat menyesal ikut kembali satu rumah bersama ibu mertuanya, namun nasi sudah menjadi bubur semuanya tak alkan kembali seperti sebelumnya.
"Harusnya aku tidak ikut kembali ke rumah itu mas! harusnya aku tetap jauh dari ibu mu dia sangat membenciku tanpa alasan hingga sekarang aku kehilangan calon bayi kita karenanya!" Bella menarik kerah baju suaminya dan berusaha untuk kembali mengambil pisau bedah untuk mengakhiri hidupnya.
Bella tak kuat lagi menahan beban hatinya hingga ia pun jatuh tak sadarkan diri membuat Abimana sangat begitu panik.
"Bella jangan begini, jangan membuatku takut." Abimana menggengam tangan istrinya dengan sangat erat.
Kini para dokter pun kembali menangani Bella yang trauma dengan kehilangan calon bayi nya. "Pak silahkan anda tunggu di luar kamu akan memeriksa keadaan pasien secara menyeluruh, silahkan anda urus segala prosedur nya." Ujar sang perawat yang kini mendorong Abimana keluar dari ruangan tersebut.
"Abi tenanglah nak ibu yakin Bella akan baik-baik saja." Ucap Ibu Maya yang kini mulai menenangkan putranya.
"Bagai mana aku bisa baik-baik saja bu, aku sudah terlalu banyak dosa pada istriku." Kini Abimana pun terduduk di lantai. Bayangan wajah istrinya yang terlihat menyedihkan membuat hatinya ikut terluka karenanya.
Kini kata-kata sang istri pun mulai memenuhi pikirannya. "Ibu! apa ibu benar-benar sudah mendorong Bella?" Abimana kembali berdiri dan mencengkram lengan ibunya untuk meminta jawaban.
Namun ibu Maya menggelengkan kepalanya tak mengakui kesalahannya pada Bella. "Mana mungkin ibu sejahat itu Abi, ibu bahkan tidak mengerti mengapa Bella mengatakan hal itu dan menuduh ibu mendorong nya. Ibu juga wanita dan ibu adalah seorang ibu tidak mungkin ibu melakukan hal semacam itu, terlebih saat istrimu tengah mengandung." Ibu Maya mulai terisak menunjukan wajah sedihnya meyakinkan Abimana bahwa ia tak melakukan apapun seperti yang di tuduhan Bella.
Bahkan saat ini ibu Maya merasa dirinya terzalimi oleh putra dan menantunya. "Maaf Abi, jika memang selama ini ibu salah berada di antara kalian berdua maka lebih baik ibu pergi saja." Ucap Ibu Maya yang membuat Abimana berada dalam dilema.
Sedangkan Zayn hanya duduk diam tak mengerti dengan masalah orang tuanya saat ini.
"Ibu bukan itu maksud ku tapi, aghh.. sudahlah kita bicarakan hal ini nanti saja!" Kini Abimana pun berlalu untuk melakukan prosedur rumah sakit agar istrinya cepat di tangani.
Kini ibu Maya menatap punggung anaknya yang mulai menjauh dari pandangannya, Ibu Maya merasa sangat cemas ia takut jika Bella akan melaporkan kejadian ini pada polisi.
"Tidak, aku tidak mau di penjara! aku harus meyakinkan Abimana." Gumam ibu Maya dengan tangan saling menggengam erat.
***
Setelah beberapa jam berlalu kini Bella sudah kembali sadar dengan tatapan kosong menatap lurus tanpa berkedip sedikit pun walau air matanya terus mengalir membasahi pipinya.
"Bella sadarlah sayang, kita ikhlaskan saja kepergiannya mungkin bayi itu belum rezeki nya." Ucap Abimana dengan sangat lembut untuk membujuk istrinya agar tidak terus memikirkan hal yang sudah terjadi dan akan memengaruhi kesehatan nya.
"Mudah sekali kamu mas mengatakan hal seperti itu padaku. Aku kehilangan bayiku karena ibu mu tapi kau tidak melakukan apapun untuk memberi keadilan pada ku dan bayi kita." Batin Bella menjerit. Kini Bella pun berteriak histeris dan membuka jarum infus yang menancap di lengannya.
"Aaarrghhh.... " Bella terus menjerit menutupi kedua telinganya.
Karena tekanan batin yang kuat membuat mentalnya sedikit terganggu hingga tangisan ketakutan Zayn pun tak terdengar oleh Bella.
"Mama! Mama!" Zayn terus berteriak memanggil sang mama. Sedangkan Abimana terus memencet tombol darurat untuk memanggil dokter.
Zayn naik ke brankar pasien dan memeluk sang mama dengan sangat erat. "Mama jangan menangis, mama jangan sedih." Ucap Zayn di samping telinga sang mama, membuat Bella sedikit melunak dan merasa tenang karena nya.
"Mama jangan menangis." Zayn mengusap air mata sang mama dengan wajah sendu nya.
"Zayn berjanjilah jangan tinggalkan mama, jangan tinggalkan mama." Bella memeluk putranya dengan sangat erat dan penuh ketakutan membuat Abimana dan tim dokter yang berada di sana ikut meneteskan air mata melihat begitu dalamnya kesedihan Bella saat ini.
Bersambung