NovelToon NovelToon
Sang Pianis Hujan

Sang Pianis Hujan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Rebirth For Love / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:539
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Namanya Freyanashifa Arunika, gadis SMA yang cerdas namun rapuh secara emosional. Ia sering duduk di dekat jendela kafe tua, mendengarkan seorang pianis jalanan bermain sambil hujan turun. Di setiap senja yang basah, Freya akan duduk sendirian di pojok kafe, menatap ke luar jendela. Di seberang jalan, seorang pianis tua bermain di bawah payung. Jemari hujan menari di kaca, menekan window seolah ikut bermain dalam melodi.

Freya jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Shani-seseorang yang tampak dewasa, tenang, dan selalu penuh pengertian. Namun, perasaan itu tak berjalan mulus. Shani tiba-tiba ingin mengakhiri hubungan mereka.

Freya mengalami momen emosional saat kembali ke kafe itu. Hujan kembali turun, dan pianis tua memainkan lagu yang pelan, seperti Chopin-sebuah lagu perpisahan yang seolah menelanjangi luka hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19 : Diantara Cinta Yang Tak Sempurna

Khawatir dengan keadaan sahabatnya, Azizi memutuskan untuk menginap. Bukan hal yang aneh, karena itu sering dia lakukan. Orang tua Freya sudah menganggap Azizi dan Zheng Danni sebagai bagian dari keluarga. Kedekatan ketiga keluarga mereka memang erat, layaknya saudara kandung.

"Frey, gak ingin cerita apapun?" Tanya Azizi.

"Maaf..." Ucap Freya. Kedua gadis itu tidur bersama. Tapi mereka lebih seperti pasangan suami istri yang sedang bertengkar, tidur dengan cara saling memunggungi.

Tidak nyaman dengan keheningan di antara mereka, Azizi berbalik menatap punggung Freya yang terlihat tegang dari balik selimut. Napasnya teratur, tapi Azizi tahu itu bukan tanda kalau Freya sudah tertidur. Dia hanya sedang menghindar.

"Kalau kamu diem terus, aku gak tahu harus gimana," gumam Azizi pelan, nyaris seperti bicara ke dirinya sendiri.

Freya menggenggam ujung selimut lebih erat. Ada banyak hal yang ingin dia katakan, tapi lidahnya terasa berat. Dia takut kalau kata-kata yang keluar justru akan memperburuk keadaan. Beberapa menit berlalu dalam hening, hanya suara jarum jam yang terdengar. Azizi akhirnya menyerah, memutar tubuhnya menghadap langit-langit. Tapi sebelum matanya terpejam, dia mendengar suara lirih dari arah Freya.

"Zee... kalau suatu hari aku pergi jauh... kamu bakal nyari aku, kan?"

Azizi sontak menoleh, tapi Freya tetap tak membalikkan badan. "Itu pertanyaan bodoh. Tentu saja aku nyari kamu. Bahkan kalau kamu sembunyi di ujung dunia sekalipun."

Freya tersenyum tipis, tapi senyum itu tak terlihat oleh siapa pun. "Terimakasih."

Azizi menghela napas, mendekat, lalu menyentuh punggung Freya dengan pelan. "Kalau soal kamu, aku gak pernah setengah-setengah. Aku sayang sama kamu, bukan hanya sebagai sahabat, tapi saudari." Freya tak menjawab, tapi genggaman tangannya pada selimut perlahan mengendur. Meski begitu, rasa gelisah di dadanya belum hilang—malah semakin kuat.

"Besok hari minggu, kamu ada rencana?" Tanya Azizi. Freya menggeleng samar.

"Gimana kalau kita jalan-jalan keliling kota?" Usul Azizi.

"Aku hanya akan menjadi nyamuk diantara kalian." Balas Freya. Dia tau kalau Azizi akan mengajak Zheng Danni dalam acara itu.

"Tentu tidak, Frey. Danni akan ikut besok, tapi bukan sebagai pacar aku. Melainkan nostalgia saat kita bertiga masih kecil dulu. Meski sekarang aku dan Danni berpacaran, tapi aku yakin Danni akan bersikap saat dia masih kecil. Menjadi pelindung Kita berdua." Ucap Azizi.

"Ya, Tentu. Itu akan menyenangkan." Ucap Freya.

Azizi tersenyum lega mendengar jawaban itu, walau ia tahu nada suara Freya masih sendu. Setidaknya, itu bukan penolakan. "Kalau gitu besok kita berangkat jam sembilan, ya. Kita sarapan dulu, sambil nunggu Danni jemput." Freya hanya mengangguk, lalu kembali diam.

Malam itu mereka akhirnya tertidur, tapi Freya membuka matanya kembali. Ia mendengar sebuah dengkuran halus, Azizi terlelap dengan pulas di sampingnya. Jam dinding menunjukan pukul 2 dini hari. Freya bangun dengan pelan dari kasurnya, kemudian berjalan menuju meja belajar. Ia mengambil sebuah buku catatan, mengambil pensil, menuliskan sesuatu di atas kertas.

'Aku tidak tahu cara membencimu dengan baik dan benar, seperti kau tidak tahu cara mencintaiku dengan baik dan benar'

...***...

Keesokan paginya, Azizi membangunkan Freya yang masih terlelap di dalam selimut hangatnya.

"Frey, bangun yuk. Kita kan mau jalan-jalan hari ini." Ucap Azizi.

Freya mengerjap, mencoba mengumpulkan kesadarannya. "Tunggu dibawah, aku mau mandi dulu." Ucap Freya sembari terduduk di atas ranjang.

"Jangan lama-lama, ya." Ucap Azizi sambil berjalan keluar dari kamar.

Freya menatap punggung Azizi sampai pintu tertutup rapat. Begitu sendirian, dia menarik napas panjang, lalu menunduk memandang laci meja belajarnya. Catatan yang ia tulis semalam masih ada di sana, terselip di antara halaman buku.

Di kamar mandi, air hangat menyapu wajahnya, membuat pikirannya sedikit jernih. Setelah berganti pakaian, Freya turun ke ruang tamu. Azizi sudah duduk di sofa, memainkan ponselnya, sementara Zheng Danni tengah mengobrol bersama ayahnya.

"Udah siap, Frey?" Tanya Azizi. Freya mengangguk.

"Mau sarapan dulu, sayang?" Tanya ibunya.

Freya menggeleng lembut, "Gak usah, Mah." Tolak Freya.

"Kalian mau kemana, hari ini?" Tanya Ayah Freya sembari meneguk cangkir kopinya.

"Kami bertiga hanya ingin jalan-jalan saja, Om. Nostalgia waktu kecil dulu." Ucap Azizi. "Dan kamu..." Tunjuk Azizi pada Danni. "Harus jadi Bodyguard kita berdua hari ini."

"Dengan senang hati, Nona-nona." Ucap Danni.

Mereka bertiga berpamitan, melangkah keluar rumah dengan suasana yang—setidaknya di mata orang tua Freya—terlihat riang. Zheng Danni melajukan mobilnya pelan. Azizi dan Freya duduk di belakang, sementara Danni menjadi Sopir. Tujuan pertama mereka adalah sebuah kafe roti. Begitu masuk, aroma kopi dan mentega langsung menyambut. Setelah sarapan, mereka berkeliling kota. Mampir ke taman, toko buku kecil yang sudah mereka kenal, dan lapangan basket tua tempat mereka dulu sering bermain sore. Danni mencoba menjaga suasana tetap hangat, tapi Azizi tahu Freya hanya ikut demi mereka, bukan karena benar-benar ingin.

Sore hari, mereka duduk di teras sebuah Cafe Kopi. Cafe tersebut sudah berdiri sejak mereka bertiga masih sangat kecil. Dulu ketiganya sering datang kesini hanya untuk mencium aroma kopi. Seiring waktu berlalu, langit sore mulai berwarna jingga keemasan, dan suara obrolan pengunjung lain berpadu dengan aroma kopi yang menguar hangat dari dalam kafe. Freya menggenggam cangkir cokelat panas yang sudah setengah dingin.

Azizi memperhatikan sahabatnya itu dari seberang meja. "Gimana, Frey. Nostalgia banget, ya."

Freya mengangguk pelan. "Cuma… aneh aja rasanya, kita duduk di sini lagi setelah sekian lama."

Danni ikut menimpali sambil tersenyum. "Iya, dulu kita ke sini cuma modal uang receh buat beli satu gelas kopi susu yang kita bagi bertiga."

Azizi tertawa kecil. "Dan kamu selalu kebagian paling banyak."

"Karena kalian berdua sibuk ngobrol, yasudah aku yang minum," jawab Danni pura-pura bangga. Freya tersenyum tipis, tapi matanya tetap redup. Tatapannya jatuh pada cangkir yang isinya hampir habis.

Ditengah suasana Nostalgia tersebut, pandangan Azizi tidak sengaja menangkap seseorang di seberang jalan. Orang itu bergandengan tangan dengan seorang gadis yang sangat dia kenali. Tanpa sadar, tangan Azizi mengepal erat. Hal itu di sadari oleh kekasihnya. Zheng Danni ikut melihat kemana arah pandang Azizi. Mengetahui apa yang di lihatnya, rahangnya ikut mengeras.

Azizi tiba-tiba berdehem, "Sayang, anter ke toko itu dulu, yuk." Tunjuk Azizi pada toko pernak-pernik di sebrang jalan. Toko tersebut tidak terlihat dengan jelas karena terhalang bangunan toko lainnya.

Zheng Danni yang memang dasarnya adalah orang yang peka, mengerti dengan apa yang di maksud kekasihnya. "Yuk.." ucapnya sambil berdiri.

"Frey, tunggu sebentar di sini, ya. Aku sama Danni gak akan lama." Ucap Azizi. Freya mengangguk, ia tidak ingin menganggu momen romantis dari kedua sahabatnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!