Amorfati sebuah kisah tragis tentang takdir, balas dendam, dan pengorbanan jiwa
Valora dihancurkan oleh orang yang seharusnya menjadi keluarga. Dinodai oleh sepupunya sendiri, kehilangan bayinya yang baru lahir karena ilmu hitam dari ibu sang pelaku. Namun dari reruntuhan luka, ia tidak hanya bertahan—ia berubah. Valora bersekutu dengan keluarganya dan keluarga kekasihnya untuk merencanakan pembalasan yang tak hanya berdarah, tapi juga melibatkan kekuatan gaib yang jauh lebih dalam dari dendam
Namun kenyataan lebih mengerikan terungkap jiwa sang anak tidak mati, melainkan dikurung oleh kekuatan hitam. Valora, yang menyimpan dua jiwa dalam tubuhnya, bertemu dengan seorang wanita yang kehilangan jiwanya akibat kecemburuan saudari kandungnya
Kini Valora tak lagi ada. Ia menjadi Kiran dan Auliandra. Dalam tubuh dan takdir yang baru, mereka harus menghadapi kekuata hitam yang belum berakhir, di dunia di mana cinta, kebencian, dan pengorbanan menyatu dalam bayangan takdir bernama Amorfati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Varesta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Asteria Calderon
🦋
Setelah pesta usai, malam terasa lengang. Auliandra rebah di kasur empuk bernuansa pink, warna favoritnya. Berbeda dengan Kiran, yang lebih menyukai warna gelap dan suasana temaram.
"Pesta malam ini benar-benar melelahkan," keluh Kiran, baru keluar dari walk-in closet dengan rambut tergerai.
Auliandra memandangnya sekilas. "Kau menginap di sini, atau pulang ke apartemen?"
"Edwin bilang aku harus menginap. Katanya ada urusan di luar yang harus dia selesaikan."
"Lalu Jevan?"
"Katanya… ada teman yang harus ditemui." Kiran menghela napas, lalu duduk di tepi ranjang. "Jadi, jangan marah pada mereka. Mereka memang tidak bilang padamu sebelumnya."
Auliandra mendengus. "Mereka tidak pernah berubah, selalu melakukan hal yang mereka mau tanpa memberitahu kita."
"Sudahlah, itu urusan mereka. Kita punya rencana sendiri," jawab Kiran sambil meraih sisir.
"Ngomong-ngomong… di mana Anthony? Aku belum melihatnya sejak pagi."
"Anthony bersama mereka. Dan sepertinya… mereka sangat menyukainya."
Auliandra mengangguk pelan, lalu duduk bersila. "Baiklah… jadi langkah kita selanjutnya?"
Kiran tersenyum tipis. "Begini rencananya…"
Sementara itu, di balkon kamarnya, Gavriel duduk sendirian. Secangkir kopi hangat mengepul di tangannya. Bulan malam itu begitu terang, bintang-bintang seakan memamerkan kilauannya.
"Anak-anak ayah… kalian di mana? Apa kalian baik-baik saja?" bisiknya, menahan getaran di suaranya. "Maafkan ayah… yang gagal menjaga kalian…"
Tiba-tiba, suara yang sangat ia kenal terdengar.
"Bukankah langitnya indah, Mas?"
Gavriel menoleh, dan di sana, Valora. Atau setidaknya, wujud yang menyerupainya. Ia tidak peduli apakah nyata atau hanya ilusi.
"Kau mau kopi?" tawarnya.
"Aku lebih suka susu."
"…Apa kau merindukanku?"
Valora terdiam lama sebelum berkata, "Mas… seorang pria yang siap menikah berarti siap membimbing keluarganya tanpa harus tunduk pada ibunya."
Gavriel menunduk, hatinya terasa berat.
"Ketika kau lebih memilih ibumu daripada aku… ketika kau menutup mata meski tahu Zayn dibunuh olehnya… itulah saat kau membunuhku, Gavriel. Mungkin bukan dengan tanganmu… tapi dengan pilihanmu." Air mata Valora jatuh. Tubuhnya perlahan memudar, menjadi butiran debu bercahaya, tertiup angin malam.
Gavriel mematung, lalu menutup wajahnya. "Bagaimana… aku harus menghentikan ini?" suaranya nyaris tak terdengar.
Keesokan paginya.
Auliandra dan Kiran bangun dengan wajah segar, tak lagi terkurung oleh larangan Edwin. Hari ini, mereka menanti tamu penting.
Auliandra mengenakan atasan long sleeve putih dengan wrap skirt senada. Kiran memilih dress mini abu-abu dengan rok mengembang. Di depan cermin, mereka saling menata: Kiran menyisir rambut panjang Auliandra, memoleskan makeup tipis; lalu berganti, Auliandra merapikan rambut Kiran.
Saat hendak menuruni tangga, suara di ruang tamu membuat langkah Auliandra semakin cepat.
"Auliandra sayang, sini duduk," panggil Ayla, menepuk sofa kosong di sampingnya.
Di sana duduk Shara, Prayoga, Disha… dan Gavriel. Tatapan Auliandra langsung tertuju padanya, bertanya dalam diam: Apa yang kau lakukan di sini?
"Di mana kakakmu, Kiran?" tanya Ayla.
Auliandra menghindar. "Ibu… ada apa ini?"
Belum sempat Ayla menjawab, Prayoga mengambil alih. "Kedatangan kami pagi ini… untuk melamar putri Anda, Tuan Alex. Putra kami, Gavriel, ingin mempersunting Auliandra."
Ruangan seketika hening.
Auliandra menatap Gavriel tajam. "Apa… karena wajahku mirip dengan mendiang istrimu?"
Shara dan Prayoga tersentak. Gavriel hanya diam bahkan ia sendiri terkejut ayahnya mengucapkan lamaran ini.
"Tuan muda Gavriel Askara Wardana… jika Anda menikahi saya hanya karena saya mirip istrimu, saya tidak mau. Saya tidak mau hidup sebagai bayang-bayang orang lain."
Alex mengangguk, mendukung putrinya. "Keputusan ada di tangan Auliandra. Kami tak akan memaksa."
Shara tersenyum tipis. "Tuan Alex, kadang orang tua perlu menentukan pilihan untuk anaknya, demi menghindari kesalahan."
Ayla menjawab tegas, "Pernikahan bukanlah permainan. Putri kami berhak memilih."
Gavriel tiba-tiba angkat bicara. "Auliandra… berhak menolak, jika tidak ingin menikah denganku."
Shara menatapnya tak percaya, tapi Gavriel tak peduli.
Suasana tegang itu mendadak terpecah oleh suara langkah sepatu berhak tinggi. Semua kepala menoleh.
Seorang wanita cantik berkacamata hitam, sweater dress maroon, rambut coklat tergerai, masuk dengan aura percaya diri.
Auliandra terkejut, lalu berlari memeluknya. "Kakak! Kenapa tidak bilang kalau kau datang pagi ini?"
Wanita itu tersenyum, memeluk balas. "Aku ingin memberimu kejutan."
Dialah Asteria Calderon, kakak Pertama Auliandra. Aura dan senyumnya membuat ruangan terasa berbeda. Mereka hanya berjarak 1 tahun saja, namun ketika usia Asteria menginjak 18 tahun ia berkuliah di Australia dan baru pulang hari ini. Bahkan Asteria harus melewatkan ulang tahun adek kembarnya.
"Maafkan aku Auli. Jika tidak begini aku tidak bisa memberimu kejutan" ucap Asteria melepas pelukannya
"Ayah ibu" panggil Asteria lalu memeluk keduanya bergantian
"Putri ibu sudah sangat besar sekarang" Ayla meneteskan airmata nya
"Jangan menangis di hari kedatanganku bu" rengek Asteria menghapus air mata ibunya, ia paling tidak suka melihat air mata ibunya jatuh
"Putri ayah sudah dewasa sekarang, sudah tau bagaimana caranya merayu ibunya" goda Alex mengelus lucuk kepala Asteria
"Aku baru saja tiba tapi ayah sudah menggangguku" ucap Asteria sembunyi di belakang ibunya untuk menutupi pipinya yang memerah
"Kalian melupakan aku?"
"Ya ampun adekku sayang" ucap Asteria menghampiri Auliandra mengajaknya memeluk kedua orangtua mereka
Di kursinya, Shara menatap Asteria dengan sorot mata lain. Anak ini… sepertinya lebih unggul dari Auliandra. Mungkin… dia yang seharusnya menjadi target.
"Eh.. Kita melupakan tamu kita. Mari makan duduk dulu, ayahmu sedang kedatangan tamu" ucap Ayla menuntun ke dua putrinya untuk duduk di ke dua sisinya
Auliandra yang memiliki kulit putih pucat rambut lurus panjang berwarna dark blue sedangkan Asteria memiliki kulit kulit putih bening rambut di bawah bahu lurus berwarna coklat sama seperti Alex sedangkan Ayla memiliki warna rambut sama seperti Auliandra.
"Maaf karna telah melupakan kalian. Hari ini kami memang akan menyambut kedatangan Asteria yang sudah lama berada di Australia untuk berkuliah" jelas Alex, ia merasa tidak enak telah mengabaikan tamunya
"Aa.. tidak masalah Tuan Alex, saya paham bagaimana rasanya jauh dari anak. Saya juga pernah merasakannya" ucap Shara
"Jadi bagaimana dengan lamaran kami nak Auliandra?" Prayoga tak mau menyerah begitu saja
"Maaf Tuan Prayogo, saya sudah memiliki kekasih namanya Jevano Xiever Atharel. Jika saja saya belum memiliki kekasih tentu saya akan menerima lamaran Gavriel" jelas Auliandra menolak lamaran Gavriel, bagaimanapun juga ia saat ini milik Jevano dan bukan milik Gavriel.
"Apa mereka berniat melamarmu Auli?" tanya Asteria melirik adeknya meminta penjelasan
"Benar kak, mereka ingin melamarku tapi aku sudah memiliki kekasih" jawab Auliandra dengan wajah memelasnya
"Bukankah anda Gavriel Askara?" tanya Asteria menatap Gavriel
"Ya.. Aku Gavriel Askara Wardana"
"Bukankah anda yang mendo..."
🦋To be continued...