NovelToon NovelToon
Jiwa Maling Anak Haram

Jiwa Maling Anak Haram

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Reza Sulistiyo, penipu ulung Mati karena di racun,
Jiwanya tidak diterima langit dan bumi
Jiwanya masuk ke Reza Baskara
Anak keluarga baskara dari hasil perselingkuhan
Reza Baskara mati dengan putus asa
Reza Sulistiyo masuk ke tubuh Reza Baskara
Bagaimana si Raja maling ini membalas dendam terhadap orang-orang yang menyakiti Reza Baskara

ini murni hanya fanatasi, jika tidak masuk akal mohon dimaklum

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

“Rezaaaaa!” teriakan Vanaya dari luar melengking, hampir saja memecahkan gendang telinga yang mendengarnya.

Reza tidak bangun, malah menarik selimutnya sambil kesal. “Bising amat,” gumamnya.

“Rezaaaaa!” suara Vanaya semakin kencang.

Bruk!

Bruk!

Pintu digedor dengan keras, kamar Reza bergetar, lemari hampir jatuh seperti sedang terjadi gempa.

Dengan malas, Reza bangun dan membuka pintu.

Namun naas, saat Reza membuka pintu, bersamaan Dimas menendangnya. Akibatnya, Dimas terpeleset dan jatuh masuk ke kamar Reza.

Gubrak! Dimas jatuh, pinggangnya sepertinya hampir patah.

Hampir saja Reza tersenyum, tapi ia menahannya. Ia masih harus bersikap pecundang di hadapan mereka.

“Ada apa, Kak?” tanya Reza menatap Vanaya.

“Masih nanya ada apa? Kamu itu bikin onar di kampus, sekarang kamu dipanggil Ayah!” ujar Vanaya dengan nada ketus. Matanya menatap tajam pada Reza, penuh kebencian.

“Ok,” jawab Reza singkat.

Reza melangkah santai, sementara Vanaya menatapnya penuh kebencian. Berakhirlah kamu, Reza. Dasar pecundang, gumam Vanaya dalam hati.

Dimas mengikuti Vanaya dari belakang sambil memegang pinggangnya.

Sesampainya mereka di ruang tengah, Galih sudah menunggu dengan raut muka penuh amarah. Ia siap melampiaskan kekesalannya pada Reza.

Reza duduk menghadap Galih, sementara Vanaya dan Dimas berada di sampingnya. Pandangan Galih tajam, raut mukanya masam, menunjukkan kemarahan dan kejengkelan pada masalah keluarga yang tak kunjung usai.

“Ayah,” ucap Vanaya dengan suara keras, tajam, dan penuh kebencian, “Reza setiap hari terus berbuat onar. Hari ini saja dia dua kali membuat masalah dan mencoreng nama baik keluarga kita, Yah.

Pagi-pagi dia melecehkan Ratna lagi sampai ramai jadi perbincangan di kampus. Aku sampai malu keluar kelas gara-gara Reza. Siangnya, dia malah berurusan dengan Anton, menuduh Anton melecehkan dirinya. Dan asal Ayah tahu, dia sudah dikeluarkan oleh pihak kampus.”

Vanaya mengadu sambil menambahkan kebohongan, berharap Reza hari ini mendapat hukuman berat.

“Ayah,” ucap Dimas mulai mengadu, “si Reza ini berani sekali berurusan dengan Anton. Sekarang aku jadi dijauhi teman-temanku. Dia menuduh Anton melecehkannya.” Dimas terus memanaskan suasana.

Galih menghembuskan napas berat. Tangannya mengepal, menahan amarah. Hanya saja, ia tidak mau bertindak sembarangan lagi. Seburuk-buruknya Reza, dia adalah kunci bagi Galih untuk menikmati warisan Darman Baskara.

“Reza,” ucap Galih dengan nada dingin—tanpa bentakan, namun justru lebih menyeramkan ketimbang teriak-teriak—“apa kamu tidak bosan membuat ulah terus? Bisa tidak kamu bersikap biasa saja? Kamu itu harus bersyukur masih bisa kuliah. Cobalah bertindak biasa, jangan bikin ulah. Ayah setiap hari dengar aduan tentang kamu. Lama-lama, Ayah bisa mati berdiri karena kelakuanmu.”

Galih berbicara dengan nada tenang, tetapi penuh ancaman.

“Semua yang dikatakan Kak Dimas dan Kak Vanaya bohong,” ucap Reza dengan nada datar.

Galih menatap tajam ke arah Reza, pandangannya kini mulai serius.

“Mana buktinya kalau aku melecehkan Ratna?” Reza mendongak menatap Galih, lalu kembali menunduk.

“Mana buktinya kalau aku memfitnah Anton Sigit?” lanjut Reza sambil menatap lantai, menyangkal dengan sikap pecundang.

“Ayah!” seru Vanaya hampir berteriak. “Apa yang aku katakan adalah kebenaran. Kalau tidak benar, apa alasan sehingga Reza dikeluarkan dari kampus?”

“Iya, Yah. Dia resmi dikeluarkan dari kampus. Dia pasti menyembunyikan suratnya,” tambah Dimas memprovokasi Galih.

Galih kembali menatap tajam ke arah Reza.

“Reza,” ucap Galih, “mana surat pemecatan dari kampus?” tanyanya dengan penuh penekanan.

Reza menunduk, tubuhnya gemetar seperti ketakutan.

“Reza!” bentak Galih. Kesabarannya yang memang tak banyak kini sudah habis.

“Tidak ada, Yah… tidak ada surat itu,” jawab Reza dengan suara gemetar.

“Ayah,” ujar Vanaya, “kita cari saja di kamarnya. Pasti ada.” Vanaya memberikan ide.

“Jangan!” potong Reza dengan suara ketakutan. “Jangan, Kak… apakah Kakak tidak bosan menyakitiku? Kenapa, Kak…?” ucapnya sambil terisak.

“Ayah,” ucap Dimas, “sudah jelas dia menyembunyikan surat itu.”

“Cepat cari surat itu di kamar Reza,” perintah Galih dengan nada tegas.

Kamu selalu berbuat ulah. Kalau aku tidak memberi hukuman padamu, aku akan dimusuhi oleh seluruh keluargaku, pikir Galih dalam hati.

Suasana hening. Hanya terdengar tarikan napas Reza yang penuh ketakutan dan napas Galih yang sarat amarah. Detak jam terdengar nyaring, seolah akan meledak kapan saja begitu surat pemecatan Reza dari kampus ditemukan.

Tak lama kemudian, Dimas dan Vanaya kembali membawa selembar kertas.

Reza melirik sekilas, melihat Vanaya memotret surat itu. Dalam hati, Reza bergumam, Bagus, kamu mengurangi pekerjaanku.

Vanaya menyerahkan surat itu kepada Galih sambil tersenyum sinis. Kalaupun Reza akan dipertahankan oleh ayahnya, setidaknya malam ini dia akan melihat Reza disiksa oleh ayahnya sendiri.

Galih membaca surat itu dengan teliti, dahinya berkerut, lalu melemparkan kertas tersebut ke arah Reza.

“Pembohong!” bentak Galih. “Selain pecundang, sekarang kamu sudah pandai berbohong, Reza!” Pandangannya penuh kekecewaan.

Reza menghembuskan napas berat.

“Silakan Ayah hukum aku dengan berat,” ucapnya pasrah.

“Atau, untuk memenuhi keinginan Kak Dimas dan Kak Vanaya, silakan Ayah bunuh aku,” lanjutnya dengan penuh kepasrahan.

Dasar pecundang, kenapa tidak membela diri sedikit pun? ucap Galih dalam hati.

“Iya, Ayah harus memberi hukuman pada Reza sekarang!” seru Dimas.

“Ayah…” ucap Reza dengan suara yang sangat lembut, hingga membuat Galih sedikit tersentuh.

“Ayah, walau aku pecundang, tapi di dalam pikiranku hanya ada keinginan untuk membela nama baik keluarga Baskara,” ujarnya.

Galih mengernyitkan dahi.

Reza kemudian berdiri.

“Ayah…” suaranya kini terdengar keras.

“Hari ini, keluarga Baskara sudah diinjak-injak secara terang-terangan oleh keluarga Sigit! Aku dikeluarkan dari kampus bukan karena aku bersalah, Yah! Kampus sudah melakukan blunder besar dengan mengeluarkanku. Tapi demi menginjak keluarga Baskara, mereka melakukan berbagai cara, termasuk mengerahkan seluruh kekuasaan mereka untuk menekan kampus agar mengeluarkanku.

Kalau Ayah tidak percaya, silakan buka media sosial kampus. Ayah akan lihat sendiri bagaimana tanggapan netizen. Semua mendukung aku, Yah! Semua menjelekkan Anton Sigit! Anton Sigit benar-benar berniat melecehkanku, Yah! Kalau Ayah tidak percaya, videonya ada di grup kampus.

Aku tidak punya ponsel Android, tapi Ayah bisa lihat videonya sendiri. Sudah jelas aku yang dilecehkan, dan semua orang mengakuinya! Kampus justru melawan arus. Seharusnya mereka tidak mengeluarkanku demi menjaga nama baik, tapi malah mengorbankanku. Ini sudah jelas pertunjukan kekuasaan keluarga Sigit, Yah. Sigit tidak akan kalah oleh keluarga Baskara!” ucap Reza panjang lebar, penuh emosi.

Galih sampai terpana melihat Reza.

“Vanaya, mana ponsel kamu?” tanya Galih.

“Ayah, jangan percaya apa yang dikatakan Reza,” ucap Vanaya.

“Iya, Ayah. Reza memang cari gara-gara dengan Anton,” sambung Dimas.

“Yah!” ucap Reza dengan suara keras. “A yah, walau aku pecundang, tapi aku tidak akan pernah bekerja sama dengan keluarga Sigit yang terus menginjak harga diri kita. Aku lebih baik tidak punya teman daripada berteman dengan keluarga Sigit!”

“Vanaya! Dimas! Mana ponsel kalian?!” bentak Galih

1
SOPYAN KAMALGrab
pernah tidak kalian bersemangat bukan karena ingin di akui... tapi karena ingin mengahiri
adelina rossa
lanjut kak semangat
adelina rossa
lanjut kak
Nandi Ni
selera bacaan itu relatif,ini cerita yg menarik bagiku
SOPYAN KAMALGrab
jangn lupa kritik...tapi kasih bintang 5...kita saling membantu kalau tidak suka langsung komen pedas tapi tetap kasih bintang 5
adelina rossa
hadir kak...seru nih
FLA
yeah balas kan apa yg udah mereka lakukan
FLA
wah cerita baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!