NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:792
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Undangan

Rinjani menarik tangannya, ia menunduk, sedangkan Langit sudah menjauh darinya dan mendekat ke arah Olivia.

“Ma, Mama udah pulang? Nafa mana?” tanyanya.

Olivia tidak menjawab, ia berlalu, namun dari sikapnya Langit tahu jika Olivia tidak suka dengan apa yang ia lihat barusan. Langit memilih mengikuti Mamanya ke ruang tengah, ada Nafa dan juga Evan yang baru pulang.

“Kamu makan siang di rumah?” tanya Evan,

“Makan siang berdua gih sama Nafa. Ke EFO atau ke mana gitu.”

“Tapi jam istirahatku udah mau habis, Ma. Nggak keburu kalau harus keluar.” 

Olivia tidak membalas komentar Langit, namun tatapannya menunjukkan jika ia tidak suka penolakan.

Langit mendesah berat, “Ok … ayo, Fa!” Langit berlalu lebih dulu, dan disusul oleh Nafa setelah  Olivia mengodenya.

*

Langit sudah masuk ke dalam mobil bersama Nafa yang sudah menarik seatbelt.

“Kita makan siang di mana?” tanya Langit 

“Terserah, Mas. Ke mana aja boleh.”

Langit membuang napas pelan. Mulai menyalakan mobil. Namun baru ingin menginjak pedal, ponselnya berdering panjang.

“Sebentar,” ucapnya dan Nafa mengangguk.

Melihat penelepon adalah Taufan, Langit segera menerima panggilan itu, “Ya?” Langit diam, mendengarkan Taufan di seberang sana.

“Ya udah. Tunggu saya di kantor!”

Setelah telepon terputus, Langit menghela napas lagi, ia menatap Nafa dengan perasaan bersalah. 

“Fa, maaf. Mas ada kerjaan mendadak.”

Nafa mengangguk kecil, memaklumi, “It's okay, jadi aku makan siang di rumah aja?” tanyanya memastikan.

“Next time, atau nanti malam kalau pekerjaan Mas selesai, kita dinner,” bujuk Langit.

“Nggak masalah, Mas. Take your time,” Nafa tersenyum sebelum keluar  mobil.

Setelah Nafa turun, Langit segera meninggalkan rumah menuju kantor. Taufan mengatakan ini terkait Rinjani dan Langit tidak ingin menundanya.

Setelah tadi terjebak macet saat makan siang, Langit akhirnya sampai di kantor, di ruangannya.

“Ada info apa?” desak Langit. Ia duduk di kursinya.

“Dari info yang saya dapat, Rinjani berada di Pub di sebuah hotel yang sama dengan tempat Anda menginap, Bos. Valid atau tidaknya ia yang bersama Anda malam itu, masih belum bisa dipastikan, sebab CCTV di lorong kamar Anda rusak, dan CCTV lobi saat Rinjani hendak pulang juga hilang. Kemudian di CCTV yang mengarah ke elevator Rinjani sudah pingsan dan dibawa oleh seorang laki-laki. Ke mana Rinjani dibawa, saya belum tahu,” ungkap Taufan.

Langit mengangguk kecil, paham. Menunggu Taufan yang masih ingin menjelaskan informasi selanjutnya.

“Terkait suami Rinjani yang katanya lumpuh, saya sudah memastikan kepada tetangga di tempat dia tinggal. Dia tinggal di kontrakan Ami bersama Sulis. Hanya bertiga. Rinjani memang sempat menikah,  lalu dia kembali dari rumah suaminya malam itu juga dengan keadaan kacau.”

Kedua alis Langit mengernyit, “Sempat menikah?” tanyanya memastikan.

Taufan mengangguk, “Benar, menurut tetangganya seharusnya dia berada di rumah suaminya. Tapi malam itu dia kembali.”

Langit mengangguk, “Baiklah, terima kasih, Fan. Tumben kali ini kamu cekatan.”

“Sama-sama, Bos!”

Taufan tidak menimpali kalimat terakhir dari perkataan atasannya itu. Sesuai rumus, selain wanita, bos adalah orang yang tidak pernah salah.

“Kenapa kamu masih di sani? Kembali  bekerja!” usir Langit. 

Namun Taufan tidak beranjak,

“Ini hanya pendapat, Bos. Apa sebaiknya Anda menyelidiki Desi Harsa juga?”

Langit menimbang, Taufan benar, selain Rinjani yang sudah mulai menemukan titik terang, Desi Harsa adalah orang yang harus diselidiki juga.

Setelah menyetujui usulan Taufan, Langit kembali ditarik ke pekerjaan yang sudah menunggunya. Tenggelam oleh waktu yang terus bergerak petang. Langit mengecek ponsel, sejak jam kerja selesai, ponselnya terus berbunyi, banyak pesan masuk yang menunggu dibaca.

Dari Nando: [Acara tunangan Vicky nanti malam, kalian nggak pada lupa ‘kan? Kita lanjut pesta lajang, siapa yang setuju gue booking tempat biasa?]

Satu pesan teratas di grup ‘Para cogan’ memberikan banyak respons. Semua menyetujui pesta lajang diadakan setelah acara pertunangan.

Pesan itu dibalas Vicky: [Langit mah setuju-setuju aja, dia kan belum nikah. Beda lagi sama Darren si pengantin baru, siap nggak nganterin istri pulang terus lanjut ke pesta?] 

Pesan dari Vicky dibalas Nando, [Ajak aja, Ren! biar tahu Rinjani kelakuan lo kaya gimana kalau udah ketemu pesta! Yakin dah tuh dia tantrum lo simpen di rumah terus, haha] 

Belum selesai pesan itu terbaca sampai akhir. Langit justru stuck di pesan Nando yang baru dibacanya. 

“Rinjani?” tanyanya. Langit mengusap wajahnya dengan kasar, menunggu balasan dari Darren yang masih typing, namun sudah 5 menit ia menunggu, pesan dari Darren tidak muncul, melainkan pesan dari Nando yang sudah dihapus.

Bergegas Langit berlalu dari ruangannya. Dia lupa untuk memastikan satu hal. Setelah sampai di basement, di mobilnya, Langit membuka dashboard, mencari benda yang diinginkan. 

“Ke mana, ya? Apa udah dibuang Kang Aji?” gumamnya.

Ia segera masuk ke dalam mobil, meninggalkan kantor dan pulang ke rumah buru-buru.

**** 

Sesampai di rumah, setelah memarkir mobil dengan asal, Langit memanggil Kang Aji, petugas kebun yang juga kadang membersihkan mobilnya saat Langit minta.

“Kang, undangan di mobil saya, Akang lihat nggak?” tanya Langit. 

Dahi Kang Aji berkerut, tampak berpikir, “Undangan?” tanyanya. Langit mengangguk kencang.

“Oh ada!” serunya, “Saya simpan di kamar Mas, sebelum Mas Langit ke Belanda, saya takut itu undangan penting, makanya nggak saya buang.” 

Dengan tergesa-gesa Langit memasuki rumah dan menaiki tangga. Sesampai di kamar Langit membuka laci kabinet, mengacak laci itu namun sia-sia. Lalu, ia berpindah ke meja yang biasa dipakai untuk bekerja, mencari undangan di tumpukan berkas. 

“Nah, ini dia!”

Langit segera membuka sampul undangan itu, san membaca isinya. Di sana tertulis jelas nama Darren Bumantara yang akan menikahi seorang gadis bernama Rinjani Harsa.

RINJANI HARSA

Langit terpaku. Terkejut. Merasa tidak percaya. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah akan tetap denial seperti tadi pagi yang ia lakukan kepada Evan, saat Papanya memberitahu percakapan Rinjani dengan Ami di dapur semalam?

Langit tahu apa tujuannya untuk mencari tahu semua ini, untuk  mencari putri tuan Harsa tujuannya jelas untuk menjalin sebuah kerja sama.  Namun semakin Langit mencari, semua fakta yang muncul justru menariknya untuk tidak ingin berhenti.

“Mereka baru 10 hari menikah sedangkan kehamilan Rinjani sudah ….”

Bersambung ….

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!