NovelToon NovelToon
Koki Kesayangan Tuan Daniel

Koki Kesayangan Tuan Daniel

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Menikah dengan Musuhku / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu_ Melani_sunja

Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali ke apartemen

Pemakaman ayah akhirnya telah selesai, usai pemakaman itu, Ayra kembali ke rumahnya.

Orang orang mulai berbisik membicarakan tentang kejadian yang menimpa ayah Ayra. Tak banyak dari mereka mulai membicarakan hal negatif tentang Ayra. Mereka menganggap jika Ayra lah penyebab kematian ayahnya.

Ayra tertunduk, ia tak menyalahkan mereka yang memang tak sepenuhnya salah.

"Kita kembali ke apartemen tuan Daniel, di sini akan sangat berbahaya untukmu, orang orang suruhan tuan Steven pasti akan kembali mendatangi rumah mu!" ujar Bram.

Ayra menoleh menatap Bram dengan tatapan sayu sejenak, lalu tertunduk. Sebenarnya ia masih ingin tinggal di rumahnya, tapi setelah semua orang memandangnya dengan pandangan yang kurang baik, Ayra mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk ikut dengan Bram kembali ke apartemen Daniel.

***

"Sebenarnya, tuan Daniel ingin menghadiri pemakaman ayahmu, tapi sayangnya tuan Steven terus memata matai nya, makanya ia memilih untuk tetap tinggal di villa," kata Bram ketika mereka telah berada di dalam mobil.

Ayra tidak menjawab, ia masih terdiam dan menunduk.

"Ay...! aku tahu apa yang kamu rasakan, aku dulu juga pernah mengalami hal seperti mu. Aku kehilangan ayah ku sejak aku masih bayi, kemudian ibu ku belum lama ini."

Ayra sedikit mendongak menatap bahu Bram yang masih tetap fokus mengendarai mobil.

"Tapi aku berusaha untuk tetap kuat, beruntung aku memiliki tuan Daniel, dia bukan hanya bos, tapi juga teman yang baik untuk ku!" imbuh Bram.

"Aku...aku sudah tidak memiliki siapa pun tuan, aku bingung mau kemana? Sementara suamiku tidak pernah memperdulikan ku sejak dulu, dia hanya memanfaatkan ku untuk menghidupi dirinya dan keluarganya," kata Ayra akhirnya mau membuka suara.

"Kamu kan sudah bersedia untuk menjadi koki pribadi tuan Daniel, jadi aku rasa, kamu bisa tinggal dan meneruskan kariermu di sana. Kamu tidak perlu khawatir, tuan Daniel itu orangnya sangat baik. Sifatnya yang dingin dan kejam, hanya berlaku untuk orang orang yang mengkhianati dan memusuhinya saja. Selama sikap mu baik, dia kan sangat menyukai mu!" Kata Bram, sesekali ia menatap wajah Ayra dari kaca spion.

"Ya, aku memang sudah bersedia, dan aku harus menepatinya, tapi mungkin hari ini aku belum bisa, aku masih belum bisa fokus."

Bram mengulas senyum," itu bisa dibicarakan nanti..."

Mobil yang mereka tumpangi terus berjalan membelah jalanan yang mulai macet. Bram terus siaga, jika sewaktu-waktu ada orang yang mencurigakan ada disekitarnya.

Ia melirik ke spion, melihat mobil anak buahnya yang ada dibelakangnya, lalu menatap mobil lainnya yang ada di depan.

"Huuuhh...mulai macet," keluh Bram.

Ia menoleh untuk memeriksa Ayra yang ternyata sudah terlelap di kursi penumpang.

Bram mengulas senyum, lalu kembali menatap jalanan.

Setelah beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di depan gedung apartemen. Bram membuka pintu mobil lalu membopong tubuh Ayra naik ke apartemen pribadi Daniel.

Sepanjang jalan, Bram tak henti-hentinya menatap wajah Ayra yang masih terpejam.

Bram sampai tak sadar jika di depan pintu apartemen, Daniel sudah berdiri memperhatikannya.

"Eheeemmm..."

Bram terkejut dan hampir saja menjatuhkan tubuh Ayra."Tuan...! Sejak kapan tuan berdiri di sana?!" tanya Bram gugup.

"Sejak tadi. kenapa hem?"

"Ti-tidak tuan, aku hanya terkejut saja."

Daniel membuka pintu, lalu Bram masuk dan merebahkan tubuh Ayra di ranjang kamar.

"Bram...! apa kamu sudah bisa menghidupkan ponsel lama Rayyan?" tanya Daniel ketika Bram baru keluar dari kamar.

"Sedang dalam pengerjaan ku tuan, sebentar lagi mungkin akan terlihat hasilnya."

Daniel duduk di sofa menyilangkan kaki menatap lurus ke depan."Aku harus segera mendapatkan bukti, setelah semuanya terbukti aku akan segera menjebloskan mereka ke penjara."

"Iya tuan. Kalau begitu, aku akan pergi untuk menyelesaikan tugas ku."

"Silahkan. Tapi ngomong-ngomong, kenapa dengannya? Dia pingsan?"

"Tidak tuan, Ayra hanya terlalu lelah dan ketiduran. Mungkin beberapa menit lagi dia terbangun."

"Ohhh..."

Bram pergi meninggalkan apartemen, sementara Daniel masih duduk sambil menatap layar ponsel. Dari arah kamar, Ayra perlahan membuka pintu, ia berdiri mematung sambil mengusap perut. Ia tak tahu jika Daniel tengah duduk di sofa yang membelakanginya.

"Aku lapar, kemana perginya tuan Bram?" gumam Ayra.

Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke dapur. Ia membuka kulkas dan tidak ada apapun yang tertinggal di kulkas itu.

"Aahhh...! Tidak ada apa-apa?!" ucapnya kesal.

Ayra menutup kembali kulkas tersebut, dan beralih membuka lemari. Senyumnya mengembang, ketika melihat ada stock makanan kering seperti mie instan.

"Lumayan...!" ucapnya.

Ayra mulai memanaskan air, lalu mulai mengolah mie instan itu.

Daniel yang sedang duduk di sofa terkejut saat mencium aroma khas dari mie instan menyeruak menusuk hidung nya. Ia menoleh kebelakang dan melihat seseorang tengah berkutat di depan meja dapur.

Daniel berdiri, lalu berjalan menuju dapur. Ia berhenti tepat didepan pintu, memperhatikan sejenak aktivitas Ayra.

"Heemmm...harumnya menggoda. Aku sudah sangat lapar, dari pagi aku belum makan," ucap Ayra sambil mengangkat mangkuk berisi mei instan.

Ayra meletakkan mie tersebut di meja, lalu ia sendiri duduk menghadapnya siap untuk menyantapnya.

"Siapa yang mengizinkan mu makan di sini?!" tegur Daniel tiba-tiba.

Seketika Ayra membeku, mie yang telah ia sendokkan dan siap untuk ia lahap harus tertahan di depan mulutnya. Perlahan ia menoleh, dan terkejut saat melihat Daniel sudah berdiri di ambang pintu. Ayra segera meletakan sendok, lantas berdiri menunduk menghadap Daniel.

"Ma-maaf tuan, aku lapar sekali. Aku tidak tahu jika tuan ada di sini, sekali lagi maaf tuan!"

Hening...

Melihat ekspresi Ayra seperti itu, Daniel terkekeh sambil berjalan menghampiri Ayra.

"Aku hanya bercanda, makanlah...! Kalau kamu ingin makan sesuatu, bicara saja, aku akan memesankan untuk mu."

"Ha..?! Tidak tuan, tidak perlu. Aku tidak ingin apa-apa, mie instan ini cukup untuk mengganjal perut ku. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Apa tuan mau aku bikinkan?"

"Tidak, makanlah! Nanti keburu dingin!"

"Baik tuan..."

Ayra duduk kembali, dan mulai mengaduk aduk mie nya kembali. Sementara Daniel duduk dihadapannya terus memperhatikan Ayra.

"Aduh...! Aku jadi gak nyaman, dilihatin terus sama tuan Daniel, rasa laparku tiba-tiba saja hilang kalau begini!" batinnya.

"Kenapa tidak dimakan? mie nya tidak enak?" tanya Daniel.

"Bukan, bukan begitu tuan, aku..."

Daniel mengambil alih mangkuk dan sendok yang dipegang Ayra, menyendokkan mie lalu mengarahkan sendok tersebut ke mulut Ayra.

Ayra justru bengong menatap wajah Daniel.

"Heh...! Ayo...!"

Ayra membuka mulut perlahan, lalu menerima suapan dari Daniel.

Ia kunyah mie tersebut pelan pelan, sesekali ia menatap Daniel yang masih sibuk mengaduk mie, siap untuk menyuapi Ayra lagi.

"Aku tidak sedang mimpi kan? Aku disuapi oleh tuan Daniel Alexander?!" batin Ayra sambil mencubit punggung tangannya.

"Sshhh, ternyata ini nyata! ini benar-benar seperti mimpi, padahal mas Rayyan saja tidak pernah seromantis ini padaku!" batinnya lagi.

1
Devan Wijaya
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
eli♤♡♡
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Makasih banget thor!
✨♡vane♡✨
Banjir air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!