NovelToon NovelToon
Ketika Dunia Kita Berbeda

Ketika Dunia Kita Berbeda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:472
Nilai: 5
Nama Author: nangka123

Pertemuan Andre dan fanda terjadi tanpa di rencanakan,dia hati yang berbeda dunia perlahan saling mendekat.tapi semakin dekat, semakin banyak hal yang harus mereka hadapi.perbedaan, restu orang tua,dan rasa takut kehilangan.mampukah Andre dan fanda melewati ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nangka123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19: Bertemu zul

Saat mereka masih asyik menikmati makan siang, tiba-tiba suasana kantin sedikit berubah.

Beberapa karyawan yang tadinya hanya berbisik kini tampak sengaja menoleh ke arah mereka.

Fanda menyadari itu, ia menggenggam garpu lebih erat.

“Mas… apa mereka bakal terus kayak gini ya, ngeliatin kita?” bisiknya pelan.

Andre menoleh sekilas, lalu tersenyum tenang.

“Biarin aja, selama aku ada di samping kamu, nggak ada yang perlu kamu takut in.”

Fanda hendak menjawab, tapi langkah seseorang yang baru masuk kantin membuatnya terdiam.

Semua mata seolah ikut mengikuti arah langkah itu.

Seorang pria tinggi, rapi dengan jas biru tua, berjalan percaya diri mendekat.

Senyumnya tipis, tatapannya langsung mengarah pada meja Fanda dan Andre.

Andre spontan menegakkan punggungnya, sementara Fanda menahan napas.

“Loh…” gumam salah satu karyawan dengan suara cukup keras hingga terdengar,

“bukannya itu Pak Zul, mantan pacarnya Bu Fanda?”

Detik itu juga, suasana kantin jadi makin tegang. Fanda mematung di kursinya, sementara Zul kini berdiri tepat di depan meja mereka, melipat tangan sambil menatap Andre dari atas ke bawah.

“Jadi ini ya…” ucap Zul dengan nada meremehkan

“orang yang akhirnya kamu pilih, Fan?”

Fanda menelan ludah, sementara Andre menatap Zul balik dengan sorot mata tenang.

Zul berdiri di hadapan mereka dengan tatapan menusuk.

Suasana kantin yang tadi ramai mendadak jadi hening, seakan semua orang menunggu apa yang akan terjadi.

Fanda meremas tangannya di bawah meja, berusaha menenangkan diri.

“Zul, ngapain kamu di sini??” suara Fanda pelan, hampir tak terdengar.

Zul tersenyum miring.

“Aku hanya ingin memberikan ucapan selamat kepada mantan pacarku dan suami barunya... Sudah lama ya, Fan. Kamu pikir setelah kamu nikah diam-diam, kita nggak bakal ketemu lagi? kamu salah.”

Andre menatap Zul tenang, meski jelas ada sorot waspada di matanya.

“Kalau kamu mau bicara, jangan di depan orang banyak. Nggak sopan bikin ribut begini,” ucapnya datar.

Zul terkekeh pendek.

“Sopan? Kamu berani ngomongin sopan sama aku? Kamu pikir dengan statusmu sekarang jadi suaminya Fanda, kamu pantas duduk di sini?”

Beberapa karyawan mulai berbisik-bisik lagi, Fanda langsung berdiri, mencoba memotong suasana.

“Cukup, Zul. Jangan bikin keributan di sini. Kalau kamu ada urusan, kita bicarakan di tempat lain.”

Zul menoleh ke arahnya, tatapannya sedikit melembut tapi penuh kekecewaan.

“Fan… aku masih nggak bisa percaya. Kamu ninggalin aku begitu aja, lalu nikah sama......” ia melirik tajam ke arah Andre

“sopirmu sendiri.”

Fanda menegakkan bahu, suaranya mantap meski hatinya bergetar.

“Andre bukan cuma sopir, dia sekarang sudah jadi suamiku. Dan aku bahagia sama pilihanku.”

Andre berdiri, tubuhnya lebih tinggi sedikit dari Zul.

“Kalau kamu masih ada rasa sama Fanda, aku ngerti. Tapi jangan pernah lagi merendahkan dia… atau aku. Karena mulai sekarang, aku yang akan jaga dia.”

Zul menghela napas panjang, lalu tersenyum pahit.

“Berarti bener ya… kamu udah benar-benar milih dia, Fan?”

Fanda menatap matanya sebentar, lalu mengangguk pelan.

“Iya, Zul. Aku udah milih, dan aku nggak akan menyesal.”

Zul terdiam cukup lama sebelum akhirnya melangkah mundur.

“Baiklah… kita lihat saja, Fan. Seberapa lama kamu bisa pertahankan pilihanmu.”

Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik pergi. Suasana kantin kembali ramai dengan bisikan-bisikan, tapi Fanda hanya bisa menghela napas berat.

Andre meraih tangannya, menggenggam erat.

“Jangan takut. Selama aku di sini, nggak ada yang bisa ganggu kamu.”

Fanda menatap Andre, matanya berkaca-kaca tapi ada senyum kecil yang muncul.

“Aku percaya sama Mas.”

Mereka berdua duduk kembali, mencoba melanjutkan makan siang, meski jelas bayangan Zul masih menggantung di pikiran mereka.

Setelah makan siang, Fanda dan Andre buru-buru pulang ke rumah karena mereka akan mengantar ayah dan ibunya berangkat kembali ke Eropa. Fanda meminta Indah untuk menghendel pekerjaannya selagi dia tidak berada di kantor.

Di ruang tamu, koper besar sudah tersusun rapi. Pak Hendra dan Ibu Rita tampak duduk santai sambil menyeruput teh, namun wajah mereka menyimpan rasa berat hati.

“Ayah, Ibu, sudah siap semua?” tanya Fanda begitu masuk, meletakkan tas kerjanya.

“Sudah, Nak. Tinggal berangkat saja,” jawab Ibu Rita lembut.

“Tapi Ibu rasanya belum rela meninggalkan kalian berdua.”

Andre tersenyum, mendekat lalu menyalami mertuanya.

“Doakan kami ya, Bu, Yah. InsyaAllah kami baik-baik di sini.”

Pak Hendra menepuk bahu Andre.

“Ayah percaya sama kamu, Andre. Tugasmu sekarang hanya satu, jaga Fanda baik-baik. Jangan sampai dia merasa kesepian.”

“Iya, Yah… Andre janji.”

Fanda yang mendengarnya hanya bisa tersenyum haru.

Ia lalu duduk di samping Ibu Rita, menggenggam tangan beliau erat.

“Bu… Fanda bakal kangen banget. Rasanya baru kemarin Ibu datang, sekarang sudah mau balik lagi.”

Senyum Ibu Rita mengembang, meski mata berkaca-kaca.

“Kamu sekarang sudah berumah tangga, Nak. Ibu tenang karena tahu ada Andre yang akan selalu mendampingimu.”

Tak lama kemudian, sopir keluarga memberi tahu mobil sudah siap. Mereka pun bersama-sama menuju bandara.

Perjalanan terasa hening, hanya sesekali terdengar suara tawa kecil ketika Ibu Rita mengingat momen-momen selama di Jakarta.

Sesampainya di bandara keberangkatan, suasana mendadak terasa berat.

Andre turun lebih dulu, membantu mengangkat koper, sementara Fanda menggandeng tangan ibunya erat-erat.

Saat hendak masuk ke ruang keberangkatan, Pak Hendra berbalik, menatap putrinya lama.

“Fanda, Andre… ingat pesan Ayah. Apa pun masalahnya, kalian harus menyelesaikannya dengan kepala dingin. Di dalam rumah tangga pasti ada masalah, tapi harus ada salah satu yang mengalah.”

Fanda tak kuasa menahan air matanya. Ia mengangguk pelan.

“Iya, Yah… Fanda janji.”

Ibu Rita merangkul putrinya erat sekali, seolah tak ingin melepas.

“Jaga diri baik-baik, Nak. Dan jangan terlalu memforsir diri di kantor. Kamu juga harus ingat, sekarang kamu istri orang.”

Fanda tersenyum di sela tangisnya.

“Iya, Bu… Fanda bakal ingat.”

Setelah pelukan panjang, akhirnya mereka melepas dengan berat hati.

Andre menyalami kedua mertuanya, lalu menunduk hormat.

“Terima kasih, Ayah, Ibu, sudah menerima saya jadi bagian dari keluarga. Doakan kami bisa bahagia.”

“Pasti, Nak,” jawab Pak Hendra mantap.

Mereka pun melambaikan tangan sampai bayangan orang tuanya menghilang di balik pintu keberangkatan.

Fanda berdiri diam, menggenggam tangan Andre semakin erat.

“Mas…” bisiknya lirih.

“Rasanya sepi banget kalau mereka sudah pergi.”

Andre menoleh, menatap istrinya lembut.

“Sekarang cuma ada kita berdua, Sayang. Tapi tenang aja, aku bakal isi kesepian kamu setiap hari.”

Fanda menatap suaminya dengan senyum kecil, lalu mengangguk.

“Ayo pulang, Mas…”

“Ayo, Sayang.”

Mereka pun berjalan beriringan meninggalkan bandara, siap menghadapi hari-hari baru hanya berdua.

1
Nurqaireen Zayani
Menarik perhatian.
nangka123: trimakasih 🙏
total 1 replies
pine
Jangan berhenti menulis, thor! Suka banget sama style kamu!
nangka123: siap kak🙏
total 1 replies
Rena Ryuuguu
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
nangka123: siap kakk,,🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!