Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Almost
***
Semua orang kini semakin panik tidak terkendali.
Sherin berusaha untuk tetap tenang, membawa
kendaraan besar itu lebih ke pinggir. Sementara
kendaraan lain tampak menjauh saat menyadari
bus mewah tersebut sedang kehilangan kontrol.
"Miss Sherin..apa kau yakin bisa mengendarai
bus ini.? kita akan menunggu team penyelamat.
Mereka sudah ada di belakang kita sekarang.!"
Mr Grant, sang wakil mentor kepala terlihat mulai
khawatir saat melihat kondisi jalanan yang sedikit menurun. Sementara sang kernet bus malah sibuk
menangani pak sopir yang kini tak sadarkan diri.
"Insya Allah saya bisa.. tapi, kendaraan lain harus
di jauhkan dari bus ini untuk menghindari adanya
benturan. Kita akan memasuki daerah turunan.!"
Ucap Sherin dengan mata yang terus fokus ke
depan dimana saat ini jalanan mulai menurun
membuat suasana kembali tidak terkendali.
Keributan dan teriakan histeris dari para model
semakin membuat suasana bertambah tegang.
Sherin mencoba menstabilkan posisi kemudi,
kemudian melepas pedal gas agar laju bus
perlahan berkurang dengan sendirinya.
Dalam keadaan itu, tiba-tiba dari arah belakang
berdatangan kendaraan penyapu jalan yang
langsung menyingkirkan kendaraan lain agar
segera menjauh di susul dengan kedatangan
rombongan polisi lalu lintas bersama beberapa
mobil team televisi yang meliput kejadian ini
secara live.
Suasana kini semakin genting saat kendaraan
penyelamat datang dan langsung mensejajarkan
posisi kendaraan agar bisa mengevakusi para
penumpang ke kendaraan tersebut. Arahan dari
kepala team penyelamat terdengar menggema
menggunakan pengeras suara. Ini adalah proses
penyelamatan yang cukup dramatis dan di sorot
secara langsung oleh beberapa televisi.
Ada beberapa pria yang masuk ke dalam bus
kemudian mengatur para penumpang untuk
segera berpindah.
"Nona.. kami mempercayakan kendaraan ini
pada anda selama proses evakuasi berlangsung.
Usahakan agar tetap stabil dan berada di jalur
tengah.! sesuaikan kecepatan selagi bisa.!"
Kepala team penyelamat memberi arahan pada
Sherin yang terlihat mengangguk yakin. Mereka
tidak bisa mengambil alih kemudi karena itu
akan menggangu kestabilan laju bus tersebut
sebab jalan yang sekarang di lalui tidak rata.
"Semuanya harus tenang..kita tidak bisa bekerja
maksimal kalau tidak ada kerjasama. Jadi saya
minta tenang..dan ikuti apa yang akan kami
instruksikan..!"
Kembali kepala team penyelamat memberi
arahan kepada para penumpang yang mau
tidak mau kini mencoba untuk tenang.
Akhirnya satu persatu penumpang mulai di
pindahkan ke dalam kendaraan penyelamat
dengan menggunakan alat khusus sebagai
penyambung yang terpasang di pintu bus.
Bersamaan dengan kedatangan beberapa
mobil mewah, yakni orang-orang dari staf
direksi dan management Universal Models..
Mereka terlihat sangat khawatir dengan kondisi
para model yang kini sudah berhasil di evakuasi
ke dalam mobil penyelamat dan hanya tersisa
Sherin serta beberapa pria dari team penyelamat.
Jalanan yang di lalui kini benar-benar menurun membuat laju bus semakin tidak terkendali.
Semua orang yang mengiringi laju bus itu tampak berteriak histeris saat melihat bus meluncur
cepat tidak terkendali menuju sebuah jembatan
curam yang cukup panjang dan mengerikan.
Mobil Steve mengejar bus itu sambil berteriak
pada team penyelamat agar Sherin segera di
evakuasi dari bus itu karena keadaan semakin
tidak memungkinkan untuk menghentikan bus
tersebut secara normal.
"Gas nya tidak berfungsi pak, bagaimana ini.!"
Sherin berteriak, dia terlihat mulai sedikit tegang. Kepala team penyelamat saling pandang dengan
anak buahnya. Dia kembali melakukan koordinasi
dengan orang-orang nya yang terus mengejar di
belakang.
"Stabilkan saja kemudinya Nona.. kita akan
keluar dari bus ini begitu ada jalanan yang
cukup datar.!"
"Dari sini ke depan jalannya curam semua pak.!"
Ujar Sherin masih mencoba untuk tenang dan
memaksimalkan kerja otaknya.
Dalam keadaan itu, tiba-tiba ada sebuah mobil
sport mewah yang melaju kencang di samping
bus tersebut dan berusaha mensejajarkan diri
dengan berada di sebelah kanan nya membuat suasana menjadi semakin heboh.
Orang-orang tampak terkejut bukan main saat
melihat sosok yang muncul dari atas kap mobil mewah tersebut yang kini sedang berusaha
untuk melompat ke dalam bus tersebut.
"Presiden El..dia datang kesini.. tidaakk..!!"
Teriak beberapa model sambil membulatkan
matanya tidak percaya pada apa yang kini di
lihatnya. Presiden Universal Models datang
dalam keadaan genting begini..??
"Ohh.. pujaan ku..kamu datang honey.."
Desis Pamela sambil menutup mulutnya syok
saat melihat sosok gagah perkasa itu tampak
berdiri di atas mobilnya yang semakin merapat
ke badan bus yang sedang melaju kencang di
turunan menuju jembatan.
"Devaan.. jangan... kau bisa jatuh.!"
Sherin tidak kalah terkejutnya begitu melihat kemunculan Devan dari dalam mobil mewah
tersebut. Pria itu kini melompat ke arah pintu
bus bagian depan kanan dan dalam satu gerakan
cepat dia berhasil membuka pintu bus tersebut.
"Dev.. apa yang kau lakukan.? Kau bisa celaka.!"
Sherin yang masih sibuk mengendalikan bus
tampak terhenyak sesaat sambil melirik ke arah
keberadaan Devan yang kini mulai masuk.
"Pindah ke sana, biar aku yang membawa nya.!"
"Tapi Dev, ini sangat beresiko..!"
"Setelah habis turunan ini, akan ada tanjakan
panjang di depannya. Kita baru akan berjuang
setelah ini.!"
"Apa..?? lalu bagaimana dengan kita.? gas nya
sudah tidak berfungsi Dev !"
"Tidak ada jalan lain, kita harus keluar dari bus
ini secepatnya.! Ayo bersiaplah.!"
Sherin menggeser duduknya ke jok samping saat Devan mulai mengambil alih kemudi. Wajahnya
terlihat tegang saat melihat jembatan tinggi dan
curam kini menanti mereka. Dan laju bus sudah
di luar kendali. Kendaraan besar itu meluncur
cepat melewati jembatan dan akhirnya mulai
menaiki jalur tanjakan di depannya sementara
gas sudah tidak berfungsi sama sekali.
"Kalian semua cepat selamatkan diri sekarang
juga, kita tidak tahu apa yang akan terjadi
setelah ini, cepat keluar.!"
Devan memberi perintah pada para penyelamat
yang saat ini masih bertahan di dalam bus dan
sedang memasangkan alat pengaman ke tubuh
Sherin dengan wajah-wajah penuh ketegangan.
"Kami akan bertahan disini Tuan, kami akan
menemani anda berdua.!"
Tegas kepala penyelamat sambil mengaitkan
seling kecil pada alat-alat penyelamatan yang
ada di dalam bus tersebut.
"Awas Dev.. kita akan mundur sekarang.!!"
Sherin berteriak sambil melebarkan matanya
saat bus tidak mampu melewati puncak tanjakan
dan kini mulai berjalan mundur tidak terkontrol.
Suasana kini berubah tegang tingkat tinggi saat
bus bergerak mundur semakin tidak terkendali.
Sekuat tenaga Devan berusaha menyeimbangkan
bus tersebut yang kini mulai oleng mengarah ke pinggir jembatan.
"Dev.. kita akan menabrak jembatan..!"
Sherin kembali berteriak sambil memegang
kuat lengan kokoh Devan yang memutar kepala
ke arah belakang dan melihat posisi jembatan.
Para team penyelamat tampak berpegangan
pada jok sambil melihat ke belakang. Posisi bus
kini meluncur cepat ke pinggir jembatan hingga membuat orang-orang yang berada di dalam kendaraan lain dan hanya bisa menonton kini berteriak-teriak histeris. Ada yang menjeritkan
nama Sherin, ada juga yang meneriakkan nama
Devan. Mereka benar-benar syok luar biasa.
Dan akhirnya bus benar-benar menabrak bagian
pinggir jembatan, membabat habis besi kokoh
penghalang jembatan tersebut. Orang-orang
semakin histeris saat melihat bus tersebut kini
perlahan meluncur masuk ke bawah jembatan
dimana di bawahnya terdapat jurang berbatu.
Namun sebelum bus tersebut jatuh seluruhnya
ke bawah jembatan, badan bus tersangkut di
tengah jembatan. Orang-orang berhambur keluar
dari dalam mobil dan berlarian menuju ke pinggir jembatan tersebut sambil tidak henti berteriak.
Tidak lama, beberapa pria dari team penyelamat merayap keluar dari dalam bus yang berada pada posisi menggantung tersebut dengan hati-hati di
bantu oleh team lain yang bergerak cepat. Namun
keadaan kembali tegang dan panik ketika bus
tersebut bergerak perlahan menimbulkan bunyi
gesekan yang sangat mencekam, sementara
sosok Sherin dan Devan belum nampak keluar.
"Presiden El.. Sheriiinn...!!"
Orang-orang menjerit histeris saat badan bus
kembali meluncur deras ke bawah jembatan.
Ada bayangan yang melesat keluar dari dalam
bus tersebut yang kini sudah jatuh ke dasar
jembatan hingga menimbulkan bunyi dentuman
yang sangat keras di susul ledakan dahsyat.
Bayangan yang melesat tersebut kini mendarat
tepat di pinggir jembatan. Sherin berada dalam
pangkuan Devan, kepalanya bersandar di dada
bidang laki-laki itu. Semua orang kini hanya bisa
bengong dan terkesima dengan gerakan Devan.
Tidak ingin membuang waktu lagi, Devan segera membawa Sherin ke dalam mobil ambulance
yang sudah siaga di sana.
"Tangani dia dengan baik, jangan sampai ada
kesalahan atau kekurangan apapun, cepat.!"
Perintah Devan dengan raut wajah yang terlihat
sangat kelam di penuhi oleh kemarahan yang
saat ini terpendam. Dia tidak akan membiarkan
siapapun yang menyebabkan terjadinya hal ini
lolos dari hukuman nya. Hampir saja.. nyawa
wanita yang baru di nikahi nya beberapa hari
itu menjadi korban.
"Baik Tuan..kami akan menangani Nona Sherin
sebaik mungkin.!"
Sahut kepala pelayanan kesehatan sambil
menundukkan kepalanya di telan ketegangan.
Orang-orang saat ini tertahan, tidak ada yang
bisa mendekat ke arah mobil ambulance itu
karena ada pasukan berbaju hitam yang kini
menjaga dan mengelilingi mobil tersebut.
"Aku tidak apa-apa Dev.. aku baik-baik saja."
Sherin memegang tangan Devan yang sedang
menatapnya dengan sorot mata dingin.
"Kau harus di cek secara keseluruhan, aku
tidak mau ada hal buruk terjadi padamu."
"Aku hanya butuh istirahat saja sebentar."
"Sherinda.. nyawamu hampir saja melayang.!"
Geram Devan sambil membalikkan badannya
namun tertahan oleh pegangan tangan Sherin.
Dia kembali berbalik, menatap kuat wajah
Sherin yang terlihat pucat pasi.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang.? Kau
mau kemana lagi.?"
Tanya Sherin dengan tatapan tidak kalah tajam.
Mata mereka saling menatap kuat. Dev meraih
jemari tangan Sherin lalu menciumnya kuat.
"Aku harus mengusut tuntas kasus ini sekarang
juga. Tidak bisa di tunda lagi. Nyawamu hampir
saja terenggut tadi. Aku tidak akan membiarkan
siapapun yang menyebabkan ini bebas.!!"
Desis Devan dengan tampang wajah yang tidak
terbaca, sangat kelam dan di penuhi kemarahan.
Sherin menghela nafas berat, keduanya masih
saling melihat.
"Baiklah.. tapi aku harap ini hanyalah sebuah
kesalahan teknik saja. "
Lirih Sherin sambil merebahkan tubuhnya di
atas blangkar saat seorang Dokter masuk
dan langsung melakukan pengecekan.
"Aku pergi sekarang, jangan lupa istirahat yang
cukup, dan jaga dirimu.!"
Devan akhirnya melepas genggaman tangan
Sherin kemudian mengecup lembut keningnya.
Keduanya kembali saling pandang lekat. Sang
Dokter yang sedang memeriksa Sherin terlihat
berekspresi datar saja.
"Pergilah.. jangan cemaskan aku.!"
Sherin meyakinkan sambil tersenyum lembut.
Dengan berat hati Devan akhirnya keluar dari
mobil ambulance itu kemudian memerintahkan
Miss Manola untuk menemani Sherin.
Akhirnya rombongan para peserta kompetisi
itu kembali melanjutkan perjalanan dengan
menggunakan kendaraan mini bus. Sementara
Sherin tetap berada di ambulance bersama
Miss Manola untuk memastikan kondisi nya.
Sedangkan Devan, saat ini dia berkoordinasi
dengan pihak kepolisian untuk mengusut tuntas
kasus rem blong ini. Tidak hanya itu, dia juga
memanggil pasukan khusus miliknya untuk
menyelidiki kasus ini, karena akhir-akhir ini
ada banyak kejadian aneh yang menimpanya.
Dan kini..dia sudah mulai merasa terganggu.
***
Rombongan besar itu akhirnya tiba di sebuah
hotel bintang lima di kawasan perbukitan indah
yang cukup jauh dari pusat kota hujan. Semua
peserta kompetisi di sarankan untuk beristirahat
dan memulihkan kondisi, baik itu fisik maupun
psikis. Mereka cukup mengalami trauma atas
kejadian barusan. Namun setelah mengadakan
pembicaraan, mereka tetap bersemangat untuk
melanjutkan kompetisi ini.
Beberapa jam kemudian asisten para model
datang membawakan segala keperluan bos
mereka karena barang bawaan sebelumnya
sudah hangus terbakar di dalam bus yang
jatuh ke jurang tadi.
"Kamu baik-baik saja kan Sher.? Kamu tidak
mengalami luka atau apapun itu."
Vincent terlihat sangat khawatir saat bertemu
Sherin di kamar bagiannya. Bos nya itu tampak
tengah berbaring di atas tempat tidur.
"Aku tidak apa-apa Vint, sudah jangan cemas
begitu, kamu tahu kan gimana aku.."
"Iihh kamu ini ya.. orang lagi cemas juga. Kamu
tuh nekad banget tahu, gimana kalau kamu gak selamat tadi, untung saja ada Presiden El.."
Decak Vincent sambil menatap tajam wajah
Sherin berusaha meyakinkan diri kalau gadis
itu beneran baik-baik saja.
"Iya.. aku tahu, tapi aku tidak punya pilihan Vint.
Keadaan memaksaku untuk melakukan semua
itu, demi keselamatan semua orang."
"Ya.. tapi kamu mempertaruhkan nyawamu
sendiri Sher, itu namanya bunuh diri.!"
"Sudah ahhh.. jangan di lebih-lebihkan.!"
Sherin memukul bahu Vincent sambil beranjak
turun dari atas kasur kemudian berlalu masuk
ke dalam kamar mandi.
"Sherin.. Sherin.. aku belum selesai bicara. Ada
yang ingin aku tanyakan soal presiden El sama
kamu, dia tadi menyelamatkan mu kan.."
Vincent hanya bisa mengerucutkan bibirnya
saat Sherin acuh saja dan menutup pintu
kamar mandi dengan sedikit keras.
Sore harinya semua peserta berkumpul di ruang
khusus yang ada di hotel tersebut. Dan mulailah
proses perkenalan para juri yang terdiri dari 3
orang wanita dan 2 orang pria yang kesemuanya adalah orang-orang profesional dari berbagai
profesi yang tentunya tidak jauh-jauh dari dunia modeling. Para peserta juga mendapat schedule
sekaligus pengarahan untuk semua kegiatan
yang akan di laksanakan selama 3 hari tersebut.
Kemudian malam harinya, semua yang terlibat
dalam ajang bergengsi ini mengadakan makan
malam pertama di dalam restauran mewah yang
ada di hotel tersebut. Sebelum makan malam
di laksanakan, Steve juga memberikan anugerah
dan penghargaan khusus kepada Sherin atas
segala keberaniannya menyelamatkan seluruh
penumpang hingga kompetisi bisa berlanjut.
"Anda wanita yang sangat berani Miss Sherin.
Kami salut, dan sangat berterimakasih atas
apa yang telah anda lakukan tadi."
Ujar Steve sambil berjabatan tangan dengan
Sherin yang hanya tersenyum tenang.
"Itu hanya spontanitas saja Mr Steve.. anda juga
pasti akan melakukan hal yang sama kalau ada
di posisi seperti itu.!"
Sahut Sherin merendah. Steve tersenyum seraya
menatap lekat wajah cantik bersinar terang gadis
itu yang malam ini mengenakkan pakaian casual
dan santai. Tidak seperti kebanyakan peserta lain
yang memakai gaun malam dengan model yang sangat seksi nan glamor. Wanita ini benar-benar
berbeda dan sangat istimewa.
Usai makan malam, Sherin memilih untuk segera
kembali ke kamarnya. Dia ingin cepat tidur agar
pikirannya lebih segar esok hari. Datang ke kamar,
dia segera menjalankan ibadah sholat isya, setelah
itu barulah merebahkan tubuhnya di atas tempat
tidur. Dia harus istirahat secepatnya agar besok
pagi bisa bangun lebih cepat dan fresh.
Saat tengah malam tiba, ke dalam kamar masuk sesosok pria tinggi tegap dengan mengenakkan
mantel panjang serta masker yang menutup
rapat seluruh wajahnya..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻