NovelToon NovelToon
OBSESI BOS MAFIA

OBSESI BOS MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:67.6k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi_Gusriyeni

Cinta seharusnya menyembuhkan, bukan mengurung. Namun bagi seorang bos mafia ini, cinta berarti memiliki sepenuhnya— tanpa ruang untuk lari, tanpa jeda untuk bernapas.
Dalam genggaman bos mafia yang berkuasa, obsesi berubah menjadi candu, dan cinta menjadi kutukan yang manis.

Ketika dunia gelap bersinggungan dengan rasa yang tak semestinya, batas antara cinta dan penjara pun mengabur.
Ia menginginkan segalanya— termasuk hati yang bukan miliknya. Dan bagi pria sepertinya, kehilangan bukan pilihan. Hanya ada dua kemungkinan dalam prinsip hidupnya yaitu menjadi miliknya atau mati.

_Obsesi Bos Mafia_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 : Cokelat Malam

Setelah lebih dari satu jam menunggu, akhirnya Hulya keluar membawa beberapa belanjaan, Dexter membantu dan memasukkan semua barang itu ke mobil.

“Maaf ya sudah membuat kamu lama menunggu.”

“Tidak masalah.”

Mereka memasuki mobil, Hulya melihat ponselnya— sangat kaget ketika membaca pesan dari Marchel. Wajah Hulya berubah pucat, dia tidak ingin bertemu Marchel untuk saat ini. Baru saja satu minggu ini kabur, eh malah ketahuan.

“Aku tidak sengaja membaca pesanmu tadi, terdengar seperti sesuatu yang tidak mengenakkan,” ujar Dexter sembari melajukan mobilnya.

“Iya itu dari Marchel, kau bisa menolongku?”

“Menolong apa?”

“Antarkan aku ke daerah yang jauh, terpencil atau apalah, sampai Marchel pergi dari kota ini. Ke mana pun itu, aku tidak masalah, Dexter.” Dexter menatap Hulya, perempuan itu memang sangat ketakutan mendengar Marchel akan menjemputnya.

“Tinggal saja di apartemenku untuk sementara waktu, jangan pergi ke mana-mana, kau aman bersamaku Hulya,” balas Dexter dengan mantap.

...***...

"Setelah dipikir-pikir lagi, lebih baik aku menemui Marchel saja, Dexter. Apapun masalahnya, jika terus lari, itu tidak akan selesai. Apalagi Marchel itu orang yang gigih, dia tidak akan berhenti mencariku begitu saja," ujar Hulya setelah berpikir semalaman mengenai kedatangan mantan suaminya itu.

Dexter sarapan di apartemen Hulya pagi ini, dengan tujuan menanyakan kesiapan Hulya untuk bersembunyi di apartemennya.

"Jika terjadi sesuatu yang buruk padamu, beritahu saja aku. Segera hubungi aku."

"Tenang saja, aku yakin kalau Marchel tidak akan berbuat buruk lagi. Terima kasih ya perhatiannya."

Sebenarnya Hulya sendiri masih diliputi keraguan dengan kedatangan Marchel. Tapi dia masih menjaga etika, bahwa bersembunyi di dalam apartemen pria lain yang tidak memiliki istri, akan mengundang opini buruk mengenai dirinya. Hulya juga masih menjaga perasaan Marchel, dia sangat kenal dengan pria itu. Pasti Marchel akan sangat kecewa jika tahu kalau dia bersembunyi di tempat seorang pria— duda pula.

...***...

Hulya bersiap pergi ke butiknya, dia juga telah menyiapkan mental untuk bertemu dengan Marchel jika memang Marchel datang hari ini.

Sore menjelang. Tidak ada tanda-tanda kalau Marchel akan menemui dirinya bahkan menghubungi dia pun, Marchel tidak ada. Hulya kembali ke apartemen dengan perasaan lega, dia mengunci pintu apartemen itu lalu melakukan aktifitas seperti biasa sepulang bekerja.

Selesai mandi dan sudah merasa fresh, Hulya bersantai di ruang nonton sambil memakan keripik yang dia beli semalam.

...***...

Di Cafe Frederic, duduk saling berhadapan antara Marchel dan Dexter, mereka memang saling berteman satu sama lain tapi tidak terlalu akrab— sebatas teman bisnis saja. Dexter menceritakan apa yang telah Tifani lakukan pada Hulya, pria itu terisak karena kembali terbayang bagaimana dia menyiksa Hulya malam itu.

"Aku benar-benar menyesal, aku tidak bisa berpikir jernih kala itu, aku hampir membunuh istriku dan sekarang dia malah meninggalkan aku tanpa menoleh sedikit pun ke belakang lagi," sesal Marchel dengan mata yang mulai memerah.

"Temuilah dia secara baik-baik, aku yakin kalau di hatinya masih ada cinta untukmu, aku bisa melihat kerinduan di mata Hulya saat aku menyebut namamu, Marchel."

"Aku memang akan menemui dia dan untuk Tifani..." Marchel mengeraskan rahangnya ketika menyebut nama wanita sialan itu.

"Tifani biar menjadi urusanku, tolong jangan sakiti dia, Marchel. Aku akan coba bicara dengan dia dan meminta untuk berubah," pinta Dexter berharap Marchel memberikan dia ruang menasehati mantan istrinya.

"Oke, aku menghargaimu. Urus dia dan jangan sampai dia mengusik aku dan Hulya lagi."

Mereka mengakhiri obrolan yang lumayan panjang tersebut. Marchel singgah dulu ke toko cokelat, karena Hulya itu pecinta cokelat.

"Marchel, aku ingin bicara denganmu," sapa Tifani yang tiba-tiba bergelayut di lengannya.

Marchel mendorong tubuh Tifani dengan kasar dan emosinya memuncak ketika melihat Tifani.

"Mau apalagi kau sialan?"

"Aku tau kalau Dexter sudah menceritakan semuanya padamu, Marchel. Kali ini tolong dengarkan penjelasan dariku, aku mohon." Karena mereka sedang berada di tempat umum, Marchel memilih untuk menuruti Tifani agar tidak terjadi keributan di sana.

Tifani memasuki mobil Marchel dan langit sudah mulai gelap serta cuaca sedikit mendung. Baru saja Tifani akan bersuara, sebuah tamparan dan jambakan kuat dia terima dari Marchel.

"Malam itu bahkan aku tidak mendengarkan penjelasan dari istriku terlebih dahulu. Jadi sekarang, aku tidak memiliki alasan untuk mendengarkan penjelasan darimu jalang sialan. Keluar dari mobilku sebelum aku membunuhmu dan mengingkari janjiku pada Dexter," tekan Marchel dengan emosi tertahan, matanya dipenuhi dengan kebencian luar biasa pada Tifani.

Tifani mulai menangis, tatapannya seakan memohon rasa iba dari Marchel, tapi sayangnya, Marchel bukan orang yang mudah luluh dengan wanita kecuali ketika melihat air mata Hulya.

"Tolong dengarkan aku, Marchel."

"Malam itu istriku juga ingin berkata seperti ini, tapi aku malah menyiksa dan menceraikan dia."

Akh. Erangan Tifani terdengar ketika Marchel mendorong tubuhnya sehingga kepala Tifani terbentur dashboard mobil, Tifani langsung memeluk Marchel sambil terus menangis histeris. Terlihat seperti wanita yang sama sekali tidak memiliki harga diri.

"Diam lah brengsek! Kau menarik perhatian orang-orang sialan," umpat Marchel ketika banyak orang yang melihat ke arah mobilnya. Dia juga berusaha melepaskan pelukan Tifani di tubuhnya.

"Tolong maafkan aku, dengarkan penjelasanku, Marchel. Aku melakukan semua ini karena sangat mencintaimu. Dari dulu, aku selalu menantikan hatimu,” tutur Tifani tanpa peduli dengan penolakan Marchel.

"Lepaskan aku! Kau tidak punya malu ya? Pernyataanmu barusan membuat aku merasa sangat jijik." Marchel terus berusaha melepaskan dirinya dari Tifani sebelum akhirnya kedua mata tajamnya tertuju pada sosok perempuan yang sangat dia cintai. Perempuan yang kini berdiri di depan tolo cokelat.

Hulya bisa melihat dengan jelas Tifani memeluk Marchel di dalam mobil, karena mobil itu terparkir tepat di depan toko, sementara Hulya akan memasuki toko tersebut namun langkahnya terhenti menyaksikan adegan mesra itu. Cukup lama Hulya terpaku sebelum akhirnya dia memilih untuk memasuki toko.

"Kenapa rasanya sangat sakit ya?" gumam Hulya dalam hati sambil memegangi dadanya.

"Lepaskan aku," hardik Marchel lalu memelintir lengan Tifani, pelukan itu terlepas. Marchel keluar dari mobilnya menyusul Hulya.

Mantan istrinya itu sedang memilih beberapa cokelat, ia menghampiri Hulya dan memeluk erat perempuan yang amat dia cintai itu— melepaskan kerinduan yang terpendam selama ini.

"Marchel, apa-apaan ini? Orang-orang melihat kita."

"Aku tidak peduli, aku merindukanmu, Hulya."

"Iya lepas dulu, kita bisa bicara di rumah nanti, jangan begini." Marchel melepaskan pelukannya dan menatap Hulya penuh kerinduan.

"Lebih baik kita pulang sekarang, aku membelikan kamu cokelat tadi, tidak perlu membelinya lagi."

Mata Hulya berbinar, dia tersenyum senang bagai anak kecil yang dikasih jajanan. Hal ini yang membuat Marchel begitu merindukan sosok Hulya, tingkah dan binar mata manja tersebut membuat dirinya merasa sangat dihargai dan dibutuhkan.

1
Emilie Sopyan
Marchel lebih takut sama hulya kayaknya 🤭
Emilie Sopyan
Alicia kayaknya sama dengan Hulya, bakalan luluh dia kalau dipepet dexter terus deh
Julia Anjani
Langsung dokter pribadi yg dia minta datang dong
Julia Anjani
Tersentuh banget
Ciyoxi Radelly
Dexter tersentuh banget sama alicia pastinya, secara tifani aja gak peduliin anak mereka dlu
Ciyoxi Radelly
Kasian juga Ario harus metong begitu
Adhisty Madrie
bidan menolak ya dokter bertindak 😍
Adhisty Madrie
Reha belum ngerasain dia kenak mulut si hulya🤣
Jiwo Wiggu
Dexter bakalan gencar lagi nih buat nikahin alicia
Jiwo Wiggu
Hati marchel udah sepenuhnya utk hulya ampe gak bisa digoda siapapun
Sisca Cemeniy
Reha mending mundur deh, gak guna lu deketin marchel
Sisca Cemeniy
Kerasa banget sakitnya jadi alicia terpisah dari anak
Azizah Nurlia
Sekejam kejamnya marchel, dia gak gampang tergoda sama cewek lain. Buat dia sekali hulya ya tetap hulya
Azizah Nurlia
Liat tuh, tulus loh alicia buat anakmu
Syami Girly
Marchel paling takut yg begini nih 🤭
Syami Girly
Marchel udh jdi suami siaga banget sekarang, semoga aja dia emang beneran berubah ya
Kenzia Dira🦋
Marchel takut istrinya tantrum🤣
Kenzia Dira🦋
Alicia gak bakalan dilepas lagi sama Dexter ini mah
Latifa Andriani
Belum tau dia mulut hulya kalau merepet kek mana🤣
Latifa Andriani
Si reha emang bikin naik tensi ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!