Selina, seorang agen narkotika, yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, Selina justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie.
Hingga suatu ketika, Febrian menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
CUSS.. BACA NOVELNYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fakta yang mengejutkan.
Tempat persembunyian Robin.
"Ayolah Robin, katakan apa yang kau temukan dari ponsel itu?" desak Selina tak sabaran.
Robin mengepalkan kedua tinjunya kuat. Rahangnya mengeras. Sorot matanya nyalang menyiratkan kemarahan.
"Pakailah ini, aku akan memutar salah satu jejak rekaman panggilan telpon Marco dengan seseorang anggota polisi bernama Samuel." Ucap Robin menyodorkan earphone miliknya ke tangan Selina.
Selian bergegas memakai earphone itu dan mendengarkan rekaman pembicaraan Marco dan Samuel yang diputar Robin lewat ponsel milik Marco.
Sejenak dahinya berkerut dan raut wajahnya seketika berubah merah padam menahan emosi yang mendadak memenuhi dadanya. Darahnya mendidih, gigi Selina bertaut beradu satu sama lain mengeluarkan bunyi gertakan dalam mulutnya.
"Jadi Marco memang sengaja menjebak aku. Dia menyuruhku bertransaksi dengan David. Dia membuatku jadi seorang penipu di mata David. Lalu mengirim Samuel untuk menangkap aku dan David, demi uang yang ia sudah ia terima dari David. Kemudian, agar rahasianya tetap terjaga di mata David dan semua orang, dia menyuruh anak buahnya untuk membunuhku. Luar biasa, sungguh luar biasa." Selina menyimpan kemarahannya dalam hati.
"Bajing*n ini, tidak akan pernah ku maafkan. Aku akan membunuhnya!" Geram Selina menahan emosinya sekuat hatinya.
Kedua matanya menyorot tajam, merah membara seolah mengobarkan aura api dendam yang teramat besar.
"Selina ku yang malang, dia tak pantas mati seperti ini. Aku akan melaporkan semua perbuatan Marco pada Jonathan." Ujar Robin yang sedari tadi sudah menahan emosi yang luar biasa.
Mendengar nama Jonathan, batin Selina seakan ingin menangis. Ayah angkatnya itu pasti tengah berduka hebat kehilangan putri angkatnya yang telah ia anggap seperti anaknya sendiri.
"Jangan katakan itu pada Jonathan. Lelaki tua itu sudah terlalu tua untuk berbaku hantam. Biarkan ia bersedih dan menganggap kematian Selina karena kecelakaan. Kau pasti tahu, Selina tidak ingin ayah angkatnya terlibat pertumpahan darah dengan Marco." Cegah Selina dengan raut cemas.
Robin tertegun memandang Selina yang terlihat mengkhawatirkan Jonathan.
"Nyonya Sofie, aku tak tahu apa tujuanmu membantu Selina. Masalah ini bukanlah masalah sepele. Kita berdua tak'kan mampu menghadapi Marco dan anak buahnya. Kita butuh Jonathan yang punya pengaruh cukup besar di kota ini!" Tukas Robin meragukan kemampuan mereka berdua untuk menghadapi Marco.
"Kamu lupa, Marco punya musuh lain selain kita. Kita punya Harry, aku akan memanfaatkan kakak tiriku itu untuk menghadapinya." Ujar Selina tersenyum licik.
"Aku curiga, kau melakukan semua ini demi kakak tirimu. Bukan demi Selina."
Robin mengerutkan dahinya menatap Selina curiga.
Selina terkekeh pelan. Dia menepuk bahu Robin pelan.
"Jangan khawatir, aku bukan pengkhianat. Harry hanyalah pion yang akan aku pergunakan untuk menghancurkan Marco." Selina berusaha meyakinkan Robin yang terlihat meragukan dirinya.
Andai saja dia bisa berteriak pada Robin jikalau dia adalah Selina, bukanlah Sofie, mungkin dia tidak kesulitan untuk meyakinkan Robin yang mencurigainya.
"Aku tak bisa percaya begitu saja padamu Nyonya Sofie. Aku justru makin curiga, kenapa kau lebih mengandalkan kakak tirimu daripada suamimu sendiri heh?!" Selidik Robin yang tanpa di ketahui Selina diam-diam mengambil sebuah alat setrum kecil yang ia taruh dalam sebuah laci.
"Suamiku tak mengerti dengan dunia yang kita jalani. Dia pria baik-baik. Orang yang sangat polos juga lugu dan..., mungkin agak bodoh." Tutur Selina memandang layar monitor yang menampilkan keadaan Febrian dan Jimmy yang terlihat seperti orang bodoh terperangkap dalam semak belukar berupa labirin hasil karya Robin.
"Suamimu bukan orang bodoh! Kau tak mengenal Febrian Sander sepenuhnya. Kau lah yang bodoh Nyonya Sofia Margaretha!" gumam Robin pelan, namun terdengar jelas di telinga Selina.
WOSH!
Suara deru angin dari belakang punggungnya, membuat Selina refleks menghindar dari serangan mendadak yang dilakukan Robin padanya. Dengan cepat, Selina memutar tubuhnya dan menendang tangan Robin hingga alat setrum yang ada dalam genggaman tangan Robin terlepas jatuh ke lantai.
"Kau...,?" Robin tertegun melihat kegesitan Selina yang menghindari serangannya yang sudah ia lakukan dengan sangat hati-hati.
"Jangan bertingkah aneh Robin! Aku sangat mengenalmu! Kalau kau mau aman, ikuti semua perintahku. Mengerti!" Bola mata Selina mendelik nyalang menggertak Robin dengan nada gusar.
Lelaki muda bermata coklat itu hanya mereguk air ludah. Dia mengukur keahlian bela diri Selina yang makin membuat hatinya curiga.
"Apa Sofie dan Selina satu perguruan? Gerakan beladiri mereka nyaris sama." Hati Robin sangat gundah.
"Aku tak mau melukaimu. Jangan lakukan suatu hal yang ceroboh diluar perintahku Robin. Jika kau setia pada Selina, mulai hari ini kau harus setia juga padaku. Paham!" tekan Selina memperlihatkan sisi garangnya pada Robin.
Pemuda itu hanya merungut masam tanpa bersuara sedikitpun. Raut wajahnya terlihat sangat sedih mendengar perkataan Sofie alias Selina.
Hatinya teramat hancur mengenang semua kenangan indahnya bersama Selina. Walau ia tak pernah mengungkapkan perasaannya pada Selina, bisa bersama Selina saja dia sudah bahagia. Tapi kini, semua sudah berakhir. Selina sudah mati meninggalkan dirinya tanpa pesan dan kesan.
"Tahukah kau, Selina adalah wanita yang sangat ku cintai. Aku selalu setia karena rasa cintaku padanya. Tapi kau, kau bukan Selina. Kau adalah Sofie, kau bukan siapa-siapa untukku. Kenapa aku harus setia padamu?" Ungkap Robin menahan air matanya yang nyaris jatuh membasahi pipinya.
"Aish! Jiwa melownya kumat lagi!" Selina menepuk jidatnya dongkol melihat kelakuan Robin yang seringkali mengutamakan sisi melownya daripada sisi kharismatiknya sebagai pria yang tampan rupawan.
"Robin sayang, lupakan Selina! Dia sudah mati! Cukup balaskan dendamnya, setelah itu carilah wanita yang jauh lebih sempurna daripada dia. Wanita itu tidak pantas untuk kau cintai!" Bujuk Selina sengaja menjelekkan dirinya agar Robin bisa move on dari keterpurukannya.
"Pulanglah Nyonya Sofie, hatiku saat ini sedang memburuk. Tak perlu menjelekkan Selina di depanku. Kau tak lebih baik darinya. Meskipun Selina hidup dalam dunia yang kotor, dia mencintai seseorang dengan tulus. Sedangkan kau, hidup dalam dunia yang indah namun punya niat yang kotor pada suamimu sendiri." Ujar Robin tanpa rasa takut sedikitpun mengungkapkan jati diri Sofie pada Selina yang ia anggap adalah Sofie.
"Kau..., apa maksudmu?" tanya Selina bingung bercampur penasaran.
"Kau dan kakak tirimu Harry Anderson sengaja menjebak Febrian Sander dalam bentuk pernikahan. Aku tahu tujuan kalian berdua. Kalian ingin menguasai semua aset kekayaan keluarga Wiliam Sander yang terkenal sebagai pebisnis terkaya di kota ini!" Seringai Robin mencibirkan bibirnya, menatap Selina dengan tatapan sinis.
"William Sander. Jadi dia adalah ayah kandungnya Febrian? Bodoh! Aku sangat bodoh tak mengenali siapa dirinya yang sesungguhnya. Selama ini aku hanya memikirkan balas dendam pada Marco. William, lelaki tua itu, jauh lebih menakutkan daripada Jonathan. Harry Anderson benar-benar kurang ajar. Dia menyeret kehidupan Sofie dalam kandang harimau!" Desis Selina merasa agak ciut mendengar nama William Sander yang terkenal kejam dan bengis dalam dunia hitam.
"Robin, itu semua tidak benar. Harry Anderson memang berniat jahat. Tapi aku tidak, Aku mencintai suamiku dengan tulus. Itu sebabnya Aku ingin kita bekerjasama menyelesaikan masalah Selina. Sebagai imbalannya, kau harus membantuku menyelesaikan masalah pribadiku dengan Harry Anderson setelah masalah Selina terselesaikan. Bagaimana, apa kau setuju?"
"Aku setuju. Karena aku tidak punya urusan apapun dengan urusan pribadimu. Yang paling penting bagiku hanyalah membalaskan dendam Selina." Jawab Robin sepakat dengan Selina.
"Baiklah, tunggu kabar dariku. Pantau terus Marco! Aku pulang." Ucap Selina kemudian bergegas pergi, keluar dari tempat persembunyian Robin.
*****
"Sayang, apa yang kamu dan Jimmy lakukan disini?!"
Kehadiran Selina yang mendadak muncul dari belakang Febrian dan Jimmy, membuat kedua lelaki yang tengah duduk di atas rerumputan itu tersentak kaget.
"Dia muncul darimana?" pertanyaan yang sama terbersit di kepala mereka berdua.
.
.
.
Bagaimana para readers? Ceritanya seru nggak? Kalau kurang seru Oma pasrah 🤧🤣