"Kamu harus ingat ya, Maira, posisi kamu di rumah ini nggak lebih dari seorang pengasuh. Kamu nggak punya hak buat merubah apa pun di rumah ini!"
Sebuah kalimat yang membuat hati seorang Maira hancur berkeping-keping. Ucapan Arka seperti agar Maira tahu posisinya. Ia bukan istri yang diinginkan. Ia hanya istri yang dibutuhkan untuk merawat putrinya yang telah kehilangan ibu sejak lahir.
Tidak ada cinta untuknya di hati Arka untuk Maira. Semua hubungan ini hanya transaksional. Ia menikah karena ia butuh uang, dan Arka memberikan itu.
Akankah selamanya pernikahan transaksional ini bejalan sedingin ini, ataukah akan ada cinta seiring waktu berjalan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon annin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 19 Menjebak
Dua hari Arka memilih untuk menginap di apartemen. Padahal ini sudah biasa baginya, tapi kali ini ia merasa ada sesuatu yang janggal dalam hatinya. Perasaannya tak seperti biasa. Ia seperti orang yang dikejar dosa dan takut ketahuan.
Bahkan sekarang ini ia jadi ragu untuk masuk ke rumahnya sendiri. Ia takut bertemu dengan Maira. Malu, itu yang ia rasakan sekarang.
Semua karena malam itu. Saat ia tak sadarkan diri di pesta ulang tahun ibu mertuanya.
Arka lupa akan apa yang terjadi setelah ia merasakan pusing. Yang pasti ia terbangun dalam kondisi tak pantas dilihat. Dan yang lebih membuat ia makin syok ada Shela yang tertidur di sampingnya dalam kondisi yang sama tak pantasnya.
Kaget!
Tentu saja. Bagaimana bisa ia berbuat asusila dengan adik iparnya sendiri.
Perasaan marah dan bersalah memenuhi hati dan otaknya. Ia tak bisa memaafkan apa yang sudah ia lakukan. Semua semakin kacau saat ibu mertuanya memergoki apa yang sudah ia lakukan. Arka seperti penjahat yang tertangkap basah.
"Arka, kenapa kamu tega melakukan ini sama adik iparmu sendiri?" tanya Santi dengan dramatis pagi itu.
Shela yang terbangun karena teriakan ibunya ikut kaget melihat keadaannya di atas tempat tidur bersama Arka. Ia tak bicara apa pun tapi raut marah juga kecewa tergambar jelas di wajahnya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan pergi dari kamar tamu yang mereka tempati semalam.
"Lihat, Arka, kamu telah merusak masa depan adik iparmu sendiri!" bentak Santi. Ia memanfaatkan kemarahan Shela untuk menekan Arka.
"Ma, Arka bisa jelasin semuanya, Ma. Ar-Arka juga nggak tahu apa yang terjadi semalam. Arka cuma ingat Arka pusing, lalu Arka nggak tahu lagi apa yang terjadi," jelas Arka.
"Semalam kamu mabuk, Arka. Mama udah suruh kamu pulang tapi kamu nolak. Kamu mau nginap di sini, karena kasihan Mama ijinkan kami nginep, tapi apa yang kamu lakukan. Kamu justru merusak Shela. Kamu keterlaluan, Arka." Santi terlihat murka.
"Maafin, Arka, Ma. Arka ...." Arka panik dan bingung, ia lupa akan apa yang terjadi, dan tidak tahu harus bagaimana sekarang ini.
"Maaf! Kamu pikir maaf bisa mengembalikan apa yang sudah kamu ambil dari Shela. Masa depan Shela sudah hancur, Arka! Tidak akan ada yang amu menikahi Shela. Kesuciannya sudah kamu renggut dengan paksa." Santi memang ratunya drama. Semua skenario ini memang sudah ia rancang dengan matang. Soal mempermainkan emosi Arka, itu hal mudah baginya.
"Ma, tenang dulu, Ma. Arka akan tanggung jawab. Arka tidak akan biarkan Shela menanggung semua ini sendiri. Arka akan nikahi Shela," jawab Arka tanpa pikir panjang. Ia hanya berpikir untuk menenangkan ibu mertuanya ini.
"Menikah kamu bilang, lalu, bagaimana istri kamu. Apa dia setuju untuk poligami?"
Di sini, Arka baru tersadar akan status pernikahannya dengan Maira. Ia terdiam. Taka tahu lagi harus bagaimana sekarang.
'Tok ... tok'
Sebuah ketukan di kaca mobilnya menyadarkan Arka akan apa yang terjadi pagi itu. Ia membuka kaca jendela mobilnya untuk melihat orang yang mengetuk.
"Bapak, kok nggak masuk?" tanya Iis yang berdiri di luar mobil Arka.
"Eh, iya, sebentar lagi," jawab Arka.
"Ibu minta saya buat nanya, apa Bapak mau disiapin makan malam atau tidak. Soalnya udah setengah jam Bapak nggak masuk."
"Nggak usah, aku mau istirahat saja. Kamu juga boleh istirahat."
"Baik, Pak."
Maira. Meski ia terlihat diam tak peduli nyatanya ia masih memperhatikan dirinya. Istri yang tak pernah ia anggap, sebenarnya adalah istri yang baik. Sikapnya lah yang membuat Maira mulai menjaga jarak.
Arka menarik napas panjang. Ia tidak bisa seperti ini terus. Menghindari Maira. Sementara ibu mertuanya sudah menekannya untuk bertanggung jawab. Katanya takut jika Shela keburu hamil karena perbuatannya.
Ia menilik jam di tangan. Pukul sebelas. Dengan langkah lunglai, Arka masuk ke rumah. Ia pikir, Maira sudah tidur, nyatanya wanita itu duduk di ruang tamu. Sendiri.
Begitu Arka masuk, Maira langsung pergi ke kamar Zara. Tak ada kata yang terucap sama sekali, tapi Arka melihat perhatian Maira dalam diamnya wanita itu.
"Mai ...." Arka ingin memanggil tapi Maira sudah berlalu.
Ia pun memilih untuk masuk ke kamarnya. Begitu lampu dinyalakan, foto Raswa yang besar tergantung di dinding. Kembali rasa bersalah melingkupi hati. Ia tak mampu menjaga adik iparnya sesuai pesan Raswa. Ia justru menghancurkan masa depan Shela.
"Maafin aku, Sayang," gumam Arka lirih pada foto mendiang istrinya.
*
Shela muak dengan semua rencana ibunya ini. Ia tahu betul akan apa tujuan ibunya. Ketika ia terbangun bersama Arka pagi itu, ia langsung sadar jika ini adalah perbuatan sang ibu. Ia marah dan kecewa, tapi bukan pada Arka. Ia marah pada ibunya, kenapa tega menumbalkan ia untuk kepentingannya.
"Kenapa sih, Ma, harus dengan cara ini?" protes Shela tak terima.
"Kalau kamu nurut, Mama nggak akan bertindak sejauh ini. Semua karena kamu mulai memberontak!" jawab Santi santai. Ia sedang mengupayakan masa depan yang gemilang untuk Shela. Jadi di mana salahnya.
Ia yakin suatu hari nanti Shela akan akan melihat jerih payahnya karena sudah menyatukannya dengan Arka. Anak itu pasti akan berterima kasih padanya.
"Aku malu, Ma. Aku seperti perempuan yang nggak punya harga diri karena sudah menjebak kakak iparnya sendiri. Mau ditaruh mana muka aku, kalau nanti Kak Arka tahu? Mama juga harus inget, Kak Arka sudah menikah, Ma. Jangan rusak rumah tangga orang hanya demi ego Mama!"
"Tahu apa kamu tentang ego Mama. Kamu masih anak kecil untuk tahu bagaimana sulitnya hidup tanpa uang dan status. Kamu nggak akan paham itu!" Santi tak terima dengan tuduhan anaknya. Ia melakukan semua ini untuk kebahagiaan Shela. Ia tak mau anaknya mengalami apa yang ia alami dalam rumah tangga. Ditinggal suami dalam keadaan miskin. Direndahkan orang karena status sosial. Semua itu ia alami selama ini, sampai Raswa menikah dengan Arka dan mengangkat derajatnya.
"Tapi aku nggak mau menjadi Kak Raswa. Aku nggak mau menjebak Kak Arka dengan kebohongan seperti yang Mama dan Kak Raswa dulu lakukan!" teriak Shela.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Shela. "Lancang, kamu!"