Aira tak menyangka jika pernikahan harmonis yang ia bina kini hancur lebur, karna orang ketiga.
Dunianya hancur, hingga sebuah kecelakaan menimpanya dan membuat ia koma. setelah sadar, ia dihadapkan dengan seorang pria yang tiba-tiba saja menjadikannya seorang budak. hingga dimana Aira dijadikan bak seorang tawanan oleh pria misterius itu.
sementara disisi lain, Rayyan berusaha menjalani dendam yang diamanatkan padanya dari sang ayah. dendam yang begitu membuatnya berapai-api pada Aira.
akankah Rayyan berhasil menuntaskan dendamnya? atau malah rasa cinta timbul dihatinya untuk Aira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annavita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Saat Rayyan hendak beranjak pergi, langkahnya terhenti oleh kedatangan seorang pria yang memasuki ruangan. Ia menoleh ke arah Danu, mencari penjelasan atas kehadiran orang asing tersebut.
"Dia Teddy. Asisten pribadiku," jawab Danu, menjelaskan identitas pria itu.
Rayyan menatap Teddy dengan tatapan menyelidik. Ia mengamati setiap detail dari penampilan pria itu, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia mencoba untuk membaca pikiran dan niat Teddy, namun ia tidak menemukan apa pun selain kesetiaan dan kepatuhan. Setelah beberapa saat, Rayyan memutuskan untuk tidak mempedulikan Teddy dan melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan.
Teddy menghampiri Danu dan memberikan hormat dengan sikap hormat dan profesional. Ia adalah seorang pria yang terlatih dan berpengalaman, yang telah lama mengabdi pada Danu. Ia selalu siap untuk melaksanakan perintah apa pun yang diberikan kepadanya, tanpa bertanya atau membantah.
"Perintahkan anak buahmu untuk mengawasi Rayyan dan wanita itu," ucap Danu dengan nada serius. "Pastikan wanita itu tidak menjadi penghalang bagi rencana kita. Jika ia mencoba untuk melarikan diri atau mengkhianati kita, jangan ragu untuk mengambil tindakan yang diperlukan."
Teddy mengangguk dengan tegas, memahami sepenuhnya maksud dari perintah Danu. Ia tahu bahwa Aira adalah kunci utama dalam rencana balas dendam mereka, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun atau apa pun menghalangi jalan mereka. "Siap, Tuan," jawab Teddy dengan nada mantap. "Saya akan melaksanakan perintah Anda dengan sebaik-baiknya."
***
Rayyan melangkah keluar dari rumah mewah itu dan menuju ke kantornya. Ia membutuhkan kesibukan untuk mengalihkan pikirannya dari Aira dan perasaan campur aduk yang menghantuinya. Ia berharap dengan bekerja, ia bisa melupakan sejenak tentang rencana balas dendamnya dan fokus pada hal-hal yang lebih penting.
Saat tiba di tempat parkir kantor, Rayyan melihat sekelompok orang yang berkumpul di dekat mobilnya. Ia mengerutkan kening, merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian dan lebih memilih untuk menyendiri.
Rayyan turun dari mobilnya dengan langkah tegap dan ekspresi dingin. Ia berusaha untuk tidak mempedulikan orang-orang yang berkumpul di sekitarnya dan berjalan menuju pintu masuk kantor. Namun, langkahnya terhenti ketika seorang pria menghampirinya dengan antusias.
"Kau Rayyan? Perkenalkan, aku Gerry, rekan kerjamu mulai sekarang. Senang bertemu denganmu!" sapa Gerry dengan senyum lebar dan jabat tangan yang erat.
Rayyan menelisik Gerry dari ujung kaki hingga kepala. Ia menilai penampilannya yang terlihat sedikit konyol dengan rambut yang ditata berlebihan dan pakaian yang terlalu mencolok. Rayyan tidak terkesan dengan Gerry dan merasa tidak tertarik untuk menjalin hubungan dekat dengannya.
Tiba-tiba, seorang wanita cantik menghampiri Rayyan dan memperkenalkan diri. "Hai, Rayyan. Kenalkan, aku Rania. Aku juga satu tim denganmu," sapa Rania dengan nada genit dan tatapan menggoda. Ia sengaja mendekatkan tubuhnya pada Rayyan, berharap bisa menarik perhatian pria tampan itu.
Rayyan menatap Rania dengan tatapan dingin dan datar. Ia tidak tertarik dengan godaan wanita itu dan merasa risih dengan sikapnya yang terlalu agresif. "Rayyan," balasnya singkat, tanpa senyum atau ekspresi ramah.
Setelah memperkenalkan diri, Rayyan berbalik dan melangkah masuk ke gedung kantor. Ia tidak ingin berlama-lama berinteraksi dengan orang-orang yang baru dikenalnya itu. Ia lebih memilih untuk menyendiri di ruangannya dan fokus pada pekerjaannya.
"Dia sombong sekali," gerutu Rania, merasa kesal karena sikap dingin Rayyan. Ia tidak menyangka bahwa pria tampan itu ternyata memiliki kepribadian yang angkuh dan tidak ramah.
"Iya, lebih baik aku kan?" balas Gerry dengan nada bercanda, berharap bisa menghibur Rania. Ia mendekatkan wajahnya pada Rania dan mencoba untuk menciumnya.
Namun, Rania menolak Gerry dengan mendorong wajahnya menjauh. "Jangan harap!" ucap Rania dengan nada sinis, lalu berbalik dan meninggalkan Gerry sendirian di tempat parkir.
"Rania, tunggu!" teriak Gerry, berusaha mengejar wanita itu. Namun, Rania tidak menghiraukannya dan terus berjalan menuju pintu masuk kantor.
*
Sesampainya di dalam gedung kantor, Rayyan langsung disambut oleh kepala tim komunikasi yang bekerja di pusat pemerintahan. Pria itu menyambut Rayyan dengan senyum lebar dan jabat tangan yang erat, menunjukkan rasa hormat dan kekagumannya pada Rayyan.
Rayyan adalah sosok yang sangat diharapkan untuk meningkatkan kinerja tim komunikasi di pusat pemerintahan. Ia dikenal sebagai ahli IT yang brilian dan inovatif, yang mampu menciptakan solusi-solusi canggih untuk mengatasi berbagai masalah teknis yang dihadapi oleh timnya.
Kepintaran dan keahlian Rayyan telah terbukti dalam berbagai proyek penting yang ia tangani sebelumnya. Ia mampu menghempaskan para saingannya dan berhasil merebut kursi pekerjaan yang sangat bergengsi itu berkat kemampuannya yang luar biasa dalam bidang IT.
Rayyan memiliki kemampuan untuk menganalisis data dengan cepat dan akurat, mengidentifikasi pola-pola yang tersembunyi, dan menemukan informasi penting yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang tepat. Ia juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan perangkat lunak dan aplikasi yang inovatif, yang dapat membantu tim komunikasi dalam menjalankan tugas-tugas mereka dengan lebih efisien dan efektif.
Rayyan adalah aset berharga bagi tim komunikasi di pusat pemerintahan. Ia diharapkan dapat membawa perubahan positif dan meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan. Ia juga diharapkan dapat membantu pemerintah dalam memerangi korupsi dan kejahatan lainnya yang merugikan negara.
*
Rayyan berjalan menuju ruang kerjanya dan menduduki kursinya dengan tenang. Ruangan itu cukup luas dan modern, dengan meja-meja kerja yang tersusun rapi dan komputer-komputer canggih yang terhubung ke jaringan internet. Rayyan berbagi ruangan dengan anggota timnya yang lain, termasuk Gerry dan Rania.
Rayyan mulai bekerja dengan serius. Jari-jemarinya menari di atas keyboard, mengetik kode-kode rumit dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa. Ia mulai menghubungkan akses komputer itu ke tablet miliknya, sebuah perangkat canggih yang ia rancang sendiri untuk membantunya dalam pekerjaannya.
Proses penghubungan berhasil dengan lancar. Rayyan tersenyum tipis, merasa puas dengan hasil kerjanya. Dengan tablet itu, ia bisa mengakses informasi rahasia dan mengendalikan sistem keamanan pemerintah dari jarak jauh.
Namun, tiba-tiba Gerry menggeser kursinya mendekat untuk melihat apa yang sedang dikerjakan oleh Rayyan. Gerry merasa penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh Rayyan, dan ia ingin tahu lebih banyak tentang pekerjaan barunya itu.
Dengan cepat, Rayyan mengganti tampilan layar komputernya dengan tampilan layar kerja kantor yang biasa. Ia tidak ingin Gerry mengetahui apa yang sebenarnya sedang ia kerjakan. Ia tidak mempercayai Gerry dan merasa bahwa pria itu terlalu ingin tahu urusannya.
"Jika ada perlu apa pun, kau bisa mengandalkanku," tawar Gerry dengan senyum ramah. Ia berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan Rayyan dan menawarkan bantuannya jika Rayyan membutuhkan sesuatu.
Rayyan tersenyum malas mendengar tawaran Gerry. Ia tidak tertarik dengan tawaran pria itu dan merasa bahwa ia tidak membutuhkan bantuan siapa pun.
"Terima kasih," balas Rayyan dengan nada sedikit menekan. "Sepertinya aku tidak butuh."
Gerry menelan ludah mendengar jawaban Rayyan yang ketus. Ia merasa tersinggung dengan sikap Rayyan yang sombong dan angkuh. Ia menyadari bahwa Rayyan bukanlah orang yang mudah didekati dan ia harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan pria itu.
Dengan perasaan kecewa, Gerry kembali menggeser kursinya ke mejanya sendiri. Ia merasa malu dan bodoh karena telah mencoba untuk mendekati Rayyan. Ia memutuskan untuk tidak lagi mengganggu Rayyan dan fokus pada pekerjaannya sendiri.
***
Saat jam makan siang tiba, dering ponsel Rayyan memecah keheningan ruang kerjanya. Tertera nama pengasuh rumahnya di layar. Jantung Rayyan berdegup kencang, firasat buruk tiba-tiba menghantuinya. Ia segera mengangkat panggilan itu.
"Tuan Rayyan, Nona Aira... Nona Aira pingsan!" suara panik pengasuh rumah terdengar di seberang sana.
Rayyan terkejut mendengar berita itu. Ia merasa khawatir dengan kondisi Aira, meskipun ia berusaha untuk tidak menunjukkannya. Ia segera memutuskan untuk pergi ke rumahnya dan melihat keadaan Aira secara langsung.
"Saya segera ke sana," jawab Rayyan singkat, lalu menutup telepon. Ia bangkit dari kursinya dan bergegas keluar dari kantor, meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk.
Saat tiba di tempat parkir, Rayyan melihat pemandangan yang membuatnya mengerutkan kening. Ia melihat Rania, rekan kerjanya yang genit, sedang mengobrol akrab dengan seorang pria yang tidak asing baginya. Pria itu adalah Dimas, mantan suami Aira.
Rayyan mengenal Dimas dengan baik. Ia telah mengumpulkan informasi tentang Aira sejak lama, termasuk tentang kehidupan pernikahannya dengan Dimas. Ia tahu bahwa Dimas adalah pria yang tidak setia dan telah menyakiti hati Aira berkali-kali.
Rayyan bahkan sudah mengetahui tentang perselingkuhan Dimas sejak dua tahun lalu, namun bukan dengan Rania, melainkan dengan wanita lain. Ia memiliki bukti-bukti yang kuat tentang perselingkuhan itu, termasuk foto-foto dan rekaman percakapan.
Karena mobil mereka parkir bersebelahan, Rania menyadari kehadiran Rayyan dan menyapanya dengan senyum manis. "Kau akan makan siang di luar, Rayyan?" tanya Rania dengan nada menggoda.
Rayyan hanya membalas senyum Rania dengan singkat dan segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak ingin terlibat dalam percakapan yang tidak penting. Ia ingin segera sampai di rumahnya dan melihat keadaan Aira.
"Siapa dia?" tanya Dimas, menatap mobil Rayyan yang melaju meninggalkan tempat parkir. Ia merasa penasaran dengan pria tampan yang baru saja lewat di hadapannya.
"Karyawan baru di timku," jawab Rania dengan nada santai. "Oh iya, sayang, bagaimana kabar istrimu?" Rania sengaja menanyakan tentang Aira untuk memancing reaksi Dimas. Ia ingin tahu apakah Dimas masih mencintai Aira atau tidak.
"Dia hilang," jawab Dimas dengan nada sedih. "Entahlah, aku merasa ada yang tidak beres dengan Aira. Aku khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya." Dimas tampak sangat khawatir dengan keadaan Aira. Ia merasa bersalah karena telah menyakiti hatinya dan membuatnya menghilang.
*
bersambung--
Jangan lupa tinggalkan komentarmu 🥰
guys baca juga ini seru buanget loh... apalagi mantan suami Aira, nanti sadar dan ngejer ngejer lagi tu mantan bini... hoho