NovelToon NovelToon
Kanvas Hati

Kanvas Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ramadhan

Berawal dari seorang Pelukis jalanan yang mengagumi diam-diam objek lukisannya, adalah seorang perempuan cantik yang ternyata memiliki kisah cinta yang rumit, dan pernah dinodai oleh mantan tunangannya hingga dia depresi dan nyaris bunuh diri.
Takdir mendekatkan keduanya, hingga Fandy Radistra memutuskan menikahi Cyra Ramanda.
Akankah pernikahan kilat mereka menumbuhkan benih cinta di antara keduanya? Ikuti kelanjutan cerita dua pribadi yang saling bertolak belakang ini!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

Malam semakin larut, dua insan masih terlelap dalam tidurnya. Keduanya tidur dengan tenang setelah sama-sama mencoba membuka hatinya untuk saling menerima dan saling menyayangi seiring berjalannya waktu.

Pukul 04.00 dinihari, Fandy terbangun lebih dulu. Matanya membuka perlahan menatap sekelilingnya. Dia tersenyum seketika saat melihat Cyra yang tidur berpeluk manja di dadanya.

Mata Fandy lalu beralih menatap langit-langit kamar, seperti nampak berpikir dan menerawang jauh apa yang sudah dia lalui sampai saat ini. Semenjak bertemu dengan Cyra, hidupnya seperti roller coaster tapi dia merasa lengkap kini.

Memiliki istri secantik Cyra dan mertua yang kaya raya dan baik hati seolah menambah kebahagiaannya. Fandy merasakan lagi hangat dan nyamannya sebuah keluarga.

Cukup lama Fandy melamun, deru napas dan detak jantung Cyra juga dirinya sangat terasa.

Fandy sesekali mengusap-usap kepala dan punggung Cyra seakan menenangkan jika istrinya bergerak resah, seolah bermimpi buruk dalam tidurnya.

Tidak lama kemudian, tiba-tiba Cyra terbangun. Matanya menatap heran Fandy yang melamun melihat langit-langit kamarnya. "Abang kok melamun, apa yang sedang dipikirin?"

Fandy lalu tersadar. "Kamu jadi ikut terbangun ya. Maaf, aku bangun karena matanya terasa segar sulit untuk memejamkan mata lagi. Mikirin kamu pastinya... hehehe," candanya.

"Apaan sih Bang, pagi-pagi bercanda," omelnya.

"Serius Cyra, aku tuh mikirin kamu dari tadi juga tentang kita."

"Hmm... mikirin aku gimana maksudnya?" tanyanya penasaran.

"Sejak ketemu kamu, hidupku kaya naik roller coaster gitu. Tapi aku bahagia, karena bisa bersamamu dan memiliki keluarga utuh lagi."

"Dari remaja hingga sebelum menikah, aku hanya hidup seorang diri. Sekarang ada kamu dan orang tua lagi," ujarnya sambil menghela napas.

Cyra terharu mendengarnya, dirinya tak menyangka dibalik sikap santai dan humoris suaminya ini ada terselip kisah sedih di antaranya.

"Sekarang ada aku dan juga mama, papa. Aku harap Bang Fandy jangan bersedih lagi, semoga setelah ini kebahagiaan mengiringi keluarga kita."

"Aamiin... semoga ya," doanya tulus. Cyra ikut mengaminkan dalam hati.

"Oh ya Bang, mulai selasa nanti aku sudah selesai cuti kerja. Hampir seminggu lebih sejak kecelakaan lalu, rasanya cepat banget waktu berlalu," kata Cyra lagi.

"Aku masih boleh bekerja, kan?" tanyanya hati-hati.

Fandy terdiam, dalam hatinya ingin melarang tapi tak sanggup dia katakan. Dia tau, istrinya ini suka bekerja meski orang tuanya kaya.

"Kebetulan Cyra tanya, aku ingat permintaan papa tadi. Kita diminta tetap tinggal di sini seminggu ini, setelah itu terserah kita."

"Kalau Cyra masih ingin bekerja silahkan aja enggak apa-apa. Tapi setelah seminggu ini, Cyra mau tetap di rumah ini atau ikut ke rumah Abang?"

"Makasih Bang aku masih dibolehkan bekerja lagi. Kalau enggak keberatan dan diizinkan lagi, berhubung jarak dari rumah ini ke kantor lebih dekat, Cyra ingin di sini dulu."

"Aku ingin menata kembali hati dan emosiku. Selanjutnya sehat jasmani. Baru setelah itu jika semuanya sudah pulih, aku mau tinggal bersama Abang," tambahnya lagi.

"Oh begitu ya, berarti aku juga ada keinginan. Kalau kamu enggak keberatan, aku mungkin akan bolak-balik rumahku dan rumah papa."

"Jika lagi ada banyak pesanan lukisan, lebih nyaman menyelesaikan sisanya di rumah. Jadi misalnya aku enggak pulang ke sini berarti pulang ke rumah ya," jelas Fandy.

"Yah... kalau Bang Fandy enggak pulang ke sini aku tidur sendirian dong, enggak ada yang meluk manja lagi," keluhnya dengan raut wajah sedih.

Fandy tertawa pelan. "Hehehe... sementara aja dulu cantik, gantinya video call aja ya?"

"Beda Abang, kalau video call kan cuma virtual. Kalau kamu di sampingku baru nyata adanya."

"Terus mau gimana dong? Udah kamu tinggal sama Abang aja ya, kamu peluk aku sehari semalam boleh banget enggak bakal nolak deh," goda Fandy.

Cyra cemberut, bibirnya manyun tampak lucu menggemaskan di mata Fandy. "Pokoknya kalau aku lagi kangen banget, kuminta Abang datang harus pulang cepet ke sini ya!"

Fandy tertawa lagi. "Iya istriku cantik, kamu gemesin banget sih dari tadi pengen nyubit rasanya," iseng Fandy langsung mencubit gemas pipi Cyra.

Cyra berusaha menghindar dan menepis tangan Fandy, tapi suaminya tidak mau kalah tetap mencubiti pipinya yang masih cemberut.

"Abang udah ih, sakit tau lama-lama dicubit gini," keluhnya. Refleks karena kesal Cyra balas mencubiti pipi Fandy dan menggelitiki bawah ketiak dan pinggang suaminya.

Fandy terkekeh, merasa geli tubuhnya karena ulah Cyra. "Aduh Cyra... ampun deh geli banget sumpah," ucapnya memohon.

"Biarin aja, syukurin. Siapa suruh Abang yang mulai duluan tadi, kan?" katanya membela diri.

Cyra tak mau berhenti, akhirnya Fandy ada niat lain dalam pikirannya. Dengan gerakan cepat Fandy meraih tubuh Cyra dalam kungkungannya. Fandy berada di atas tubuh istri cantiknya kini.

Fandy menahan kedua tangan Cyra di atas kepalanya. Ditatapnya lama binar indah mata istrinya, keduanya saling beradu mata. Perlahan kabut gairah muncul kemudian.

Fandy berinisiatif lebih dulu. Dia menghembuskan napasnya ke telinga Cyra, lalu menjilat telinga Cyra dengan selembut mungkin.

Cyra seolah tersetrum, dirinya merasa ada sensasi aneh dalam tubuhnya. Jantungnya berdegup tak karuan. Matanya sendu menatap Fandy, dia hanya pasrah menanti.

Fandy berbisik lirih. "Masih sakit enggak milikmu itu?"

Cyra menggeleng pelan. "Udah enggak begitu Bang."

"Boleh ya? Aku ingin kita menyatu lagi, aku berusaha untuk menahannya dari tadi tapi ini sungguh sulit Cyra," lirih Fandy menahan hasrat.

Cyra mengusap sayang kedua pipi Fandy. "Iya Bang boleh, lakukanlah karena aku pun menginginkannya," jujur Cyra.

Fandy tersenyum manis, senang Cyra memahami keinginan terdalamnya. Perlahan dia kecup kening Cyra, turun ke kedua matanya, lalu ke pipi hingga saat di bibir tiga kali kecupan Fandy berikan.

Cyra spontan memejamkan matanya seolah menikmati apa yang Fandy lakukan padanya. Saat kecupan Fandy berakhir dia membuka matanya.

"Tak bosannya aku ingin selalu memandangi wajah cantikmu ini, rasanya enggak percaya kamu ini nyata di sisiku saat ini," ucap Fandy masih tak yakin.

Cyra tertawa pelan. "Hehehe... bisa aja Bang Fandy. Ini beneran nyata lho Bang, aku di sini untukmu." Merasa gemas, Cyra mencubit pipi dan bibir Fandy cukup kuat.

"Aduh sakit Cyra. Tega ih kamu, kdrt ini namanya," keluh Fandy sambil mengusap bekas cubitan Cyra.

"Hahaha... Abang lucu deh lama-lama. Lebay tau segala kdrt. Ini cubit sayang namanya."

Tanpa banyak kata lagi. Fandy langsung melumat bibir tipis Cyra, bibir keduanya saling berpagut mesra dengan mata saling memejam. Setelah itu, Fandy mengigit sedikit bibir Cyra, otomatis istrinya membuka mulutnya.

Lidah Fandy menyusup pelan ke dalam mulut Cyra, mencari lidahnya. Kedua lidah mereka saling membelit indah, makin melengkapi ciuman hangat di antara keduanya.

Puas berciuman, bibir Fandy menyusuri seluruh tubuh Cyra. Diciuminya semuanya tanpa terlewat sedikitpun. Perlahan dia buka satu persatu kain yang melekat di tubuh Cyra hingga tak tersisa satu helai pun.

Cyra pun melakukan hal yang sama pada Fandy, hingga keduanya sama-sama polos kini. Fandy melanjutkan lagi, hasrat dalam dirinya makin memuncak.

Dada indah Cyra tak luput dari genggaman kokoh tangan Fandy, dia meremas lembut dan diciuminya dengan penuh perasaan. Tangannya yang lain meraba inti tubuh istrinya di bawah sana. Mulut Fandy sampai juga di miliknya. Dimanjakan miliknya itu hingga Cyra merasa nikmat.

Tubuh Cyra melenting ke atas, tak tahan dengan serbuan mulut dan tangan Fandy pada tubuhnya. Napasnya makin memburu, gabut gairah di antara keduanya makin menyala.

Setelah dirasa milik Cyra sudah siap menerima, perlahan milik Fandy yang sudah berdiri sempurna menyapa manja milik Cyra. Penyatuan keduanya pun berlanjut, milik Fandy masuk sedikit demi sedikit hingga terbenam sempurna di miliknya Cyra.

Tubuh keduanya saling bergerak, hembusan napas keduanya makin memburu. Berpelukan erat dan saling berciuman dengan penuh na*su. Mereka mengejar puncak kenikmatan, Cyra lebih dulu sampai. Tak lama kemudian disusul Fandy.

Cairan kenikmatannya telah dia semburkan ke dalam rahim Cyra, menandakan puncak gairahnya sudah tercapai.

"Kamu selalu nikmat Cyra, aku menyayangimu," ucap Fandy sambil mencium bibir Cyra.

"Abang juga sama nikmatnya, Cyra juga menyayangimu," kata Cyra dengan balas mencium bibir Fandy.

1
Syahril Salman
semangat lanjut kakak 💪😍
Syahril Salman: sama2 kak😍
total 2 replies
Mericy Setyaningrum
Romantis ceritanya ya Kak
Lia Ramadhan 😇😘: makasih banget kak untuk supportnya🙏🤗
total 3 replies
Syahril Salman
jadi tambah bagus kak covernya 😍👍
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Syahril Salman
Ceritanya bagus, simple dan mudah dimengerti. Saya suka karakter Fandy yang berkomitmen, padahal belum mengenal Cyra lebih jauh tetapi berani memutuskan akan menikahinya.
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak untuk ulasan positifnya🙏
total 1 replies
Syahril Salman
lanjutkan kk ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!