Istri Muda Tentara Tampan

Clarisa memasak makan malam untuk nya dan arka jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, arka belum kembali, ia agak takut beberapa saat, saat melihat tayangan tv yang dilihat nya tadi ia sering kali berpikir itu hanya kebetulan orang iseng, yang membuang mawar berdarah itu di depan rumahnya.

" Ting tong" bel berbunyi clarisa agak parno sekarang.

ia tidak mau membuka pintu itu sebelum yang mengetuk pintu itu berbicara.

" nyoya Prasetya, buka pintunya"

clarisa bernafas lega ia tidak pernah setakut ini sebelumnya, Clarisa membuka pintu itu, dan langsung memeluk arka erat.

" ada apa tumben" kata arka heran biasanya istrinya ini tidak pernah mau bersikap seperti ini duluan. tapi ia membalas pelukan clarisa dan mengelus rambut istri mudanya.

" tidak apa apa" kata Clarisa malu tapi ia memeluk arka erat, menyalurkan ke khawatiran nya, entah kenapa akhir-akhir ini ia mempunyai pirasat buruk.

" baiklah ciuman pulang kerja?" tanya arka nakal.

Clarisa malu di buatnya, tapi ia mencium arka juga dan memeluknya erat. setelah masuk ke rumah sikap, clarisa sangat aneh menurut arja, ia menempeli arka ke mana mana.

seorang menatap mereka dengan tatapan tajam tanpa ekspresi, tangan nya mengepal erat, seakan ingin menghancurkan apa saja yang ada disana, saat melihat pemandangan itu, tidak lama ia pergi dari situ dengan tangan yang berlumuran darah.

arka melepaskan seragamnya di bantu Clarisa.

" apa ada masalah Clarisa kau tidak pernah seperti ini sebelumnya?" tanya arka serius karna sikap Clarisa sangat aneh menurutnya.

" tidak ada, kau mandilah cepat aku menunggumu di meja makan" kata clarisa berbohong, ia tidak mau menceritakan tentang mawar berdarah itu, sebelum tau kepastiannya.

" baiklah" kata arka, ia tau clarisa menyembunyika sesuatu dari nya, tapi ia tidak mau memaksa Clarisa bercerita kalau Clarisa sendiri tidak mau, ia akan sabar menunggu Clarisa untuk menceritakannya padanya.

Clarisa pergi ke dapur untuk menyiapkan peralatan makan untuk mereka berdua.

arka datang dan mereka makan malam bersama.

" akhir akhir ini masakan mu tambah enak nyonya Prasetya" kata arka membuka pembicaraan untuk memecah keheningan malam

" hn"

" ada apa? kau kelihatan murung apa kau sakit?" tanya arka khawatir, sipat Clarisa jadi pendiam sekarang.

" aku hanya merindukan orang tuaku" kata Clarisa sedih.

" bodoh, kenapa tidak bilang dari tadi, nyoya Prasetya, besok kita akan mengunjungi orang tuamu, aku juga libur jadi kita bisa menginap beberapa hari disana"

" benarkah?" kata Clarisa berbinar

" tentu semua untuk mu nyoya Prasetya"

" trimakasih" Clarisa memeluk arka erat membenamkan wajah nya di dada bidang arka, ia juga merindukan ibu dan ayah nya semenjak mereka pindah ia tidak pernah lagi mengunjungi orang tua nya, hanya mendengar suara ibu atau ayah nya melalui ponselnya.

arka membalas pelukan Clarisa, dan menyuruh Clarisa untuk memakan makananya lagi, ia lega karna Clarisa kembali ceria, ia juga merasa bersalah semenjak mereka menikah tidak pernah lagi mengunjungi keluarga Clarisa.

padahal ia tau clarisa masih anak anak yang membutuhkan kasih sayang orang tuanya.

" arka kalau orang tuaku bertanya, kenapa aku tidak sekolah bagaimana? kau sudah berjanji ya! untuk tidak jujur nantinya"

" baiklah, kau cerewet sekali nyoya Prasetya"

" kau juga iya tuan"

" kalau ada masalah Clarisa jangan menyimpan nya sendiri, ingat aku suamimu kau berhak bercerita padaku"

" hn"

esok pagi nya, Clarisa keluar, dari pintu untuk menyapu halaman depan rumahnya, sebelum mereka pergi ke rumah orang tuanya, ia terkejut, saat ia menemukan mawar berdarah itu lagi di depan pintu nya lagi.

ia melihat ke kiri dan ke kanan untuk melihat siapa pelaku yang menerornya dengan bunga mawar putih berdarah ini.

" kenapa melamun nyonya Prasetya?"

Clarisa terkejut,

" kau mengagetkanku tau tidak, ia menginjak kaki arka"

" aduh du kaget ya kaget saja sayang jangan sampai melakukan kdrt juga pada suamimu yang tampan ini"

" sudah ah, mau cepat menyapu halaman ini biar kita cepat pergi, apa di dalam sudah beres arka?"

" sudah nyoya"

" bisakah kau tidak memanggilku NYONYA" kata Clarisa kesal dengan menekankan kata nyoya pada kalimatnya.

" tidak bisa sayang itu panggilan sayang untukmu dariku, biar semua orang tau kau milik seorang arka Prasetya"

" suka suka mu sajalah".

Clarisa masih sangat khawatir, dengan bunga yang sudah dibuangnya tadi, kali ini apakah kebetulan lagi batinya takut.