Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 11.
Ketika pagi datang, Sena membuka matanya. Wanita itu bergerak, meregangkan tubuh seperti biasa, tapi seketika langsung merintih saat merasakan tubuhnya yang remuk redam. Sena bahkan mengusap pinggangnya yang teresa patah.
"Sakit sekali. Siapa yang memukuliku?"
Sena berusaha duduk di tempat tidur. Penampilannya sungguh berantakan, rambut panjang sedikit bergelombang itu sudah terurai ke mana-mana.
"Ssttt... Kenapa sak..." Sena tak dapat menyelesaikan ucapannya saat netranya mendapati punggung seseorang yang masih terlelap nyenyak di sampingnya.
Deg!
Elvano, sang bos tidur di ranjang yang sama dengan dirinya. Pria itu tidur tengkurap, memperlihatkan keseluruhan punggung kekarnya yang berhiaskan tato kepala tengkorak.
Susah payah Sena menelan saliva. Matanya mengerjap dengan kening yang berkerut, mulai mengingat apa yang sudah terjadi semalam antara dirinya dan Elvano.
Mereka bercinta dengan begitu hebatnya.
"Astaga, Sena! Kau sudah gila!" rutuk Sena saat terlintas kembali bayangan jika dirinya sempat bergerak dengan begitu liar di atas tubuh sang bos. Padahal itu adalah ingatan Sena setelah puluhan kali Elvano mengganti posisi dan puas memimpin permainan mereka.
"Kau sudah bangun?"
"Eh?"
Sena terjingkat kaget saat suara serak dan khas itu terdengar. Ia menatap Elvano yang sudah membuka matanya, tapi masih mempertahankan posisi tidurnya.
"Em...anu...," Sena tergagap, ia menggenggam erat selimut yang menutupi tubuh polosnya dan bergegas hendak turun untuk bisa berlari ke kamar mandi sangking inginnya Sena menghilang dari sana secepatnya.
Namun, ia hampir saja jatuh saat menjejakkan kakinya yang sama sekali tak bisa berdiri, kedua kaki Sena terasa seperti jelly.
"Kakimu masih lemah. Pasti kehabisan energi karena terus menjepitku malam tadi," ucapan itu meluncur dengan lancarnya dari mulut Elvano. Ia mengatakan itu semua tanpa ekspresi.
Sedangkan Sena sudah membulatkan mata, wajahnya merah padam dengan kata-kata Elvano yang begitu ambigu, ia merasa malu mendengar perkataan Elvano itu.
Sena berusaha turun dari ranjang dengan susah payah, dan melihat itu, Elvano segera beranjak bangun. Dengan santainya ia membawa tubuh kekarnya yang tak mengenakan apa-apa itu melintas di hadapan Sena.
Sena menganga, tercengang tak percaya.
"Kau ingin membersihkan dirimu sekarang?" tanya Elvano, ia mendekat pada Sena setelah meraih jubah sutra miliknya dan mengenakannya.
Sena tak dapat menjawab. Wanita itu masih terdiam dengan mulut yang kini sudah sedikit menganga. Ia masih terpaku dengan kelakuan Elvano yang tidak tahu malu.
Cup.
Sena melotot saat Elvano tiba-tiba saja mengecupnya.
Elvano tersenyum melihat ekspresi Sena. Elvano lekas mengangkat wanita itu dan membawanya ke kemar mandi.
"Akhhh! Tuan! Apa yang kau lakukan?" Sena memekik kencang karena Elvano tiba-tiba saja mengangkat tubuh polosnya. Susah payah tangan Sena menutupi semua asetnya agar Elvano tak melihatnya.
"Untuk apa ditutupi? Aku sudah melihat semuanya. Bahkan aku sudah hapal ukurannya." Elvano mendudukan Sena di atas closet. "Kau perlu bantuanku untuk mandi?" tanya Elvano
Sena semakin tak bisa berkata-kata, dengan cepat ia menggelengkan kepala, tangannya masih saja berusaha menutupi dirinya dari tatapan Elvano.
Elvano mengangguk, ia berjalan menuju shower karena berniat ingin langsung membersihkan dirinya.
"Apa yang Tuan lakukan?" Sena tercengang karena Elvano bukannya pergi malah masuk ke dalam ruangan shower dengan sekat kaca yang menjadi penghalangnya.
"Mandi."
"What? Ke-kenapa mandi di sini?!"
"Jadi di mana lagi? Di bathtub? Kau ingin kita berendam bersama?"
Sena melongo mendengar pertanyaan yang sebenarnya itu merupakan ajakan dari Elvano. Hampir saja Elvano kembali mengangkat Sena, tapi dengan cepat Sena menolak dan meminta pria yang bertingkah aneh itu untuk segera keluar. Sena bahkan sampai membentak untuk mengusir sang bos dari dalam kamar mandi, Sena tidak ingin mereka mandi bersama.
Hingga akhirnya Elvano menurut, ia meninggalkan Sena tanpa lupa mengecup lagi bibir wanita itu.
"Apa yang sudah terjadi padanya? Apa kepalanya terbentur sesuatu?" tanya Sena bingung. Tangannya terangkat untuk menyentuh bibir yang pagi ini sudah dua kali mendapatkan kecupan dari sang atasan.
Sena tanpa sadar tersenyum. Ia bahkan langsung menutup wajahnya sendiri, dan tak lama setelahnya ia menghembuskan nafas pada telapak tangannya.
"Huft...! Untung saja aku selalu wangi," gumam Sena dengan tertawa sendiri setelah memastikan aroma mulutnya pagi ini.
Sena sangat terkejut melihat perubahan drastis pada diri Elvano. Pria yang dulu selalu tegas dan cerewet itu kini terlihat hangat dan lembut di depannya. Rasanya Sena seperti bermimpi, tidak percaya bahwa Elvano bisa berubah menjadi sosok yang begitu berbeda.
Sena tidak bisa menyangkal bahwa dirinya merasa senang dengan sikap Elvano yang sangat perhatian padanya setelah mereka melawati malam bersama.
Sena sempat berpikir bahwa Elvano akan marah, atau malah akan mengusirnya dengan tak lupa memberikan uang yang banyak setelah apa yang terjadi di antara mereka. Hal yang biasa pria-pria ber-uang lakukan pada wanita yang menghabiskan malam bersama mereka, baik sengaja maupun tidak sengaja karena uang dianggap dapat menyelesaikan semuanya.
*
*
*
Setelah keluar dari kamar mandi, Elvano memutuskan untuk langsung beranjak ke kamarnya yang berada tepat di hadapan kamar Sena. Ia akan membersihkan diri di sana karena Sena tampaknya belum mau mandi bersamanya.
Cklek!
Pintu kamar Sena terbuka, Elvano keluar dari sana dan heran saat melihat Tracker bersama Zion sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Tracker dan Zion langsung berbalik saat mendengar suara Elvano ada di belakang tubuh mereka.
"Kenapa kau keluar dari sana?" tanya Zion balik dengan wajah yang begitu terkejut. Netranya bahkan setengah melotot memperhatikan penampilan Elvano. "Kau...kau mengambil kesempatan saat Sena tidak berdaya semalam?!" tanya Zion dengan nada yang terdengar sedikit tajam pada Elvano.
Zion berusaha menepis keras pikirannya tentang kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi pada Sena karena pengaruh obat itu, tapi saat matanya mendapati penampilan Elvano keluar dari dalam kamar Sena pagi-pagi begini dengan hanya menggunakan jubah sutra. Rasanya Zion sulit untuk percaya.
"Tidak," jawaban singkat dari Elvano akhirnya bisa membuat Zion langsung bernapas lega.
Namun, itu hanya sesaat, sebelum bosnya melanjutkan ucapan tentang apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Sena.
"Dia memperkosaku," kata Elvano tanpa rasa bersalah dan malu. Setelahnya Elvano langsung melewati Tracker dan Zion yang seketika membulatkan mata.
"Berikan laporanmu setelah menyiapkan sarapanku dan Sena, Tracker," perintah Elvano pada Tracker seraya menutup pintu kamarnya.
"Baik, Tuan."
"A-pa katanya tadi? Dia...dia bilang dia diperkosa?" tanya Zion pada Tracker dengan wajah bodohnya.
Tracker hanya diam, tapi ia memberikan anggukan kepala pada Zion sebelum pergi untuk melaksanakan tugas dari bosnya.
"Hei! Ketua mafia mana yang mau diperkosa oleh wanita, hah?!" geram Zion pada Tracker yang memberikan anggukan polos padanya.
Sena abaikan aja terus Elvano. Buat dia jadi mayat hidup karena terlalu merindukan mu. Jangan mudah kasih maaf/Determined//Facepalm//Facepalm/