cinta yg berbalas takdir yg tak mendukung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Nanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
pllaaaakkkkk........ sebuah tamparan keras yg kau berikan ke pipi jimin membuat nya langsung diam... dengan nafas yg menggebu-gebu kau pun langsung mundur sampai tubuh mu menatap dinding kamar, seakan di sambar petir di siang hari kau pun langsung menangis seakan tidak percaya jimin bicara seperti itu. jimin yg mulai menyadari bahwa perkataan nya sudah kelewatan batas dan sangat menyakiti perasaan mu, dia pun maju ke arah mu
"Cintya aku... " langsung berhenti dengan tangan mu yg kau arahkan ke arah jimin
"cukup jimin, kali ini kau sudah sangat melukai perasaan ku... aku... " dengan nafas yg begitu sesak sampai kau sulit berbicara, kau pun berlari keluar kamar langsung menuju keluar rumah. jimin yg berusaha mengejar mu terlambat karena kau sudah pergi dengan mobil mu
"mau kemana kita... " tanya Johan seperti nya paham akan yg terjadi
"rumah... " jawab mu masih terisak
kau pun kembali ke rumah siang itu, sampai nya di dalam rumah kau pun langsung menjatuhkan diri duduk di lantai. berusaha keras untuk tidak menangis dengan menutup mulut mu dengan kedua tangan mu, bahkan kau sampai menggigit tangan mu untuk berusaha berhenti menangis. namun nyata nya kau tidak mampu membendung suara tangis mu, akhirnya kau pun meluap kan air mata mu... lama kau duduk di sana hingga setengah jam, lalu setelah emosi mu sudah mereda kau pun bangun lalu naik ke kamar. langsung ke kamar mandi untuk mandi agar perasaan mu bisa lebih tenang, cukup lama kau berdiri di bawah shower kau pun menyudahi nya... kau pun langsung menjatuhkan diri ke ranjang mu, saat kau mulai melamun matamu pun terpejam... kau tidur lama hari itu, seakan lelah mu membuat mu sangat pulas sampai jam menunjukkan pukul 07.00 malam kau pun terbangun karena pintu kamar mu di ketuk berkali-kali, dengan malas kau pun bangun dan membuka pintu.
"Non, kau di sini. apa kau baik-baik saja, kenapa tidak bilang kalau mau pulang... " tanya bibi khawatir
"emm, aku baik-baik saja bi. aku hanya mau melihat rumah nanti juga aku akan kembali... " memberi senyuman palsu ke arah bibi
"baik lah kalau tidak ada apa-apa, mau makan sesuatu bibi akan buat kan... " tawar bibi
"tidak, aku sudah makan tadi... " jawab mu berbohong, karena kau hanya makan sepotong roti tadi pagi sampai malam kau belum makan apa pun. aneh nya kau tidak merasa lapar, mungkin karena perasaan mu sedang tidak baik.
"baiklah, bibi pulang ya... " pamit bibi mengelus rambut mu
"iya bi, terimakasih sudah melihat ku.. " ucap mu lagi
bibi pun pulang, kau pun yg hanya memakai handuk kimono saat tertidur tadi langsung memakai baju dan turun..
"dohe... " ucap mu heran, bagaimana mungkin dia tau kau di rumah
"Cintya... " ucap nya
"bagaimana kau tau kalau aku ada sini... " ucap mu sembari berjalan menuju dapur untuk minum
"apa yg terjadi Cintya, kau kesulitan tapi tidak mencari ku.. apa semua ini, ayo lah kau masih punya aku kan... " tanya dohe sedikit khawatir
"aku tidak dalam kesulitan dohe, kau lihat aku bisa berjalan kan... " jawab mu dengan santai
"hemm, baiklah... kau sudah makan??? " tanya dohe lagi
"belum... " jawab mu singkat
"aku akan pergi beli dengan Johan, kau jangan kemana-mana... " berjalan ke arah keluar namun berbalik untuk mengingat kan mu
setelah dohe pergi, kau pun pergi ke ruangan dance untuk memanas kan diri dengan menyetel beberapa lagu challenge yg sedang populer saat ini... 30 menit melakukan dance tanpa henti kau pun seperti kehabisan tenaga, apa lagi kau belum apa pun seharian ini.. namun, kau tetap memaksa tubuh mu untuk terus bergerak sampai kau terjatuh. dengan nafas yg terengah-engah kau pun hanya duduk, bajumu yg basah karena keringat membuat mu terasa dingin.. setelah nafas mu stabil kau pun bangun berjalan mendekat ke arah kaca, lama di depan kaca kau pun meluapkan emosi mu dengan memukul kaca yg berukuran 3×6 meter itu dengan keras dan berkali-kali sampai akhirnya pyarrr..... kaca itu pun pecah dan pecahan itu jatuh ke arah mu, ternyata saat kaca itu pecah dohe dan Johan baru saja masuk dan langsung berlari ke sumber suara
"Cintya.... " jerit dohe yg melihat mu di kelilingi serpihan kaca tanpa alas kaki dan tangan mu yg bersilang ke atas.. melihat itu Johan langsung berlari ke arah mu dan menggendong mu keluar ruangan dance menuju ruang TV
"darah... " ucap dohe berlari mengambil kotak p3k di dapur dan kembali dengan tergesa-gesa.. tanpa ada yg bicara, dohe pun mulai membersihkan darah yg ada di telapak tangan mu dan goresan kecil di dekat pergelangan tangan. setelah bersih
"tahan ya aku akan mengoleskan salep... " ucap dohe sembari mengoleskan nya
"ssshhhh.... " hanya itu yg keluar dari bibir mu
Johan yg melihat mu sudah di atasi dia pun pergi mengambil air minum dan memberikan nya kepada dohe untuk di berikan kepada mu. lalu Johan pun pergi membersihkan ruangan dance, bahaya bila tetap di biarkan...
"minum lah... " ucap dohe menyodorkan segelas air minum, tanpa menjawab nya kau pun langsung meminum habis
"apa sudah lebih tenang sekarang??? meluakai diri sendiri hanya akan merugikan mu Cintya... " ucap dohe lagi
"aku tidak tau bagaimana cara meluap kan nya... " kau pun mulai menjawab nya
"baiklah, sekarang kau bisa cerita perlahan. apa yg membuat mu seperti ini?? aku tau pasti ada sesuatu di dada mu yg begitu sesak... " terka dohe
kau pun mulai menceritakan dari A-Z pada dohe, bagaimana jimin, apa yg terjadi, dan juga perkataan jimin pada mu yg membuat mu bisa seperti ini.
"aku tidak percaya jimin bicara sekasar itu padamu..!!! tapi Cintya apa kau sudah menyaring semua yg di katakan jimin. " tanya dohe
"emm, aku sudah tau.. " jawab mu lagi
"nah,,, kalau begitu ini memang salah paham.. kau yg tidak tau dan fikiran jimin yg salah mengartikan sesuatu.. ini perlu di benarkan Cintya, tidak bisa hanya di biarkan atau masalah nya akan berlarut-larut.. " jelas dohe
"seperti nya akan sulit mengatakan nya sekarang kepada jimin, dan lagi aku tidak mau menjelaskan nya.. " ucap mu kesal mengingat perkataan jimin
"Cintya dia mungkin tidak bermaksud begitu, bisa saja itu keluar dengan sendiri nya dari mulut nya karena menahan emosi... " bela dohe
"aku tidak percaya sekarang kau malah membela nya... " ucap mu memandang ke arah nya
"bukan itu maksud ku. ahhh,, kau pasti mengerti. aku ambil makanan nya ya, kita makan sambil cerita aku lapar sekali... " ucap nya sembari berdiri mengambil makanan yg di beli nya dan Johan tadi, dan memancing mu juga agar mau makan. setelah beberapa suap dohe pun langsung teringat
"jadi Cintya, selama hampir 2 bulan kalian menikah kau belum memberikan hak nya... " tanya dohe penasaran
"emmm... " jawab mu singkat
"menurut ku kau lah yg kejam, aku tidak bisa bayangkan seperti apa dia menahan diri nya untuk tidak menyentuh mu... maaf bukan bermaksud ikut campur.. " ucap dohe tersenyum ke arah mu
"sebenarnya dohe, aku sudah menerima jimin sepenuh nya.. karena untuk melupakan Yoongi itu adalah hal yg mustahil, jadi aku memberi ruang baru kepada jimin untuk tinggal.. dan fokus kepada nya.. " ucap mu menyudahi makan
"apa kau masih mencintai Yoongi...?? " tanya dohe bernada serius
"cinta,, cinta itu sudah hilang bersama dia yg tidak hadir di pernikahan hari itu. aku rasa semua hilang terbawa waktu, bahkan aku hanya memikirkan bagaimana cara ku memberitahu jimin bahwa aku sudah menerima nya penuh... " jelas mu dengan tatapan kosong. setelah cukup lama kalian terdiam
"lalu mau apa kau sekarang?? " tanya dohe lagi
"entah lah, aku juga tidak tau... " jawab mu pasrah
"jika kau mau menuruti ku, pulang lah. karena kau pergi dalam keadaan emosi itu tidak baik, dan lagi jimin menelfon ku untuk mencari mu karena dia menelfon Johan kata Johan kalian sedang ada di suatu tempat yg Johan pun tidak tau dimana.. mungkin Johan tau kalau kau sedang tidak ingin di ganggu, jadi dia berbohong kepada jimin.. " jelas dohe
"hemm, untuk apa dia mencari ku setelah menyakiti hati ku... " ucap mu
"kita tau jimin adalah pria yg lembut, ayolah Cintya bulan depan usia mu sudah 33 tahun jangan berfikir seperti anak-anak"ucap dohe sedikit kesal
kau pun hanya diam memikirkan kata-kata dohe, jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. kau pun beranjak untuk keluar dari rumah, namun dohe menghentikan langkah mu
" kau akan pulang...?? "tanya dohe
" hemm, entah lah. mungkin memang harus pulang... "ucap mu sembari melanjutkan jalan
dohe pun berlari ke atas dan mengambil cardigan mu karena kau hanya memakai dress putih di bawah lutut lengan pendek, langsung menghampiri mu yg sudah akan masuk ke mobil
" Cintya,, pakai ini... "dengan nafas terengah-engah dan memberikan cardigan
" hemm, trimakasih... "ucap mu cuek dan pergi
" apa mau pulang sekarang??? "tanya Johan
" jangan, aku ingin pergi ke pantai... "ucap mu
" baiklah... "
Johan pun mengantar mu ke pantai di tengah malam, kau pun duduk seperti biasa di tangga kayu yg dekat bibir pantai.. Johan yg tadi pergi ingin beli kopi panas pun kembali, memberikan mu kopi itu namun yg kembali bukan lah Johan
"terimakasih.. " ucap mu mengambil kopi itu
"sama-sama... " dalam bahasa Inggris
kau pun melihat ke belakang
"Rap, kau. sedang apa di sini...?? " balas mu dalam bahasa Inggris juga
"aahh,, aku mencarimu dari tadi... " ucap nya sembari duduk
"apa ada sesuatu mencari ku... ?? " tanya mu penasaran
"hemm, minumlah kopi nya selagi panas. nanti kalau sudah dingin tidak akan nikmat... " ucap rap mengangkat kopi milik nya
kau pun mulai meminum kopi itu secara perlahan, lalu rap mulai membuka cerita
"kau bertengkar dengan jimin... " tanya rap memandang mu
kau pun terdiam sembari berfikir
"aaah,,, jadi jimin yg mengirim mu... " tebak mu
"bisa di bilang begitu bisa juga tidak, karena jimin tidak meminta ku mencari mu... " ucap rap
"ooh benarkah... " sambung mu cuek
rap pun mulai menceritakan saat jimin mencarinya dengan menangis, dan menceritakan kejadian yg membuat nya sampai mengucapkan kata kasar itu kepadamu
"Cintya, seperti nya ini salah paham. jimin juga tau kalau yg di katakan nya itu fatal, jimin tidak berhenti menangisi ucapan nya yg membuat mu pergi. mungkin selama 34 tahun dia hidup baru itu dia melukai hati seseorang dengan ucapan nya.. " jelas rap kepada mu
"masalah nya adalah, dia tidak bertanya langsung rap. dia menyimpulkan nya sendiri, secara tidak langsung di meragukan ku... aku juga tidak menyalahkan sepenuhnya kepada jimin, tapi aku tidak punya kesempatan untuk menceritakan nya kepada jimin... " jelas mu balik
"benar, kau tau kan jimin terkadang masih suka berprilaku seperti anak-anak. mungkin saat itu sifat itu muncul... " sambung rap
"hemm, mungkin saja... " ucap mu menghabiskan kopi
"pulang lah, ini sudah larut.. " melihat ke arah jam tangan yg di pakai rap menunjukkan pukul 01.30
"aku memang berencana pulang, hanya saja aku masih ingin di sini sebentar lagi... " ucap mu
"baiklah, aku pamit duluan. aku yakin kau adalah orang bijak memilah keputusan. " ucap rap sebelum beranjak
"hemm, terimakasih rap untuk kopi nya. " ucap mu melihat nya melangkah pergi dan tersenyum
kau pun masih bertahan di sana, sampai kau benar-benar cukup untuk menghadapi jimin. kau pun mengajak Johan untuk pulang ke rumah jimin, sesampai nya di rumah kau masih duduk di dalam mobil. tiba-tiba somin membuka pintu mobil
"Nona, dari mana saja. kami sangat khawatir... " ucap somin panik campur senang karena kau pulang
kau pun hanya diam sembari keluar dari mobil, setelah itu kau pun melihat jimin di ambang pintu. melihat itu somin pun langsung pergi, kau pun melangkah masuk dan berjalan terus melewati jimin. terus berjalan menuju kamar, namun jimin mengejar mu dengan berlari dan memegang tangan mu
"Cintya, aku ingin minta maaf.. " ucap jimin langsung
"aku sudah memaafkan mu... " jawab mu cuek tanpa melihat ke arah nya
"Cintya tolong, aku sangat menyesal. aku bersumpah tidak akan membiarkan seperti ini terjadi lagi di masa depan. aku mohon Cintya, jika marah padaku jangan pergi kemana pun. biarkan aku yg pergi. " ucap jimin memelas
"jimin kau... hei, kenapa dengan bibir mu... " berbalik ke arah nya dan membelai lembut bibir jimin yg terlihat bekas luka, namun jimin belum menyadari kalau tangan mu juga terluka
"aku tidak papa, luka ini adalah yg menyadarkan ku... " ucap jimin sembari menahan tangan mu di bibir nya
"hentikan omong kosong ini jimin... " kau pun masuk ke kamar dan berfikir bahwa jimin sengaja melukai diri nya sendiri, jimin pun menyusul mu ke kamar dan mulai menjelaskan.
Bersambung.....