Kehancuran bagi seorang perempuan yang selalu menjaga kesuciannya, apabila mereka dinodai oleh seorang laki laki secara paksa.
Seorang gadis yang hidup sebatang kara adalah gadis malang yang berusaha untuk hidup hanya demi membuktikan kepada almarhum kedua orangtuanya jika dia bisa sukses.
Tapi suatu ketika, saat dia pergi untuk melamar pekerjaan tapi sayang sekali, hanya karyawan OB yang masih kurang dan Gadis tersebutpun tidak menolaknya.
Soreh hari dimana karyawan sudah pulang, Gadis tersebut masih setia disana, membersihkan satu per satu ruangan, tapi dia memasuki ruangan yang tidak ia ketahui bahwa itu adalah kamar CIO.
Gadis malang tersebut membaringkan badannya di kasur empuk tersebut hingga dia tak sengaja tertidur.
Seseorang masuk dengan keadaan mabuk berat, dia dengan nafsunya melihat wanita yang sedang tidur di tempat tidurnya, dengan mata yang sudah dipenuhi nafsu dan amarah dia memperkosa gadis tersebut dalam keadaan tidak stabil.
"Dasar pria brengsek,!" teriak gadis malang tersebut.
"Aku minta maaf, aku sungguh tidak sengaja," jawab laki-laki tersebut.
"Aku dalam keadaan mabuk berat tadi malam," lanjut pria tersebut.
apakah kisah mereka seperti apa, jika anda penasaran langsung baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon thalib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menangis
Ayyan yang tadi hanya diam langsung berdiri dan mengambil kunci mobil.
“Oi, kamu mau kemana,?” tanya Gavin.
“Ada urusan,” jawab Ayyan membuat Gavin yang bosan langsung ikut dengannya, sedangkan Papinya yang mengira mereka mau berbisnis tidak menghiraukannya.
“Mau kemana kamu,?” tanya Ayyan.
“Ikut bersamamu lah,” saut Gavin melangkah duluan keluar.
Ayyan hanya bisa pasrah dia melempar kunci mobil kepada Gavin.
Mereka sudah melanjutkan mobilnya entah kemana.
“Kita mau kemana,?” tanya Gavin.
“Ke rumah anakku,” jawab Ayyan.
“Sejak kapan mereka jadi anakmu?” tanya lagi Gavin.
“Tutuplah mulutmu itu, dan ikuti perintahku,” ucap Ayyan membuat Gavin hanya diam.
Tak lama mereka sudah sampai disana, Ayyan melihat mobil papinya yang terparkir disana membuatnya sedikit kesal karena sedari tadi sore dia menunggu, ternyata Mami dan Naya sudah lebih dulu disini.
Ayyan langsung turun dari mobil meninggalkan Gavin sendiri, Gavin yang tidak mau kena tamparan Aila memilih untuk dimobil saja, dia tidak tau jika Mami dan Naya ada didalam, dia hanya menghayal bosnya di tampar saat masuk nanti seperti tadi kemarin sore.
“Kamu hanya cari tamparan saja Yan,” ucap Gavin dan kembali teringat dimana Ayyan di tampar dulu sampai 10 kali dalam sehari.
“Dia mungkin sudah tidak merasakan tamparan lagi, dia sudah terbiasa,” ucap Gavin pada dirinya sendiri dan tertawa sendiri.
Ayyan masuk tanpa mengetok pintu dan melihat kelima orang tersebut sedang menikmati makanan didepan TV.
Aila yang melihatnya datang lagi tanpa rasa malu sangat kesal, apalagi saat kedua anaknya langsung berlari ke arahnya saat mereka lihat yang datang adalah Ayyan.
“Daddy, kenapa sangat lama baru datang, dan kenapa Daddy tidak tidur dengan kami tadi malam,?” seribu pertanyaan di lontarkan kedua bocah tersebut membuat Ayyan hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Zean dan Dean langsung menarik tangan Ayyan untuk ikut makan bersama mereka, dengan berlomba Zean dan Dean berebutan untuk duduk di pangkuan Ayyan.
“Kalian duduk lah berdua jangan rebutan seperti itu, ini luas” ucap Ayyan memperbaiki posisi duduknya.
Mata tajam Aila tak lepas ke pandangan Ayyan, tapi Ayyan hanya menghiraukannya dan menyuapi satu per satu si kembar, bahkan dirinya belum makan sesuap nasi.
Seseorang mengetuk pintu membuat Aila berdiri dan membuka pintu, Gavin seketika menelan salivnya kasar saat melihat orang yang membuka pintu, apalagi wanita tersebut menatap tajam ke arahnya.
“Saya hanya mencari Bos saya,” ucap Gavin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Masuklah,” ucap Aila dengan dingin dan hanya di angguki oleh Gavin dengan wajah yang panik.
Gavin kaget saat melihat Mami dan Naya serta bosnya duduk menikmati makanan, membuat nya yang sangat lapar langsung duduk mengambil piring tanpa ada yang menyuruhnya.
“Kamu mau ngapain,?” tanya Mami Karla membuat Gavin menatapnya dengan senyuman tipis.
Gavin kembali menaruh piring tersebut membuat Mami Karla menahan tawanya melihat sifat bodoh Gavin.
“Makanlah,” ucap Aila membuat Gavin dengan cepat mengambil piring dan menaruh nasi serta lauk sangat banyak.
“Apa kamu tidak pernah di kasih makan sama bos mu Gavin,?” tanya Mami Karla.
“temannya Daddy kan,?” tanya Zean mengingat wajah Gavin.
Ayyan hanya mengangguk pelan menatap Gavin yang tidak tau malu mengambil makanan sangat banyak, bahkan dirinya saja belum makan.
“Om, banyak cekali makannya,?” ucap Zean dengan polosnya.
“Biar cepat besar,” jawab Gavin dan langsung makan.
“Wuah, ini sangat enak, bahkan melebihi masakan Mami,” ucap Gavin tanpa sadar jika semua mata sedang menatapnya.
Ayyan yang melihat Gavin sangat nafsu makan, ingin sekali cepat ikut makan tapi makanan kedua kembar tersebut masih banyak.
“Zean, Dean, kemarilah, biar Mommy yang suap,” ucap Aila menatap tajam ke arah Ayyan yang hanya cengengesan.
“Kalian sebenarnya sudah mulai mengerti satu sama lain tapi sayangnya Aila masih sangat membencimu Ayyan,” gumam Naya.
Mereka berdua menurut begitu saja, Ayyan pun dengan cepat ikut mengambil nasi dan beberapa lauk yang tidak beda jauh dari porsi Gavin.
Dengan lahap mereka makan tanpa melihat ke arah ketiga wanita yang hanya menatapnya makan.
Maminya hanya tersenyum dalam hati melihat kedua putranya yang baru pertama kali ini melihat nya sangat lahap untuk makan, dia sudah lama tidak melihat mereka seperti itu.
“Mommy, Daddy juga banyak makannya,” ucap Dean membuat Aila hampir tertawa tapi dia menahannya dan menoleh ke arah lain.
Saat mereka berdua sudah kenyang, dengan kompak mereka bersandar sambil mengelus perutnya, mereka menatap ketiga perempuan tersebut yang masih belum selesai makan.
“Kenapa mereka sangat rakus, mereka belum selesai juga dengan makannya, bahkan makanan yang tadi banyak sudah habis,” ucap Gavin tanpa ada rasa bersalah sama sekali, mereka berdua lah yang menghabiskannya dan beberapa kali menambah lauk membuat ketiga perempuan tersebut seketika ikut kenyang melihat nafsu makan mereka.
“Diam lah, aku kenyang,” ucap Ayyan.
“Om, bukan Nenek sama aunty yang habici makannya, tapi om yang habici cemuanya,” ucap Zean membuat Gavin menatap nya bingung.
“Aku hanya makan sedikit,” jawab Gavin.
“Gavin, jangan seolah kamu berbicara dengan orang seusiamu ya,” ucap Mami Karla membuat Gavin terdiam.
“Papi sangat menyesal tidak ikut,” ucap Gavin lagi yang sontak membuat Mami Karla kaget.
Mami Karla lupa dengan suaminya, bahkan Naya pun juga lupa karena sangat asik dengan si kembar, mereka berdua saling bertatapan.
“Hahahaha jangan bilang kalian melupakan Papi,” ucap Gavin.
“Om, jangan bicala kelac-kelac cepelti itu ke Nenek,” ucap Zean tegas membuat Gavin terdiam.
“Mereka memang sangat mirip, sangat menakutkan,” gumam Gavin.
Saat semua sudah selesai dengan makannya, Mami Karla dan Naya langsung pamit pulang karena teringat dengan Papi Andhra yang pasti mencemaskan mereka.
“Kami pulang duluan ya Aila,” ucap Mami Karla dan hanya di angguki oleh Aila.
“Besok masih bolehkan, bawa mereka,?” tanya lagi Mami Karla.
“Tidak apa-apa, tapi jika mereka merepotkan mendingan tidak usah, saya akan membawanya bekerja,” ucap Aila.
“Tidak kok, kami malahan sangat senang, dan kami mungkin sebentar lagi pulang jadi kami mohon agar bisa main dengan mereka sepuasnya dulu ya Aila,” ucap Mami Karla.
“Baiklah kalau seperti itu,” ucap Aila membuat Mami Karla sangat senang.
“Kalau begitu kami permisi duluan,” ucap Mami Karla yang sudah panik sendiri mengingat suaminya.
Saat melihat Mami Karla dan Naya keluar, Gavin tidak ingin terkena masalah didalam membuatnya juga langsung ikut keluar, memilih menunggu Ayyan dimobil.
“Terimakasih hidangannya nona, kalau begitu saya permisi duluan,” ucap Gavin dan mendapat anggukan kepada dari Aila.
Kini hanya tinggal Ayyan dengan wajah tidak tau dirinya, dia pura pura tidur disana.
“Daddy, kenapa tidul dicini,?” tanya Zean.
“ahhggg,” teriak Ayyan saat telinganya di tarik oleh Aila.
“Hahahaha Daddy di talik telinganya milip kita kalau nakal, kan Mommy,?” tanya Dean dengan polosnya dan tawanya.
“Pergi,” bisik Aila dengan suara yang ditekan.
Aila melepaskan tangannya dan menyimpangkan kedua tangannya didada.
“Apa kalian masih mau bermain sama Daddy,?” tanya Ayyan dan dengan senang mereka mengangguk dan duduk di pangkuan Ayyan.
Aila tidak tau harus seperti apa untuk membuat laki-laki tersebut jera dengan semuanya.
“Zean, Dean, apa kalian tidak tau ini sudah jam apa,?” tanya Aila membuat mereka seketika cemberut.
“Ayo tidur,” ucap Aila langsung menggendong keduanya tapi Zean malah memeluk erat tubuh Ayyan.
“Tidak mau, Zean mau tidul cama Daddy,” ucap Zean mulai menangis memeluk erat tubuh Ayyan.
“Nanti bakal nyusul,” ucap Aila tapi Zean masih kekeh tidak mau percaya lagi dengan ucapan itu, Zean tipe orang yang bila sudah di bohongi sekali maka dia tidak akan mau percaya lagi.
“Ayo kita tidur,” ucap Ayyan membuat Aila menatap nya dengan tatapan membunuh.
“Aku akan pergi jika mereka sudah tidur,” bisik Ayyan membuat Aila terdiam dengan air mata yang sudah menetes, saat ini rasa ketakutan yang menyelimuti seluruh tubuhnya, ia sangat takut kehilangan kedua putranya, mereka sudah seperti terhipnotis oleh kehadiran Ayyan, Aila duduk memeluk lututnya dengan air mata yang terus mengalir deras.
Sebenarnya dirinya tidak bisa berbuat apa-apa jika Mami Ayyan dan sahabat nya datang, dia selalu di Landa rasa ketakutan jika suatu saat putranya pergi meninggalkan dirinya memilih hidup dengan Ayyan dan keluarga nya yang lebih banyak harta dibandingkan dengan dirinya yang serba kekurangan.
Sekitar satu jam lamanya Ayyan masih belum keluar dari kamar membuat Aila yang penasaran dan cemas langsung mengintip di pintu dan terlihat Ayyan sudah tertidur di tengah kedua putranya yang memeluknya erat.
Dia kembali duduk bersandar di tembok dengan air mata yang semakin menetes, dirinya semakin takut dengan kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi hidupnya lagi yang sudah kesekian kalinya.
Aila menutup pintu tersebut dan berjalan ke ruang tamu untuk tidur disana untuk malam ini, jika dia membangun kan Ayyan otomatis putranya juga bakal bangun, kedua putranya tidak seperti kebanyakan orang bila tidur seperti orang yang sudah tiada, hanya satu gerakan saja bisa membuat sikembar bangun dan pasti akan percuma bila seperti itu, jika mereka tidak melihat Ayyan pasti akan menangis lagi.
Dengan air mata yang terus menetes, tak terasa Aila sudah dialam mimpinya.