Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 19
Wisnu berjalan ngangkang saat keluar dari rumahnya, sudah beberapa hari ini pria itu tidak bekerja dan hanya diam saja di rumah. Miliknya semakin sakit dan kini sudah membengkak, pria itu hanya memakai sarung saja dalam setiap harinya.
Karena merasa tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang dia derita, akhirnya dia meminta Wandi untuk mengantar dirinya ke puskesmas. Wandi yang memang pengangguran tentunya bisa mengantarkan pria itu.
"Anjir! Sakit goblokk! Pelan-pelan bawa motornya," ujar Wisnu karena Wandi menjalankan motornya dengan cukup kencang, sedangkan jalanan kampung memang tidak mulus.
"Iya, maaf. Emangnya kamu sakit apa sih? Kok duduknya saja harus seperti perempuan?"
"Ada, pokoknya kamu diem aja. Cukup anter aku ke puskesmas, nanti aku upahin."
"Iya, siap."
Beberapa saat kemudian mereka sampai di puskesmas, Wisnu langsung mendaftar menunggu sampai nomor antriannya di panggil. Setelah dipanggil, pria itu pun langsung diperiksa oleh dokter yang ada di puskesmas.
"Maaf ya, Kang. Apa Akang suka jajan perempuan?"
"Nggak, Dok. Duitnya sayang kalau buat jajan perempuan, tapi kalau beberapa kali main sama pacar pernah. Itu juga udah lama," jawab Wisnu malu-malu.
"Perkiraan saya ada pembusukan pada milik anda, seperti karena disebabkan sering jajan perempuan. Untuk obatnya di sini tidak ada, untuk pemeriksaan lebih lanjut juga alatnya tidak ada. Anda bisa minta rujuk ke rumah sakit besar," jelas Dokter.
"Eh? Ini jadinya bahaya ya, Dok?"
"Ya, penyakit anda sangat serius. Saya cuma bisa ngasih antibiotik sama anti nyeri saja, pengobatan untuk sementara waktu. Untuk pengobatan lebih lanjut bisa langsung ke rumah sakit," jawab Dokter.
Wisnu hanya bisa menunduk lesu, setelah mendapatkan pemeriksaan dari dokter, dia langsung mengantri obat. Barulah keduanya memutuskan untuk pulang, karena kalau harus ke rumah sakit Wisnu tidak punya uang yang banyak.
"Lagian gimana ceritanya sih punya sampeyan bisa bengkak seperti itu?"
"Anu, Wan. Beberapa hari yang lalu aku itu kebelet pipis, terus pipis di kebun. Awalnya aku melihat ada neng Dea yang menghampiri, dia---"
Wisnu lalu menceritakan kejadian yang dia alami saat pergi ke perkebunan malam itu, Wandi sampai bergidik ngeri mendengar apa yang diceritakan oleh sahabatnya itu.
"Apa mungkin arwah Lastri datang untuk membalaskan dendamnya kepada kita? Karena bagaimanapun juga kita yang sudah memprovokasi warga untuk membunuhnya," ujar Wandi.
"Nggak paham juga, tapi memang yang aku dengar orang yang mati lagi hamil seperti itu biasanya jadi kuntilanak. Matinya penasaran, jadi takut juga."
"Duh! Aku juga jadi takut, bagaimana kalau nanti aku diincar juga sama arwah Lastri?"
"Aku----"
"Wisnu! Wandi! Kok kalian malah asik ngobrol aja? Kalian gak nyelawat?"
Seorang pria paruh baya berlari-lari mendekat ke arah Wisnu dan juga Wandi yang sedang mengobrol di depan teras rumah Wisnu, dia nampak ngos-ngosan dan juga wajahnya terlihat panik.
"Memangnya siapa yang meninggal?"
"Temen kalian loh yang meninggal, Gunawan."
"Innalillahiwainnailaihirojiun," ujar Wisnu dan juga Wandi bersamaan.
"Dia bisa meninggal karena apa? Bukannya keadaannya baik-baik saja?"
"Eh? Kalian nggak tahu ta? Semenjak dia ditemukan di gudang terbengkalai, dia kayak orang gila. Sering ngamuk dan berteriak-teriak, tadi ditemukan oleh kedua orang tuanya sudah meninggal. Tubuhnya penuh luka lebam, banyak darah yang mengucur dari setiap lubang yang ada di tubuhnya."
"Astagfirullah! Kenapa bisa begitu?"
"Entahlah! Sekarang sedang dimandikan, kalian mau datang gak?"
"Saya datang, tau tuh Wisnu." Wandi menunjuk ke arah Wisnu.
"Aku ikut lah, tapi bonceng."
"Iya, iya."
Wandi yang merasa kasihan akhirnya membonceng Wisnu menuju rumah Gunawan, keduanya begitu kaget melihat keadaan sahabatnya itu. Karena tepat saat mereka datang, jenazah Gunawan sedang dipakaikan kain kafan.
"Apa iya Gunawan digebukin orang?" tanya Wandi sambil berbisik kepada Wisnu.
"Nggak mungkin ah, orang katanya sebelum kedua orang tuanya pergi dia dikunci di dalam kamar."
Keduanya nampak berpikir dengan begitu keras, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pun langsung bermunculan di otak keduanya. Mereka merasa takut dan juga resah.
"Terus, mungkin nggak kalau dia dibunuh sama arwah Lastri?"
"Masa sih siang-siang begini dibunuh setannya Lastri?" jawab Wisnu yang merasa bingung juga.
Akhirnya keduanya tetap berada di sana sampai jenazah Gunawan selesai di kafani dan disalatkan, setelah salat isya jenazah pria itu dikuburkan di pemakaman umum.
Begitulah keadaan di desa mereka, orang yang sudah meninggal harus cepat-cepat dikuburkan walaupun malam hari tiba, karena mereka merasa kasihan dengan jenazah yang dibiarkan terlalu lama.
"Gunawan, kenapa kamu pulang duluan ke sisi Tuhan?"
Jenazah Gunawan sudah dikuburkan, Johan juga datang ke sana untuk melihat pemakaman sahabatnya itu. Banyak warga yang mulai pulang ke kediamannya masing-masing, hingga beberapa saat kemudian di sana tinggal kedua orang tua dari Gunawan dan ketiga sahabatnya itu.
"Jo, sampean baru pulang kerja?" tanya Wandi kepada sahabatnya itu.
"Iya, aku baru pulang kerja dan langsung ke sini. Kaget dengar Gunawan meninggal, dia meninggal karena apa?" tanya Johan penasaran.
"Nggak tahu, tapi kayaknya---"
Wandi ingin menjawab pertanyaan dari Johan, tetapi tiba-tiba saja dia melihat sosok wanita berambut panjang. Bajunya lusuh dan kakinya tidak menapak, sosok itu berada di dekat pohon yang tidak jauh dari kuburan Gunawan.
"I---- itu, itu. Itu ada se---- setan!" teriak Wandi.
Sontak saja Johan dan juga Wisnu langsung menolehkan wajah mereka ke arah di mana Wandi menunjuk, keduanya ketakutan karena melihat arwah Sulastri yang ada di sana.
Mereka berteriak-teriak ketakutan tapi tidak bisa berlari, mendengar ketiga sahabat dari putranya berteriak-teriak ketakutan, ayah dari Gunawan langsung menegur ketiganya.
"Kalian itu kenapa sih? Pakai teriak-teriak segala, anak saya baru dikubur. Bukannya membacakan tahlil, malah berteriak kaya orang gila!"
"A--- anu, Pak. Itu, setan di sana. Di sana ada setan," ujar Johan sambil menunjuk ke arah pohon besar yang tidak jauh dari sana.
Kedua orang tua Gunawan langsung menolehkan wajah mereka ke sana, tetapi di sana tidak ada apa-apa. Hanya ada pohon besar berdaun lebat.
"Sinting! Kalian itu sinting, setan dari mana coba? Ayo Bu, kita pulang saja. Kita doakan Gunawan dari rumah saja, karena kalau berlama-lama di sini bisa ketularan gila."
Pria paruh baya itu tidak menyangka kalau Gunawan memiliki sahabat yang gila semua, karena di saat sahabatnya meninggal, bukannya mereka mendoakan, tetapi malah berteriak-teriak tentang setan.
"Iya, Pak."
Kedua orang itu nampak pergi, setelah kepergian keduanya, Wandi, Johan dan juga Wisnu lari tunggang langgang. Karena arwah Sulastri datang menghampiri ketiganya. Wisnu sampai Tek perduli dengan miliknya yang terasa begitu perih.
"Tunggu saja giliran kalian satu persatu, semuanya akan mendapatkan giliran pada waktunya." Sulastri tertawa, lalu dia menghilang begitu saja.
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..