Sebuah kota dilanda teror pembunuh berantai yang misterius.
Dante Connor, seorang pria tampan dan cerdas, menyembunyikan rahasia gelap: dia adalah salah satu dari pembunuh berantai itu.
Tapi, Dante hanya membunuh para pendosa yang lolos dari hukum.
Sementara itu, adiknya, Nadia Connor, seorang detektif cantik dan pintar, ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuh berantai ini.
Nadia semakin dekat dengan kebenaran.
Ketika Nadia menemukan petunjuk yang mengarah ke Dante, dia harus memilih: menangkap Dante atau membiarkannya terus membunuh para pendosa...
Tapi, ada satu hal yang tidak diketahui Nadia: pembunuh berantai sebenarnya sedang berusaha menculiknya untuk dijadikan salah satu korbannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dev_riel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Target Dante Berikutnya!
Semua itu di awali oleh kehadiran Sersan Daniel. Setiap pahlawan tentu punya musuh bebuyutan, dan dia adalah musuh bebuyutanku. Aku tidak melakukan apa-apa terhadapnya, tetapi dia justru memilih untuk memburuku, menggangguku dari kerjaku yang baik.
Adilkah bila dia mengejarku seperti ini, hanya karena aku sering kali melakukan sedikit perburuan malam?
Aku mengenal Sersan Daniel jauh lebih baik daripada yang sesungguhnya aku inginkan. Aku mencari tau tentang dirinya karena satu alasan sederhana, dia tidak pernah menyukaiku, terlepas dari fakta bahwa aku sangat bangga karena bisa bersikap riang dan penuh pesona di kehidupan tingkat tinggi.
Namun, sepertinya Daniel bisa melihat bahwa itu semua palsu. Semua hasil jerih payahku bisa ditepisnya.
Menurut gosip yang kudengar, dia adalah bekas tentara, dan semenjak kedatangannya di departemenku, dia telah terlibat dalam beberapa penembakan fatal, yang dinilai Departemen Urusan Internal sebagai tindakan yang tepat.
Orang yang logis mungkin berpikir bahwa aku dan dia bisa mencari kesamaan, bertukar pikiran. Tidak! Daniel ingin aku mati sehingga sulit bagiku untuk berbagi pandangan dengannya.
Daniel telah bekerja cukup lama dengan Detektif Sofia Ramirez ketika Detektif itu mati dengan cara yang mencurigakan. Sejak itu, perasaannya padaku telah tumbuh menjadi lebih dari sekedar kebencian.
Daniel yakin bahwa aku ada kaitannya dengan kematian Sofia. Hal itu sangat tidak benar dan sangat tidak adil. Aku hanya mengawasi, apakah ada yang membahayakan dari itu? Tentunya aku telah membantu pembunuh yang sebenarnya kabur, tetapi apalagi yang bisa kamu harapkan?
Semuanya telah berakhir, aku akan menjalani hari-hariku seperti biasanya tanpa menimbulkan Kecurigaan pada Sersan Daniel.
Tidak lama setelah pemakaman Detektif Sofia, ada saat-saat ketika aku merasa punya alasan untuk mendengarkan bisikan-bisikan dan mulai merencanakan suatu petualangan kecil.
Aku telah menemukan rekan sepermainan yang sempurna, seorang agen penjualan real estate yang sangat menyenangkan bernama Ethan Hunter. Dia adalah seorang pria bahagia dan periang yang senang menjual rumah kepada keluarga yang sudah punya anak.
Khususnya anak laki-laki. Ethan sangat menyukai anak laki-laki yang berusia antara lima dan tujuh tahun.
Sulit untuk menyalahkan polisi, setidaknya untuk kasus yang satu ini.
Empat bulan setelah membaca berita di koran tentang bocah yang hilang, aku membaca cerita yang mirip. Bocah-bocah ini sebaya, detail seperti itu selalu memberi pencerahan.
Akhirnya, aku menggali cerita pertama lalu membandingkan dengan yang kedua. Kusadari bahwa di dalam kedua kasus, koran itu mengumbar kesedihan kedua keluarga dengan menyebutkan bahwa mereka belum lama pindah ke rumah baru.
Cukup kabur. Detektif Dante harus menggali cukup dalam karena awalnya hal-hal itu seolah tidak berhubungan. Dan itu menciptakan begitu banyak kemungkinan. Mereka pergi ke gereja yang berbeda, sekolah yang berbeda, dan memakai jasa perusahaan yang berbeda dalam mengurus kepindahan.
Akhirnya, aku temukan hubungannya. Kedua rumah tercantum di dalam kantor real estate yang sama, sebuah kantor kecil di Shadowfall City Selatan yang hanya memiliki satu orang agen, seorang pria periang dan bersahabat bernama Ethan Hunter.
Aku menggali lebih dalam lagi. Ethan Hunter bercerai dan tinggal sendirian di rumah kecil yang terletak di jalan Old River di Shadowfall City Selatan. Dia punya kapal layar di pelabuhan. Kapal itu juga merupakan tempat bermain yang luar biasa nyaman.
Itu adalah caranya untuk membiarkan sobat-sobat kecilnya bermain sendirian sementara dia bisa menjelajah tanpa terlihat dan terdengar.
Untuk itu diperlukan cara yang menakjubkan untuk membuang remah-remah yang tersisa. Hanya beberapa mil dari Shadowfall City, arus teluk menyediakan tanah pembuangan yang hampir tidak berdasar.
Tidak mengherankan jika tubuh bocah-bocah itu tidak pernah ditemukan.
Sungguh ide yang sangat rapi dan dalam waktu singkat hal itu langsung memindahkan Ethan Hunter ke puncak daftarku.
Aku selalu mencoba untuk menghindari aksi membantai orang yang salah, dan sungguh memalukan untuk memulainya sekarang, bahkan terhadap seorang agen penjualan real estate. Terpikir olehku bahwa cara terbaik untuk memastikan adalah dengan mengunjungi kapal yang dicurigai itu.
Kutinggalkan pekerjaanku di laboratorium forensik Kepolisian Shadowfall City lebih cepat lalu memutar arah untuk pergi ke jalan Old River. Aku berbelok ke kiri menuju Silent Hill. Sesuai harapanku, tempat itu tampak terpencil.
Namun, aku tau ada gardu satpam di depan. Sepertinya, tidak menampakkan diri di gardu satpam adalah ide yang baik. Penting untuk tidak terlihat orang di hari hujan seperti sekarang.
Di sisi kiri jalan terdapat lapangan parkir kecil. Kuparkir mobilku dan kutarik jaket berwarna kuning terang. Pakaian yang tepat untuk dikenakan saat menerobos masuk ke dalam kapal seorang paedofil pembunuh.
Aku menelusuri jalur sepeda yang menyambung ke jalan. Bila hal yang hampir mustahil terjadi, yakni jika si satpam melongokkan kepalanya keluar dari gardu ke arah hujan, maka dia tidak akan melihat apa pun selain warna kuning terang yang sedang berlari-lari.
Dan berlarilah aku, bergerak mendekati jalan kecil itu. Sesuai harapanku, tidak ada tanda-tanda kehidupan di gardu satpam. Maka aku berlari ke lapangan parkir yang ada di dekat laut. Kapal sederhana milik Ethan Hunter berada hampir di ujungnya.
Pelabuhan itu terpencil, dan dengan penuh suka cita aku masuk melalui gerbang yang ada di dalam pagar bergembok rantai, kulalui papan tanda bertuliskan HANYA PEMILIK KAPAL YANG DIPERBOLEHKAN MASUK KE DERMAGA.
Kapal milik Ethan Hunter berusia lima atau enam tahun dan menunjukkan sedikit tanda-tanda lapuk. Geladak dan pagarnya digosok bersih dan aku berhati-hati untuk tidak meninggalkan lecet saat memanjat ke dalam.
Aku hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk membuka kunci dan masuk ke dalam. Kapal pada umumnya berbau tidak sedap ketika didiamkan di bawah sinar matahari meski hanya untuk beberapa jam.
Akan tetapi, ada sedikit jejak wangi di udara, seolah-olah ada orang yang dengan rajin menggosok kabin sehingga tidak ada kuman atau bau apak.
Di sana ada meja kecil, dapur dan satu unit TV kecil di rak berjeruji dengan setumpuk film di sampingnya: SpiderMan, Finding Nemo. Aku terhenyak, berapa banyak bocah yang dikirimkan Ethan Hunter untuk menemukan Nemo?
Aku sangat berharap bahwa Nemo akan segera menemukan dia. Aku melangkah ke dapur dan mulai membuka laci-laci. Salah satu lagi diisi dengan permen, laci kedua diisi dengan mainan action figure dari plastik. Laci ketiga disesaki dengan gulungan lakban.
Lakban adalah benda yang menakjubkan dan seperti yang kuketahui dengan sangat baik, lakban bisa digunakan untuk berbagai hal yang mengagumkan sekaligus bermanfaat.
Namun, rasanya mempunyai sepuluh lakban di laci kapal adalah sesuatu hal yang berlebihan. Kecuali kamu memakai lakban itu untuk tujuan khusus yang memang membutuhkan banyak lakban.
Aku menuruni tangga menuju area depan yang mungkin disebut sebagai kamar tidur oleh si agen penjualan itu. Kusentuh matras itu, kudengar bunyi desis di bagian bawah.
Bagian bawah matras itu terbuat dari karet. Aku membalik matras itu ke satu sisi. Ada empat cincin gerendel yang direkatkan ke rak di tiap sudutnya. Kubuka lubang yang ada di bawah matras.
Seseorang mungkin berharap untuk menemukan sejumlah rantai di kapal. Namun, borgol yang menyertai tidak tampak seperti perangkat yang biasa dimiliki pelaut.
Lalu, untuk apa semua itu? Bila kamu pikir baik-baik, jelaslah bahwa ketika berlayar lagi dengan sobat kecilnya, Ethan Hunter akan pulang hanya dengan membawa empat jangkar di bawah tempat tidurnya.
Dapat dipastikan kalau aku sedang mengumpulkan detail-detail kecil yang cukup untuk membuat sebuah gambaran yang menarik.
Namun sejauh ini, aku hanya menemukan benda-benda yang kemudian bisa di anggap sekadar kebetulan yang besar, jadi aku harus benar-benar yakin. Aku harus mempunyai potongan bukti yang sangat meyakinkan.
Aku menemukan bukti itu di laci sebelah kanan tempat tidur.
Di sana ada tiga laci yang di bangun menempel ke dinding kapal. Aku menarik laci itu. Dan di dalam kompartemen kecil itu...
Aku melihat lima bocah berbeda yang sedang tidak berpakaian di tumpukan foto, di tata dalam berbagai pose, seolah Ethan Hunter sedang mencari gaya yang cocok.
Dan memang begitulah rupanya. Dia sungguh orang yang boros dalam menggunakan lakban. Di salah satu foto, salah seorang bocah tampak seperti terbungkus di dalam kepompong dengan beberapa bagian tubuhnya yang terekspos.
Bagian tubuh yang dibiarkan terbuka oleh Ethan Hunter memberitahukan sesuatu yang sangat penting mengenai dirinya.
Foto-foto itu berkualitas baik dan diambil dari berbagai sudut. Satu seri foto berantai yang luar biasa mencengangkan. Seorang pria telanjang berkulit pucat dan kendur dengan kepala berbalut tudung hitam berdiri di samping bocah yang diselotip erat itu, layaknya sebuah foto kemenangan.
Dari bentuk dan warna tubuh, aku yakin pria itu adalah Ethan. Semakin kubalik lembaran-lembaran foto itu, timbul pikiran menarik di kepalaku.
Permasalahannya adalah siapa yang mengambil Foto-foto ini?
Ada terlalu banyak sudut pengambilan foto apabila menggunakan jepretan otomatis. Ketika kubolak balik lagi foto-foto itu untuk kedua kalinya, aku menyadari bahwa di dalam foto yang diambil dari atas, ada ujung sepatu yang tampaknya seperti ujung sepatu berwarna merah.
Ethan Hunter punya antek. Dia tidak melakukan semua ini sendirian. Seseorang menyertainya, dan bila orang itu tidak melakukan perbuatan itu bersamanya, maka dia telah menonton dan mengambil foto-foto ini.
Aku tidak pernah menghadapi kasus seperti ini. Akan tetapi, mempunyai orang kedua untuk menonton dan memotret menjadikan suatu tindakan yang sangat pribadi menjadi sesuatu yang tidak ubahnya seperti pertunjukan.
Udara di dalam kapal terasa panas dan mencekik. Kupungut beberapa foto yang paling terang dan memasukkannya ke dalam saku.
Sejauh yang bisa kukatakan setelah mengintip keluar jendela, tidak seorang pun yang bersembunyi dan mengamati gerak-gerikku yang penuh rahasia.
Aku keluar dari pintu, memastikan pintu itu terkunci, lalu melangkah santai menembus hujan.
Ethan Hunter yang culas dan temannya si tukang potret. Bagaimana mungkin mereka sanggup melakukan perbuatan biadab itu.
Bagaimana aku bisa mengatur waktu bermain bersama Ethan Hunter.
Tidak ada lagi ruang untuk merasa ragu. Ethan dan aku akan berekplorasi bersama. Lalu ada bonus istimewa, yakni menemukan temannya... tentunya dia harus mengikuti jejak Ethan sesegera mungkin.
Tidak ada tempat bagi orang jahat. Suatu hal yang tidak bisa ditolak.
Penuh dengan pikiran-pikiran gembira, aku tidak mengindahkan hujan saat berjalan gagah untuk bergegas kembali ke dalam mobil. Ada banyak hal yang harus kulakukan.