Mengejar Cinta Kakak Kelas

Mendekati hari ujian, sekolah semakin memperbanyak waktu untuk pendalaman materi (Pm),

Latihan soal, pengulangan bab-bab semasa kelas X dan XII.

Tia dan teman-teman nya semakin sibuk.

Pm diadakan kadang sampai sore.

Untuk beberapa siswa, setelah pm langsung dilanjutkan dengan bimbel.

Tia salah satunya.

Tapi dasarnya memang anak SMA, mereka tetap mencari waktu luang untuk bersenang-senang.

menikmati hidup selagi muda 😀

Seperti hari ini, Tia dan teman-teman nya janjian nonton di cinema CC di mall Jecox.

mereka bergerombol didekat kasir menentukan tempat duduk paling strategis.

Selesai membeli tiket sambil mengisi waktu mereka berkeliling mall.

Dari jauh cici Biliyan yang juga sedang jalan bersama temannya sekilas melihat Tia.

Dia lalu berjalan menjauh untuk bisa mengamati lebih jelas.

"Kenapa Bil ?" tanya Kenny.

"Ah enggak. Cuma itu kayak ceweknya adik gue. Tapi gue gak liat adik gue."

"Hebat adik lu udah punya cewek.

loe aja masih jomblo .

Biliyan memukul Kenny.

"Kurang ajar lu !"

Biliyan lalu mengetik pesan pada Michael.

gue liat cewek lu di mall jecox . - Biliyan.

sama siapa ? - Michael

temannya. banyakan. lu gak ikut ? - Biliyan

oo...

gak bisa ikut ada les biola.

Kirim pic donk ci - Michael

ting

Foto Tia sedang memegang lengan Davina sambil menertawakan sesuatu.

Michael menatap foto itu lama.

Hatinya rindu. Sudah 3 hari berlalu sejak terakhir dia bersama dengan Tia.

Jadwal mereka yang ketat tidak memungkinkan mereka untuk setiap hari bertemu walaupun satu sekolah.

Padahal...sebentar lagi mereka akan berpisah.

Michael menghela nafas panjang.

Selesai les biola dia ada janji dengan Robert dan Sandy untuk ke konveksi untuk membuat seragam basket baru.

Kelas XII sebentar lagi lulus. Kepengurusan tim basket sudah diserah terimakan pada kelas XI dan X.

Michael membuka-buka buku lagu, mencari lagu yang sesuai dengan suasana hatinya saat ini.

... ************...

Ratusan kilometer dari sana, orang tua Tia sedang berkumpul di rumah joglo milik eyang Bhahuwirya.

Mereka dipanggil untuk membicarakan beberapa hal.

Salah satunya tentang cucu perempuan satu-satunya yaitu Tia.

Sebulan sebelumnya eyang Bhahu bertemu dengan eyang Juwanto membahas kelanjutan perjodohan diantara cucu-cucu mereka.

Mereka berdua sangat bersemangat.

Masing-masing saling memberikan foto cucu-cucu nya.

... ************...

Flash back.

"Niih...putuku (cucuku) .." kata eyang Bhahu sambil menyodorkan ponselnya.

"Waah...putumu ayu tenan yo." sahut eyang RM Juwanto mengamati foto yang ada di ponsel eyang Bhahu.

Nampak Tia sedang berpose menggunakan baju kebaya modern dengan rambut digerai.

Satu sisi rambutnya bergelung menutupi dada .

Wajahnya nampak tersenyum .

"Bu...sini liat calon cucu mantu." panggil eyang Juwanto pada istrinya yang sedang meletakkan juadah di meja.

"Mana tho pak ?" eyangti Juwanto mencondongkan tubuhnya.

"Astaga...ayu tenan." cetusnya.

"Indra mesti langsung jatuh cinta."

"Yo mesti." sahut eyang Juwanto.

"Hahaha..." eyang Bhahu tertawa bangga.

"Mana mas, kirim fotonya." pinta eyangti Juwanto.

"Iya. biar aku bisa kirim ke si Indra.

Tahun depan dia balik dari Melbourne. Kita biarkan mereka saling mengenal dulu."

kata eyang Juwanto.

"Cucuku juga baru tamat SMA tahun ini.

Bapak ibunya pinginnya dia tamat sarjana dulu baru menikah." terang eyang Bhahu.

Eyang Juwanto mengangguk-angguk.

"Memang sebaiknya kita kasih waktu mereka untuk saling mengenal.

Bagaimana kalau cucumu kita kirim ke universitas yang sama dengan Indra." tawar eyang Juwanto.

"Hmm..ide yang bagus.

Nanti akan kubicarakan dengan kedua orang tuanya." jawab eyang Bhahu.

"Mari..mari mas...dinikmati dulu juadahnya.." tawar eyangti Juwanto.

Flashback off

... **************...

Eyang Bhahu sudah selesai membicarakan berbagai urusannya dengan ketiga putranya.

Dia lalu memutar tubuhnya menghadap anak bungsunya.

"Tentang Tia...." lanjut eyang, "Aku sudah menemukan jodoh yang pas untuk dia.

Anak itu sekarang sedang kuliah di Melbourne. Dia cucu temanku Juwanto. Tahun depan akan kembali ke Indonesia.

Aku sudah berunding dengan mas Juwanto.

Supaya mereka bisa saling mengenal, kita masukkan Tiara ke universitas yang sama dengan Indra.

Nanti biar Indra yang membimbing Tiara selama setahun di sana sebelum kembali ke Indonesia.

Sampai saat itu, aku yakin mereka bisa saling mengenal sebelum nanti melanjutkan ke pernikahan."

Papa dan Mama saling berpandangan.

Mama mengerutkan alisnya.

Dia tidak terlalu menyukai perjodohan ala jaman dulu di terapkan pada anaknya.

Tapi Mama tidak berani membantah.

"Hmm tapi Tia kan baru mau lulus SMA pak." kata Papa mencoba menolak secara halus.

"Justru itu ! Jodoh cucu perempuanku satu-satunya harus dipilih dengan hati-hati. Aku sudah memperhitungkan bibit, bebet, dan bobot.

Aku sudah kenal mas Juwanto dari sejak kami muda.

Aku tau bapaknya Indra.

Kalian kan juga kenal sama Harsono, itu bapaknya Indra. Dia itu pengusaha sukses." papar eyang Bhahu panjang lebar.

"Maksud saya, biarkan Tia menikmati dulu masa mudanya pak." Papa masih mencoba membantah.

'Huh !! Jaman sekarang itu jaman uedan!!

Apa kamu mau Tia dapat sembarang orang ?' dengus eyang Bhahu.

Papa memandang om Ardy dan om Dani meminta bantuan.

Om Ardy menggelengkan kepalanya sedikit. Tanda untuk Papa jangan melanjutkan dulu.

Sementara Ary bersama abang dan adiknya hanya bisa diam mendengarkan keputusan eyang Bhahu terhadap adik sepupu mereka yang tercinta.

sabar ya Ti- batin mereka.

"Sudah !!

aku tau yang terbaik untuk cucuku Tia !" putus eyang Bhahu.

... **************...

Ribuan kilometer dari sana, Indra sedang menatap foto Tia yang dikirimkan oleh eyangnya.

Dia menghela nafas panjang.

"wow...beautiful girl. who's that ?" ( wow gadis yang cantik. Siapa dia ?) tanya Steve mengintip ponsel Indra.

"My future fiance. (calon tunanganku )." jawab Indra.

"Lucky guy!" sahut Steve lagi.

Indra tersenyum malas.

"Kalau kamu gak mau buat aku aja !" cetus Steve.

"Bukan gak mau Steve, tapi pernikahan bukan sekedar wajah cantik aja. Tapi kan harus ada cinta." kata Indra.

"Wajah cantik bisa bikin jatuh cinta Dra." balas Steve.

"Cinta itu soal rasa Steve, gak bisa dipaksa." bantah Indra lagi.

"Wah..pembahasan berat nih." sapa Liv sambil duduk di kursi sebelah Steve.

"Ada apa ?" tanyanya.

"Indra punya tunangan yang dia gak mau. padahal cantik." jelas Steve.

"Oya ? Mana coba liat ?" tanya Liv ingin tau.

Indra menghela nafas lalu menunjukkan foto Tia pada Liv.

"Hmm..cantik ! khas gadis Indonesia.

Kalo aku siy gak nolak dijodohin sama dia." kata Liv sambil mengamati lebih dekat.

"Eh...siapa tuh ?" Dave ikut nimbrung.

"Calonnya Indra." jawab Liv.

"Cantik.

Buat aku aja deh.

Aku suka Indonesian girl

eksotis !!

Tapi yang ini beneran cantik." kata Dave

"Hmm...tapii...umur berapa Dra.

Kok kayaknya masih kecil ?" tanya Dave masih mengamati.

"Tahun ini lulus SMA.

Bisa kalian bayangkan ?" Indra mengangkat tangan.

Steve, Liv dan Dave tertawa terbahak-bahak.