Mutia, Gadis Manis itu merasa Tuhan begitu menyayanginya, selain sang mama, kini ia juga di hadapkan dengan seorang Om-om mesum yang tidak lain adalah bosnya sendiri. Kedua orang tersebut bagaikan bayangan diri sendirinya, apapun yang ia lakukan pasti tidak pernah terlepaa dari pantauan mereka.
Namun semua berubah saat ia bertemu dengan Raga, pegawai baru yang tidak diragukan lagi ketampanannya.
Lantas bagaimana kisah Mutia selanjutnya? Akankah si Bos membiarkan ia dekat dengan lelaki lain?
Akan ada banyak kejahilan serta kisah seru lainnya, jangan ketinggalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erin FY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Halo calon mantu, ada apa malam-malam telpon mama?" Sambungan di seberang sana telah terjawab.
Mutia dan Denis sempat melonjak saat wajah itu muncul di layar. Bagaimana tidak kaget, semua wajah tertutup masker putih, menyisahkan dua mata saja.
"Mama! Ya Allah, bisa-bisanya panggil begitu, malu-maluin saja!" omel Mutia kepada wanita di seberang sana.
"Eh, anak kesayangan mama di sana juga. Kenapa? minta ijin buat jalan-jalan? boleh, jangan lupa beliin mama martabak manis sama roti bakar, ya? sudah have fun sana, nanti masker mama pecah. Assalammualaikum."
"Mamaaa!" Sambungan terputus begitu saja sebelum Mutia menjawab ucapan mamanya.
Gadis itu mencak-mencak tak karuan, tak habis pikir, sejak kapan mamanya dan bos menyebalkan itu begitu klop seperti ini.Hanya sekali pertemuan, mereka bisa satu misi begini, apalagi kalau beberapa kali pertemuan? bisa-bisa besok dia langsung di kawinin.
"Jadi, bagaimana? Kamu mau masuk sendiri, apa aku yang menggendongmu?" tawar Denis dengan senyum mengembang.
Mulut Mutia mengerucut, merasa tak berguna jika berdebat lagi, Mutia masuk begitu saja ke dalam mobil. Dia merutuki diri, kenapa harus terjebak kepada dua orang yang sama-sama tak mungkin dia tolak. Dia tak mungkin menolak sang mama karena sama saja dia bersikap durhaka, dan tidak mungkin juga menolak Denis, mengingat kontrak yang sudah dia tanda tangani. Tanpa sadar dia memukul-mukul sendiri kepalanya.
"Kenapa? kepalamu sakit?" tanya Denis setelah duduk dibalik kemudi.
"Iya, sakit gara-gara kelakuan mama dan pak Denis. Mimpi aku harus berhadapan dengan kalian berdua," omel Mutia tanpa menoleh sedikitpun kepada Denis.
"Memangnya kami kenapa? Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kami. Sikap kami justru tergantung padamu, kamu nurut dan bersiap menerimaku, maka semua akan baik-baik. Aku pastikan kamu akan selalu memberikan kamu kebagaiaan."
"Gak segampang itu, Pak. Bapak sudah tua kan? Harusnya mengerti, perasaan tidak bisa dipaksakan. Kamu belum satu bulan hadir di hidupku, dan tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan yang aku sendiri belum paham. Bapak pikir perasaanku bisa pesan online?"
"Aku tidak setua itu Mbak Mut."
"Tetap saja kita terpaut jauh."
"Tak pernah ada batasan dalam cinta, Mbak Mut. Cukup kamu tak menghindar dan membiarkan aku mendekat, maka kupastikan aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku."
"Bapak kePDan! Aku bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta!"
"Buktikan kalau begitu! Beri aku satu bulan, kalau sampai saat itu tidak pernah ada benih cinta di hatimu untukku, maka aku akan menjauh," ucap Denis menghadap tepat di wajah Mutia.
Mutia harus memundurkan wajahnya beberapa centi agar tak menyentuh wajah Denis. Jika diperhatikan dari dekat, Wajah Denis memanglah tanpa cela, semua sempurna.
Mutia berdebar, Denis hanya berjarak beberapa centi darinya. Belum sebulan, tapi tingkah Denis selalu membuat dia kewalahan. Haruskah dia menerima penawaran Sang Bos menyebalkan itu?
"Bapak! mundur! kenapa harus dekat-dekat seperti ini sih?" omel Mutia.
Bukannya mundur, Denis malah terbahak.
"Lihatlah! Aku baru mendekat saja kamu sudah kalang kabut begitu, bagaimana kalau tiba-tiba aku menciummu?"
Mata Mutia membulat. Tak menyangka dengan ucapan Denis yang sangat terang-terangan. Tak hanya menyebalkan, ternyata bosnya itu sangatlah mesum.
"Bapak berani mendekat, maka semprotan cabe ini akan mendarat pada mata bapak," ancam Mutia seraya mengeluarkan cairan cabe dalam tasnya.
Denis langsung mundur kembali ke kursinya.
"Cairan itu memang bisa membuat buta, Mbak Mut, tapi dia mau membutakan apa lagi dariku? Aku sudah buta akan cintamu sejak dulu," gombal Denis dengan santainya.
Mutia makin geleng-geleng kepala, Kenapa bosnya bisa secerdas ini, selalu punya jawaban dari setiap pertanyaannya.
"Jadi, bagiamana? Setuju untuk sebulan?" tanya Denis lagi yang membuat Mutia menggigit bibir bawahnya.
tolong sambung... best nie..tak sabar nak baca...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa