Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Belum Waktunya
Ketika tiba di rumah sakit, Reno lebih dulu menanyakan kamar Aleta berada pada perawat yang bertugas.
"Maaf tuan, pasien atas nama Aleta telah dipindahkan ke rumah sakit lain oleh keluarganya," ucap sang perawat.
"Apakah anda tidak salah mengenali pasien? mana mungkin pasien pindah tanpa sepengetahuan suaminya?" geram Reno.
"Maaf tuan..! kami tidak tahu tentang hal itu. Semua prosedur pasien atas persetujuan walinya," jelas perawat itu.
"Ah sial...! sebaiknya aku hubungi bibi Sari," Reno berjalan tergesa-gesa sambil memasang ponsel di telinganya. Namun nomor yang dituju sedang sibuk.
Wajah Revan terlihat tegang. Ia mengeratkan pelukan pada tubuh bayinya yang saat ini sedang bermain dengannya. Reno menggelengkan kepalanya. Ia tidak berhasil menemukan Aleta.
"Tidak apa. Mungkin belum waktunya aku bertemu dengan Aleta. Tapi, malaikat kecil ini sudah membuat aku kembali semangat. Mungkin kita bisa mengetahui keberadaan Aleta setelah istriku sudah siuman. Apakah dia sudah siuman?" tanya Revan pada dirinya sendiri.
Laila terlihat cemas. Pasalnya ia pasti sedang diincar oleh orang-orang suruhan tuan Andre. Melihat wajahnya, Revan bisa menebak baby sitter itu merasa terancam." Tenanglah mbak. Kamu aman bersama kami. Tolong gendong bayiku. Oh iya siapa nama bayi ku?" tanya Revan.
"Namanya ada di paspornya," Laila menyerahkan buku paspor itu pada Revan yang langsung melihat barisan nama itu. Virendra M. Fathi. Revan tersenyum dengan barisan nama itu karena nama itu yang dipilihnya untuk disematkan pada nama putranya.
"Terimakasih Aleta. Pasti kamu sudah memberitahu nama anak kita pada ayahmu. Ternyata ayahmu cukup amanah tidak mengubah apa yang menjadi pilihan kita," batin Revan.
Mobil mewah itu meninggalkan rumah sakit menuju hotel tempat Revan menginap. Revan menghubungi seseorang untuk melacak keberadaan istrinya." Tuan, apakah kita akan tetap mencari nona Aleta?" tanya Reno.
"Tentu saja. Aku dan putraku sangat membutuhkannya. Apakah kamu ingin balik ke Jakarta?" tanya Revan.
"Tidak. Aku akan balik kalau anda sudah bertemu dengan nona Aleta," ujar Reno.
Mobil berhenti di sebuah hotel mewah. Laila tampak kagum melihat pesona kemegahan hotel itu. Ia merasa sedang menjelma seorang cinderella kini. Sayangnya ia tidak memiliki gaun indah dan sepatu kaca. Revan turun sambil menggendong bayinya. Sambutan yang cukup terhormat yang didapatkan Revan di hotel itu menandakan dirinya orang penting.
"Apakah ini bayi anda tuan?" tanya pemilik hotel itu.
"Iya, ini bayiku dan istriku masih dirawat di rumah sakit paskah melahirkan," ucap Revan.
"Setelah sekian lama pernikahan anda akhirnya nyonya Rere bisa memberikanmu seorang bayi," ucap tuan Marco.
"Maaf. Aku sudah menikah lagi dan Rere adalah mantan ku saja," tegas Revan membuat tuan Marco terdiam.
Keduanya masuk ke dalam lift diikuti yang lainnya." Maafkan aku tuan karena sudah lancang," ucap Marco.
"Tidak masalah. Pernikahan ku juga rahasia. Mungkin dikalangan kita belum ada yang tahu. Lupakan saja. Ini bukan salahmu," Revan menepuk lengan tuan Marco.
"Katakan saja yang anda butuhkan untuk bayi anda. Kami juga punya dokter spesialis anak. Kalau ada apa-apa anda bisa langsung menghubungi saya," ucap Marco.
"Seperti biasa anda selalu bisa diandalkan. Terimakasih untuk pelayanannya. Itulah sebabnya saya selalu kembali ke hotel ini karena kemurahan hati anda tuan Marco," ucap Revan lalu masuk ke kamarnya. Sementara itu Reno menujukan kamar untuk Laila di sebelah kamarnya.
"Baiklah. Silahkan istirahat tuan...!" Marco pamit meninggalkan Revan dan Reno yang sibuk mengurus sang bayi yang terlihat anteng saat bersama sang daddy.
"Terimakasih tuan Marco," keduanya bersalaman. Reno mengantarkan tuan Marco keluar dari kamar itu.
Revan bermain dengan bayinya. Walaupun hatinya sangat sedih karena belum bisa bertemu dengan Aleta, namun adanya sang bayi masih bisa menghiburnya.
"Daddy tidak tahu bagaimana hidup daddy jika tidak bertemu denganmu. Opamu sangat jahat mengatakan mu telah meninggal. Daddy juga begitu bodoh dikerjain kakek tua itu. Semoga kita tidak menjadi orang jahat seperti mereka," ucap Revan bicara pada bayinya yang hanya menatapnya hangat.
...----------------...
Di tempat yang berbeda, Aleta sudah berada di salah satu Villa yang ada di negara tersebut. Aleta sudah siuman namun tatapannya terlihat kosong seakan tidak ada gairah hidup. Bibi Sari cukup kesal dengan tuan Andre yang saat ini sedang menyita ponselnya sehingga ia tidak bisa menghubungi Revan maupun Reno.
"Nona, bersabarlah...! bibi yakin tuan Revan akan menemukan anda di sini. Walaupun sekarang kita tinggal di tempat tanpa jaringan internet, tapi ada sinyal Allah yang menjadi penghubung antara nona dan tuan Revan. Sinyal itu adalah kekuatan doa. Percayalah pada bibi, nona...!" bisik bibi Sari sendu.
Aleta tetap diam. Ia seakan tidak peduli dengan ucapan pelayannya itu. Entah ke mana pikirannya saat ini. Bibi Sari membenarkan selimut tebal itu untuk menutupi tubuh Aleta.
Tepat hari ini sidang yang sedang dijalankan oleh Rere akhirnya berakhir. Wanita cantik itu di jatuhi hukuman lima tahun penjara dengan denda yang cukup besar atas kesalahan yang diperbuatnya. Saat keluar dari ruang sidang, seorang pria tampan menghampiri Rere yang berjalan menuju mobil tahanan.
"Rere...!" panggil pria tampan itu membuat Rere mengangkat wajahnya. Betapa terkejutnya Rere menatap pria di masalalu nya itu.
"Kau....?" Wajah Rere terlihat pucat sambil menahan airmatanya yang hampir jatuh. Jantungnya berdebar cukup keras atas pertemuan kembali dengan cinta masalalu nya.
"Di mana anak kita?" tanya pria itu sambil berbisik pada Rere.
Rere menatap tajam wajah itu dan ingin rasanya dia meludahi pria yang ada di sampingnya itu." Pergilah dari hadapanku berengsek. Apa yang aku alami saat ini semuanya berawal darimu. Jika aku tidak hamil dan keguguran, nasibku tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini," ucap Rere dengan suara tertahan.
"Bagaimana kamu bisa menyalahkan ku? bukankah ayahmu yang mengusir ku karena kemiskinan ku sehingga aku tidak bisa bertanggung jawab atasmu. Tapi tenanglah Rere, aku sekarang sudah sangat kaya. Aku masih mencintaimu," ucap pria tampan itu yang bernama Kellen.
Rere berjalan cepat masuk ke mobil tahanan itu. Pertahanan yang sedari tadi ia tahan akhirnya runtuh juga. Ia menangis sejadi-jadinya di dalam mobil tahanan itu yang sudah bergerak menuju lapas perempuan.
"Kenapa dia muncul di saat aku ingin melupakannya? apakah dia akan menolong ku keluar dari penjara?" batin Rere yang ingin memanfaatkan mantan kekasihnya itu.
Mobil berhenti dan Rere turun dari mobil tahanan itu di dampingi oleh dua orang sipir yang menjemputnya. Rere cukup terkejut saat melihat wajah-wajah sangar yang menatapnya lapar seakan dirinya adalah daging segar yang siap di lahap. Para wanita di lapas itu tersenyum sinis saat Rere masuk ke dalam jeruji besi itu.
"Wah, ternyata ada nona kaya di sini?" sindir seorang tahanan yang sangat mengenal Rere. Mata Rere terbeliak melihat wanita yang ada di hadapannya.
"Kau...?'
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina