My Bastard Mahapatih

Kirana berulangkali meminta kepada para dayang untuk dimandikan ulang karena dia merasa kotor dan penuh dosa. Dia menyerahkan segel kesuciannya bukan kepada suaminya melainkan ke pria lain. Meskipun atas persetujuan suaminya tapi tetap saja Kirana merasa kotor dan penuh dosa. Saat Kirana meneteskan airmata, salah satu dayang memberanikan diri untuk bertanya, "Kenapa Anda menangis, Ndoro Putri? Anda adalah wanita paling beruntung di negri ini karena sudah dipilih menjadi istri pertamanya Putra Mahkota dan Anda masih suci di malam pengantin Anda. Itu adalah berkah"

Kirana mengusap airmatanya lalu tersenyum ke dayang itu dan hanya menganggukkan kepalanya.

Dayang yang satunya lagi berucap, "Pasti Anda menangis karena bahagia, ya, Ndoro Putri?"

Mendengar ucapan dayang itu, airmata Kirana menetes semakin deras dan gadis cantik itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

...♥️♥️♥️♥️...

Lingga kemudian bangkit berdiri dan pergi mandi. Dia dikejutkan dengan kemunculan istri keduanya yang bernama Kamboja di saat dirinya hendak memakai baju dinas kerajaan. "Kangmas, aku akan membantu Kangmas memakai baju dan......"

Lingga menepis tangan tangan Jingga dan mendelik, "Jangan sentuh aku!"

"Kenapa tidak boleh? Kita sudah berteman sejak kecil bukan? Lalu, kita ini sudah menikah" Jingga menatap Lingga dengan kerutan di keningnya.

"Aku tidak pernah menganggap kita teman sejak kecil" Ucap Lingga sambil memakai sendiri jubahnya lalu memasang sabuknya sambil berjalan menuju ke pintu.

Jingga mengekor langkahnya Lingga sambil bertanya, "Apakah Kangmas aka menemui dua selir barunya Kangmas yang bernama Priya dan Nala?"

Lingga menghentikan langkahnya dan menoleh ke Jingga, "Selir baru?"

"Iya. Raja memberikan hadiah dua selir kepada Kangmas atas jasa-jasanya Kangmas selama ini" Jawab Jingga.

Lingga menghela napas panjang lalu menoleh ke Dimas, "Suruh semua istriku menghadap aku di aula depan"

"Baik, Mahapatih"

Jingga menahan lengan Lingga saat suaminya itu hendak melangkah ke aula depan.

Lingga menarik lengannya dan menggeram, "Jangan sentuh aku!"

"Baiklah. Aku tidak akan menyentuh Kangmas tapi ada syaratnya"

"Jangan macam-macam denganku!" Geram Lingga.

"Aku tidak akan menyentuh Kangmas asalkan Kangmas setiap malam menemui aku dan menemani aku makan di kamarku"

"Cih!" Lingga berbalik badan lalu melesat ke aula depan kediamannya.

Jingga menatap punggung suaminya dengan wajah kecewa dan sedih. "Kapan Kangmas akan mencintaiku?"

Lingga duduk di singgasananya dan tidak lama kemudian semua istrinya datang menghadap.

Lingga menarik napas panjang lalu menghembuskannya kesal sambil menatap satu per satu semua istrinya.

Dua saja aku sebal melihatnya kenapa sekarang bertambah dua lagi? Batin Lingga sambil mengepalkan telapak tangan kanannya.

Setelah dua kali menghela napas panjang dan semua istrinya berhenti mengucapkan salam, Lingga membuka suara dalamnya. "Aku mengumpulkan kalian semua di sini karena aku ingin kalian semua tahu bahwa aku tidak bisa menjanjikan nafkah batin kepada kalian semua"

Empat wanita cantik dan anggun yang berdiri di depan Lingga terperanjat kaget dan spontan saling melempar pandang.

"Tapi, aku tidak akan meninggalkan kewajibanku sebagai seorang suami. Setiap bulan aku akan memberikan nafkah lahir secara adil kepada kalian dan tentang urusan kediaman tetap berada di tangan istri pertamaku, yaitu Jingga. Hormati Jingga sebagai istri pertamaku"

"Baik" Seru semua istrinya Lingga secara bersamaan.

"Aku juga akan memberikan kalian rumah masing-masing sama besar sebagai ganti kerugian kalau kalian merasa dirugikan menjadi istriku"

Semua istrinya Lingga diam membisu.

Jingga dan Kamboja mencengkeram ujung baju mereka dan membatin, aku mencintaimu Kangmas Lingga. Aku hanya ingin dirimu.

Lingga menatap tajam satu per satu istrinya dan berkata, "Lalu, aku tidak suka dipanggil Kangmas! Jangan memanggilku Kangmas!"

Jingga dan Kamboja saling melempar pandang. Lalu, Jingga memberanikan diri untuk bertanya, "Lalu, kami harus memanggil Anda apa Mahapatih?"

"Panggil aku Dalem Sinuwun. Aku adalah putra raja kalau kalian lupa dan aku berhak dipanggil Dalem Sinuwun. Jangan memanggilku Kangmas lagi, mengerti?!" Teriak Lingga

Semua istrinya Lingga sontak menunduk dan menjawab secara bersamaan, "Mengerti"

Hanya Kirana yang boleh memanggilku, Kangmas. Hati Lingga mendadak penuh sesak akan kerinduan di saat dirinya membayangkan wajah cantiknya Kirana.

Lingga kemudian melesat melewati semua istrinya dan tidak mengucapkan salam.

Jingga dan Kamboja memutar badan mengikuti arah pergi suaminya dengan wajah sedih sedangkan dua orang selir barunya Lingga hanya menghela napas panjang.

Jingga lalu mengibaskan gaunnya dan berlari ke kamarnya sambil mengepalkan tangan dan membatin, aku akan mencari cara agar aku bisa mendapatkan nafkah batin darimu Kangmas Lingga. Aku ingin anak darimu. Sangat ingin.

...♥️♥️♥️♥️...

Gandi membuka pintu kamar pribadi selirnya dengan malas. Dia malas berurusan dengan apapun yang berbau wanita. Tapi, sebagai seorang putra mahkota dia diwajibkan bersikap adil kepada semua istrinya.

Sekar Ayu tersenyum ke pintu dan langsung berlari untuk memeluk Gandi. engan suara manja menggoda gadis berwajah lembut dan berpenampilan anggun itu berkata, "Kanda Putra Mahkota kenapa Anda semalam tidak ke kamar saya?"

Gandi menepis tangan Sekar Ayu dan menggeram, "Jangan sentuh aku!"

Sekar Ayu mundur dengan terkejut lalu bergegas bertanya dengan kerutan di kening, "Kenapa tidak boleh Kanda Putra Mahkota? Bu.....bukankah kita sudah menikah?"

"Aku sudah menjengukmu dan itu berarti aku sudah melakukan kewajibanku sebagai seorang suami. Sekarang aku akan bersiap untuk menghadiri upacara Kain Putih Penanda Kesucian milik istriku, yakni Kirana dan pemberian gelar untuk Kirana karena baktinya padaku semalam"

Sekar Ayu kembali melangkah mundur dengan wajah terkesiap kaget. "An.....Anda dan Kirana sudah......sudah....."

Gandi hanya menganggukkan kepalanya sekali.

Tes! Airmata menetes di pipi putihnya Sekar Ayu. "Kenapa Anda berlaku tidak adil Kanda Putra Mahkota? Saya juga istri Anda tapi kenapa Anda tidak menemani saya semalam? Harusnya Anda juga datang ke sini, kan, semalam?"

Gandi hanya menatap Sekar Ayu tajam lalu berbalik badan meninggalkan Sekar Ayu tanpa pamit.

Sekar Ayu yang sangat mencintai Gandi langsung menjatuhkan dirinya ke lantai, meremas dadanya dan menangis tergugu. Dia marah, kecewa, dan sangat cemburu.

Semua menteri, Mahapatih, Adipati dan Rakryan, berkumpul di aula utama kerajaan untuk mengikuti upacara segel kesuciannya istri sang putra mahkota dan pemberian gelar Gusti Raden Ayu kepada Kirana Nitiyoga.

Lingga berusaha duduk dengan tenang saat dia melihat Kirana berjalan bergandengan tangan bersama Gandi lalu duduk di samping Gandi. Kirana tampak cantik sekali dengan pakaian basahan atau dodot, keningya dipaes, sanggul ageng dengan hiasan seperti cunduk mentul dari emas murni, perhiasan lengkap seperti kalung, gelang, dan anting-anting (kundala) dari perajin emas murni terkemuka di kerajaan Kediri, serta hiasan kepala seperti makuta dan sumping. Motif batik yang digunakan adalah motif Parang Baron karena Kirana adalah istri utamanya putra mahkota. Lingga mengepalkan kedua tangannya erat dan rahangnya mengeras di saat hatinya dibakar oleh api cemburu.

Kirana mengedarkan pandangannya dengan hati-hati dan sontak menahan napas saat tatapannya bertemu pandang dengan Rakryan Aditya.

Maafkan aku Kangmas Aditya, aku sudah kotor dan penuh dosa sekarang ini. Aku istri putra mahkota Gandi tapi justru diharuskan melayani Mahapatih Lingga di ranjang. Maafkan aku Rama, Ibu, Kirana sudah membuat Rama dan Ibu kecewa karena Kirana menyerahkan segel kesucian Kirana bukan kepada suami Kirana tapi kepada pria lain. Kirana menunduk dan meremas kedua lututnya.

Lingga mengikuti arah pandangnya Kirana dan menyipitkan matanya dengan rahang yang semakin mengeras saat ia menemukan sosok gagah perkasanya Rakryan Aditya. Dia tidak memandangku dan tidak mencari keberadaanku di sini tapi dia justru mencari keberadaannya Rakryan brengsek itu, cih! Lihat saja Kirana, aku akan berikan hukuman ke kamu nanti.