Setting Latar 1970
Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.
Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.
Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.
Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata 17
"Ternyata memang bagus meninggalkan mereka berdua seperti ini ya, Mas."
Sugiyanti tersenyum sambil melirik ke arah suaminya. Mereka baru saja kembali ke rumah, melihat Asha dan Adam duduk bersama sambil berbincang membuat Sugiyanti senang. Pun dengan Juragan Karto. Meski tidak menunjukkannya tapi wajah puas Juragan Karto bisa diketahui oleh istrinya.
Ide untuk pergi adalah ide dari Juragan Karto juga. Dia mengajak Sugi, Bimo dan juga Juwita untuk mengunjungi saudara. Semua itu adalah agar Adam dan Asha bisa dekat. Juragan Karto bertekad membuat Adam dan Asha berhubungan dengan baik selayaknya suami istri.
Juragan Karto tahu bahwa selama ini, putra kedua dan menantu keduanya itu hanya dua orang yang tinggal bersama. Dan ia ingin menciptakan momen bagi keduanya. Juragan Karto merasa bahwa Adam sedikit berbeda ketika telah bersama Asha.
"Pak, Buk, Mas Bimo dan Mbak Juwita, baru pulang ya?"
"Iya, Sha. Terimakasih ya sudah menjaga rumah selama kami pergi,"sahut Sugi. Dia mengusap lembut punggung menantunya itu.
"Kan ini juga rumah saya sekarang, Bu. Jadi saya akan menjaganya dengan sepenuh hati," ujar Asha.
Mereka pun masuk bersama sedangkan Adam, ia sedikit menahan sang ayah.
"Bapak kemana saja sih, sampai sore baru pulang. Mana perginya rombongan lagi,"tanya Adam.
"Ke tempat Pakde, sudah lama kan kita tidak berkunjung ke sana. Tapi Bapak memang mengecualikan mu dan Asha agar kalian bisa saling mengenal dengan lebih baik lagi."
Adam melongo mendengar ucapan dari Juragan Karto, dia hendak bertanya lagi tapi sang ayah sudah melenggang masuk ke kamarnya. Bukan hanya itu, Sugiyanti juga berkata kepada Asha bahwa mereka tidak akan makan malam karena sudah makan sebelum pulang.
"Kalian makanlah berdua,"ucap Sugi kepada Asha.
Adam dan Asha hanya saling pandang kemudian Asha mengangguk. Mereka berdua benar-benar hanya makan malam berdua selepas menjalankan kewajiban tiga rakaat.
"Kita hanya berdua saja nih?" tanya Asha, entah kepada siapa. Karena dia juga tidak menyebut nama Adam.
"Ya sudah ayo makan, kita menunggu mereka tapi ternyata sudah makan di luar,"sahut Adam.
Keduanya makan dengan tenang, tak banyak yang dibicarakan karena seharian ini mereka sudah menghabiskan banyak waktu berdua. Benar-benar berdua. Asha bahkan tidak pernah menduga bahwa Adam mau membantunya menyiapkan makan siang ketika di rumah Budi.
Makan bersama yang dijalani dengan tenang antara Adam dan Asha berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Bimo dan Juwita. Di dalam kamar mereka sama-sama merasa begitu kesal.
"Jadi semua ini rencana Bapak dan Ibu, mereka mengajak pergi ke rumah Pakde untuk mendekatkan Asha dan Adam?" gerutu Juwita.
"Sialan, aku sungguh tidak menyangka Bapak sejauh ini melakukannya. Bapak sungguh berharap Adam dan Asha memiliki hubungan yang harmonis sebagai pasangan suami istri. Brengsek, itu sama sekali tidak pernah terpikir dalam otakku,"sahut Bimo.
Kekesalan yang dirasakan Juwita dan Bimo sama, meski isinya berbeda. Juwita kesal karena Adam terlihat dekat dengan Asha, sedangkan Bimo khawatir jika Asha dan Adam dekat dapat membuat Adam menjadi lebih unggul darinya.
Sungguh pasangan suami istri yang sangat serasi dan klop Bimo dan Juwita ini. Mereka sama-sama takut jika adik dan adik ipar mereka menjadi harmonis.
Sebagai manusia dan saudara yang normal, seharusnya mereka senang jika hubungan Adam dan Asha berkembang semakin baik dan semakin dekat. Tapi ini tidak, keduanya memiliki ketakutan masing--masing.
"Ini tidak bisa dibiarkan,"gumam Juwita dan Bimo secara bersamaan.
Juwita sangat tidak suka jika Adam mengarahkan perhatiannya kepada Asha. Dia tadi melihat seperti itu. Juwita menyadari bahwa sekarang tatapan Adam kepada Asha sedikit berbeda, dia sungguh tidak suka jika Adam berpaling.
Lalu Bimo, dia juga tidak mau kalau Adam berubah menjadi seseorang yang bisa diandalkan. Jika demikian, maka perhatian sang ayah akan terbagi.
"Kita harus mencari cara untuk membuat mereka jauh,"ucap Bimo.
"Itu tidak akan berpengaruh jika bapak dan ibu masih mendukung Asha. Hal yang perlu dilakukan adalah membuat bapak dan ibu tak lagi mendukung Asha,"sahut Juwita.
Otaknya yang licik sungguh bisa diandalkan di saat-saat seperti ini.
"Kamu benar juga ya, Ta. Menjauhkan Adam dan Asha, itu bukan cara. Yang lebih penting adalah membuat Asha tidak lagi mendapat respect dari Bapak. Ta, sini aku punya sebuah rencana."
Bimo menggerakkan tangannya membuat kode kepada Juwita agar mendekat. Ia lalu mendekatkan bibirnya di telinga sang istri dan membisikkan sesuatu di sana.
Sepanjang Bimo berbicara, Juwita menganggukkan kepala. Ia memahami apa yang dikatakan oleh suaminya.
"Itu ide yang luar biasa, Mas,"puji Juwita terhadap ide sang suami.
"Siapa dulu, Bimo Eko Darsuki. Aku sudah mengatakannya padamu, jadi kamu tinggal melakukannya. Semakin cepat semakin baik, kan?" sahut Bimo membanggakan dirinya.
Juwita mengangguk, memang benar semakin cepat semakin baik. Dan dia harus sedikit berkorban untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Malam itu, Juwita dan Bimo tidur dengan nyenyak. Rencana yang sangat sempurna dimana esok pagi mereka akan langsung menjalankannya.
Hari minggu, dimana Adam juga masih ada di rumah sehingga suasana rumah nampak ramai. Juragan Karto juga tidak mengerjakan apapun, dan ia juga berkata kepada Asha untuk istirahat agar bisa menghabiskan banyak waktu dengan Adam.
Akan tetapi sepertinya Asha tidak bisa melakukan itu karena Juwita tiba-tiba mengajak dirinya untuk melakukan pembukuan bersama.
"Kamu yakin mau melakukannya, Ta? selama seminggu ini kamu terus menghindar dengan berbagai alsan."
Jleb
Ucapan Juragan Karto menghujam jantung Juwita. Dia yang waktu itu mengatakan bahwa melakukan pembukuan itu mudah, tapi setiap diajak oleh Asha, Juwita selalu menolak dengan berbagai alasan. Yang mana Juragan Karto pun mengetahuinya.
"I-iya Pak, selama ini saya memang sedikit tidak bisa karena sudah terlanjur janji untuk bertemu dengan orang-orang.Tapi saya bisa melakukannya mulai sekarang."
Juwita menjawab dengan senyum yang dipaksakan. Dia memang harus terjun ke hal yang tidak disukai demi lancarnya rencananya bersama Bimo.
"Oh begitu, bagus lah. Tapi tetap tidak bisa mulai hari ini. Asha sudah cukup lelah mengerjakannya selama lima hari berturut-turut, jadi sekarang waktunya dia untuk libur dan menghabiskan waktu bersama dengan Adam. Tapi kalau kamu mau memulainya juga tidak masalah karena aku punya pembukuan lain juga. Bagaimana?"
Maaf?
TBC
Dam.. Asha ingin kamu menyadari rasamu dulu ya...
Goda terus Sha, kalian kan sudah sah suami istri