NovelToon NovelToon
Aplikasi Penghubung Dunia

Aplikasi Penghubung Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern / Toko Interdimensi
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Arzhel hanyalah pemuda miskin dari kampung yang harus berjuang dengan hidupnya di kota besar. Ia terus mengejar mimpinya yang sulit digapai.nyaris tak

Namun takdir berubah ketika sebuah E-Market Ilahi muncul di hadapannya. Sebuah pasar misterius yang menghubungkan dunia fana dengan ranah para dewa. Di sana, ia dapat menjual benda-benda remeh yang tak bernilai di mata orang lain—dan sebagai gantinya memperoleh Koin Ilahi. Dengan koin itu, ia bisa membeli barang-barang dewa, teknik langka, hingga artefak terlarang yang tak seorang pun bisa miliki.

Bermodalkan keberanian dan ketekunan, Arzhel perlahan mengubah hidupnya. Dari seorang pemuda miskin yang diremehkan, ia melangkah menuju jalan yang hanya bisa ditapaki oleh segelintir orang—jalan menuju kekuatan yang menyaingi para dewa itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 Bayang-bayang masa lalu

Lily menatapnya dengan mata membelalak, terkejut. “A-aku boleh tinggal?”

“Boleh.” Arzhel mengangguk tegas. “Tapi ada syaratnya. Kau harus bekerja. Bersihkan rumah, rawat taman, kerjak apapun yang kusuruh. Kalau aku puas dengan kerja kerasmu, aku akan memberimu upah.”

Mata Lily mulai berbinar, ekspresi takutnya berganti dengan semangat. “Benarkah?! Aku bisa melakukan itu! Aku akan bekerja keras!”

Arzhel hanya mengangguk sekali lagi, ekspresinya tetap datar meski di dalam hati ia sedikit terhibur melihat wajah Lily yang begitu cerah.

“Baiklah, mulai sekarang… kau adalah penjaga kecil rumah ini.”

Lily mengepalkan tangan mungilnya, lalu berseru lantang, “Aye aye, bos!”

Arzhel menepuk keningnya. “Bos, huh? Jangan panggil aku aneh-aneh.”

Lily terkekeh kecil, ekspresinya sudah jauh berbeda dari tadi. Rumah yang tadinya terasa mencekam kini seperti punya hawa baru—lebih hidup, dan entah bagaimana, lebih hangat.

....

Beberapa hari kemudian.

Suara palu, gergaji, dan mesin bor bergema di seluruh rumah megah itu. Dinding-dinding yang sudah retak diperbaiki, cat putih kusam yang luntur diganti dengan warna baru yang bersih, bahkan beberapa bagian kayu tangga yang lapuk dicopot dan diganti dengan yang baru.

Halaman depan juga dibersihkan, rumput liar dicabut, dan pagar besi yang berkarat dicat ulang hingga berkilau.

Namun yang paling mencuri perhatian adalah sosok mungil Lily. Dengan tubuh kecilnya, ia berdiri di tengah-tengah para tukang sambil menunjuk ke sana kemari seperti seorang mandor berpengalaman.

“Pak, jangan pasang itu di sana, harus dipindah sedikit ke kiri. Kalau tidak, pintunya macet lagi nanti!” serunya sambil melambaikan kain putihnya seperti bendera komando.

Para tukang sempat terdiam, saling pandang, lalu akhirnya menurut. Ternyata, benar saja, begitu digeser sesuai arahannya, pintu itu menutup dengan sempurna.

“Lihat kan? Aku sudah bilang!” Lily bersedekap, dagunya terangkat penuh percaya diri.

Tak lama, seorang pekerja lain berusaha menyalakan lampu gantung di lorong. Kabelnya kusut, dan mereka kebingungan mencari sumbernya. Lily maju sambil menghela napas panjang, lalu menunjuk ke sudut ruangan.

“Itu kabel lama nyangkut di balik balok kayu. Aku yang sembunyikan dulu supaya nggak digigiti tikus. Tarik saja dari sana, beres.”

Dengan cekatan, para tukang mengikuti instruksi Lily. Benar saja, masalah selesai.

Sementara itu, Arzhel duduk santai di kursi malas di beranda depan, menyeruput kopi hitam hangat. Matahari pagi menyinari wajahnya, membuatnya tampak seperti seseorang yang benar-benar menikmati hidup tanpa beban.

“Ahhhh… pagi yang indah melihat orang-orang bekerja…” ucapnya dengan gaya khas pengangguran yang menemukan surga dunia.

Saat itu juga, notifikasi ponselnya berbunyi. Arzhel merogoh sakunya dengan malas.

“Market Ilahi lagi?” gumamnya sambil membuka layar. Namun alisnya terangkat ketika mendapati itu hanyalah pesan biasa.

“Oh? Pesan dari Daniel…”

Ia membuka pesan itu.

Daniel: Saking sulitnya menghubungimu, aku hampir menyewa detektif. Sutradara Raymond mencarimu. Dia punya banyak proyek film baru. Kenapa kau tidak datang ke kantor dan menemuinya?

Arzhel terdiam sejenak, lalu terkekeh lirih.

“Saking seringnya memakai Market Ilahi, aku sampai lupa kalau ponsel ini juga ponsel biasa.”

Ia menatap layar sebentar, lalu bergumam, “Pak Sutradara, ya? Kalau aku dapat peran orang mati atau tersiksa lagi… itu akan sangat ironis.”

Senyum tipis muncul di wajahnya, tapi sorot matanya tajam penuh tekad. “Tapi mimpi tetaplah mimpi. Aku tidak akan berhenti di tengah jalan."

Arzhel segera mengetik balasan.

Arzhel: Baik, lain kali aku akan datang.

Ia menutup ponselnya, lalu berdiri sambil merentangkan tubuh. Melihat para tukang yang masih bekerja dengan Lily sebagai “komandan kecil” mereka, ia berteriak santai,

“Lily! Aku keluar sebentar. Urus mereka untukku.”

Lily yang sedang berdebat dengan salah satu pekerja langsung menoleh, memberi hormat dengan gaya militer.

“Aye aye, bos!”

Para tukang hanya bisa menghela napas, antara kagum dan geli dengan “mandor mungil” yang mereka dapatkan secara gratis.

Arzhel tertawa lirih, lalu melangkah keluar. Dalam hati ia bergumam, 'baiklah… kalau aku benar-benar ingin jadi aktor, inilah waktunya untuk mulai serius.'

Namun sebelum itu, ada satu tempat yang ingin dia kunjungi...

Arzhel menjejakkan kakinya ke lobi hotel dengan langkah penuh keyakinan. Untuk beberapa hari terakhir, hanya satu alasan yang membuatnya terus datang ke sini—Novita.

Gadis itu seperti bayangan masa lalu yang kembali menuntut jawab, dan Arzhel tak bisa membiarkannya begitu saja menghilang tanpa kata.

Ia mendekati meja resepsionis. Senyumnya tipis, namun sorot matanya menyimpan kegelisahan.

“Permisi,” ucapnya, suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya. “Apa sekarang saya bisa menemui Novita?”

Resepsionis itu menoleh, lalu sejenak terdiam sebelum membuka suara.

“Maaf, Tuan… Novita sudah tidak bekerja di sini lagi. Dia baru saja resign.”

Kata-kata itu jatuh seperti palu ke dada Arzhel. Dunia seolah berhenti berputar. Untuk beberapa detik, ia hanya bisa menatap kosong ke meja kayu di hadapannya.

Semua usahanya, siang dan malam datang hanya untuk melihat sekilas sosoknya… berakhir begitu saja.

“…Resign?” Arzhel mengulang lirih, seakan berharap ia salah dengar.

Resepsionis itu mengangguk pelan. “Benar, Tuan. Kami sendiri juga kaget. Dia tidak memberi banyak penjelasan.”

Arzhel menarik napas dalam-dalam. Ada sesuatu yang mencekik dadanya, perasaan konyol yang sulit ia kendalikan. Namun ia masih mencoba.

“Kalau begitu… apa saya bisa tahu alamat atau mungkin nomor teleponnya?” tanyanya, nyaris memohon.

Resepsionis tampak sedikit menyesal, tapi ia tetap menggeleng.

“Maaf, Tuan. Novita tidak pernah membagikan informasi pribadinya, bahkan kepada rekan-rekan kerjanya. Kami benar-benar tidak tahu.”

Hening panjang menggantung di udara. Akhirnya Arzhel menunduk, suaranya lirih.

“…Begitu ya. Maaf sudah merepotkan.”

Ia berbalik, langkahnya berat seakan semua tenaga hilang dari tubuhnya. Saat pintu hotel terbuka otomatis di hadapannya, angin sore menerpa wajahnya, namun dinginnya tidak bisa mengalahkan dingin di dalam hatinya.

'Kenapa...?' pikirnya dalam hati. 'Kenapa kau sebegitunya menghindar dariku? Apa aku begitu buruk di matamu?'

Ia meneguk udara kasar, berusaha menahan rasa sesak yang menggerogoti dadanya. Untuk sesaat, ia bahkan tidak tahu kemana harus melangkah. Semua jalur untuk menemuinya seakan ditutup rapat.

“Takdir…” gumamnya dengan suara serak. “Mungkin… memang takdir tidak mengizinkan kita bersama.”

Dengan itu, Arzhel berjalan pergi, siluetnya ditelan hiruk-pikuk kota, menyisakan perasaan kosong yang tak bisa ia buang begitu saja.

1
Jujun Adnin
kopi dulu
Depressed: "Siapa bilang Iblis itu tak punya hati? Temukan kisahnya dalam Iblis Penyerap Darah."
total 1 replies
Redmi 12c
lanjuuttt
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
El Akhdan
lanjut thor
Caveine: oke bang👍
total 1 replies
REY ASMODEUS
kerennn 2 jempol untuk othor🤭🤭🤭
REY ASMODEUS
siap nona bos kecil
Redmi 12c
kreeeenn
Redmi 12c
anjaaaiii dewa semproolll🤣🤣🤣🤣🤣🤣
REY ASMODEUS
Thor up banyak ya, ini karya dengan tata bahasa simple tapi masuk akal....
REY ASMODEUS
dewa kuliner dewa gila rasa /Smirk//Smirk//Smirk/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!