NovelToon NovelToon
Pergi Untuk Kembali

Pergi Untuk Kembali

Status: tamat
Genre:Romansa / Kontras Takdir / Healing / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

To heal & to grow

Remember,
when you forgive, you heal.
And when you let go,
you grow.
-unknown

Aku membaca tulisan di dinding ruang tunggu, yah aku juga tau teorinya namun kenyataan tak semudah teori, ucap Alena dalam hati.
Aku Alena, ini kisah percintaanku, dimana aku seorang pengecut yang merasa rendah diri, setiap ujian datang menghampiriku maka aku akan memilih untuk pergi, merasa menghindari masalah adalah jawaban yang tepat. Lagipula menjalani cinta dan jatuh cinta adalah 2 hal yang berbeda. Kamu bisa jatuh cinta tanpa perlu memikirkan latar belakang dan konsekuensi yang datang bersamanya. Sedangkan menjalani cinta berarti perjalanan panjang yang penuh dengan pertanyaan dan keputusan disetiap ujiannya.

"Al, aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".

Full of love,
Author 🤎

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melangkah Maju

Dear diary,

Jasonnnnnn! Dia yang mau usaha franchise kopinya, katanya dia mau buat usaha bersama, tapi kaya ga niat gini sih! Kok aku disuruh buat keputusan sendiri! Enak aja aku disuruh datang meeting sendiri hari ini, ketemu kontraktor sendiri, arrrgghhh!!!

"Ya Al, kan kamu juga harus belajar sayang, nanti kamu loh yang pegang kendalinya, kan aku di kantor".

Hah! Dasar!!!! Banyak alasan saja!!!!

Masa konselingku dengan bu Gita sudah berakhir, dan terkadang aku masih menulis diary setiap aku merasa kesal dengan Jason. Namun kini penulisan itu tidak sebatas catatan kecil saja namun berkembang menjadi novel. Novel pertamaku adalah tentang perjalanan kisah asmaraku. Tentu saja aku tidak menggunakan nama asliku di novel itu. Berbeda dengan novel yang berakhir tamat dengan penuh kebahagiaan, Alena di kehidupan nyata masih menulis diary disetiap ujiannya.

Apa aku sudah sembuh dari lukaku? Memaafkan namun tidak melupakan, ya... aku tidak akan pernah bisa melupakannya. Kadang hal sederhana seperti melewati toko perhiasan dengan deretan pajangan kalung saja mampu membuatku mengingat masa lalu. Jadi..., ya... bisa dikatakan aku sembuh dengan perlahan, namun pasti. Aku menemukan quote yang pas untukku, dan hingga sekarang quote itu masih menjadi peganganku untuk sembuh.

'Memaafkan memang tidak akan merubah masa lalu, tapi ia akan melapangkan masa depan'.

-unknown

Setelah pertengkaran itu, kami bertekad benar-benar memulai lembaran baru. Aku saat ini, bisa dikatakan sudah menerima masa lalu Jason dengan damai. Jason membeli sebidang tanah dipinggir jalan raya. Tanah ini akan dibagi menjadi 2 tempat, rumah dan kafe kecil. Aku tidak menginginkan rumah berukuran besar, cukup rumah dengan 3 kamar sederhana. Begitu pula dengan kafe, hanya berisi 3 meja kecil didalam dan 6 meja kecil di halaman belakang. Juga ada sepetak bangunan kecil untuk satpam yang akan tinggal menjaga rumah dan kafe ini.

Jason memintaku untuk tidak bekerja lagi, alasannya sih supaya aku tidak terikat jam kantor, jadi fokus sama dia aja. Ya fokus sama si bos Jason aja! Ide gilanya yang tampak indah di depan kini terasa jebakan bagiku. Bahkan demi ide gilanya itu aku mengambil kursus pastry. Ya meski ternyata kursus itu sangatlah menyenangkan, dan aku ternyata sangat menyukai kegiatan membuat pastry. Tapi tetap saja ada kalanya aku merasa ditinggal, merasa dia hanya membual dengan janjinya.

"Al bagaimana meeting tadi?", tanyanya sepulang kantor.

"Udah ga usah tanya-tanya, kan kamu suruh aku buat keputusan sendiri, ya udah aku aja yang kerjain sendiri semuanya, tapi kalau ada sedikit aja yang ga sesuai sama kamu, ga usah ngomong apapun, telan aja, kan kamu yang minta aku sendiri", ujarku kesal.

"Al... maaf... aku benar ada keperluan mendadak Al, lagipula...", ia berbicara sambil memelukku untuk meredakan amarahku, namun aku memotong pembicaraannya.

"Iya tau... lagipula aku harus belajar membuat keputusan sendiri! Basi ah Jas!".

"Ok sebagai hukumannya, aku tidak akan mempertanyakan pilihanmu dengan desain rumah lagi".

"Bener ya Jas, semuanya terserah aku?".

"Ya Al, tapi jangan terlalu banyak warna pink ya Al".

"Tuh kan belum apa-apa ada kata tapinya, gimana sih Jas".

"Iya-iya janji gak lagi deh", ucapnya pasrah.

"Jadi ga marah lagi kan Al?".

"Ga, kenapa...? pasti ada maunya nih", ucapku melirik penuh tanya.

"Setelah urusan rumah, dan tempat ngopi selesai, kita program anak yuk Al".

Anak, ini kedua kalinya kami membicarakan hal ini. Yang pertama adalah saat awal aku hilang ingatan, Jason sudah pernah berkata ia menginginkan program anak, namun kami tidak pernah membahasnya lebih dalam ataupun mengungkitnya lagi. Bukan berarti selama ini kami menundanya, kami tidak melakukan alat kontrasepsi apapun. Sebenarnya kadang aku pernah mempertanyakannya juga dalam hati, sepertinya kami tergolong cukup aktif dalam melakukan hubungan intim, mungkin belum jalannya saja pikirku selama ini.

"Apa kamu mau cepat punya anak Jas?".

"Ya selalu, semenjak pertama kali kita berhubungan sebenarnya aku berharap kamu langsung hamil Al".

"Oya..., kenapa?".

"Bisa dibilang proses kita bersama agak unik bukan Al, kupikir dengan adanya anak segalanya akan membaik".

"Membaik?", tanyaku bingung.

"Bukan begitu maksudku. Aku selalu punya ketakutan kamu pergi menghilang Al, dengan adanya anak kupikir akan memperkuat hubungan kita. Aku tau aku salah berpikir seperti itu, oleh sebab itu aku ga pernah bilang apa-apa ke kamu".

"Terus kenapa sekarang kamu minta kita program anak? Apa kamu masih berpikir hubungan ini lemah Jas?".

Jason menggelengkan kepalanya dan berkata,

"Sekarang aku yakin pada kita Al, mungkin kita akan merasa kecewa satu sama lain di masa depan, tapi pada akhirnya kita akan kembali lagi bukan Al? Aku yakin kita berdua saat ini sama-sama mencintai secara dewasa".

Ucapannya membuatku tersenyum, ya aku bukan Alena yang dulu suka lari dan menghilang.

"Berapa umur kita saat ini Al? Kita harus memperhitungkan masa pensiun Al. Ya memang sih tidak ada kata pensiun untukku, tapi kondisiku saat itu pasti sudah butuh perawatan, aku harus mulai membimbing anak kita disaat aku masih mampu berpikir dengan jernih dan kondisi fisik yang baik. Aku tidak mau seperti papa sekarang, dimana Brandon saja baru lulus kuliah dan terpaksa menggantikan papa, padahal ia memiliki mimpi yang lain".

"Aku ingin memberikan anakku kebebasan dan membimbingnya semampuku".

Aku tersenyum mendengarnya.

"Kenapa Al? katakan... apa aku salah Al?".

Aku menggelengkan kepalaku,

"Kupikir alasannya adalah karena kita anak tunggal, maksudnya kita tumbuh tanpa ada kehangatan keluarga seperti keluarga lainnya. Atau alasan kesehatan mamaku dan papa kamu. Aku tidak menyangka kamu terpikir alasan lain mengenai masa depan Jas".

"Baiklah kita akan mulai memikirkan soal anak setelah semua ini selesai", janjiku pada Jason.

"Ada hal lain yang bisa kita lakukan sekarang juga Al", bisiknya di telingaku.

Aku tau kali ini Jason menginginkan apa dariku. Tangannya mulai masuk ke dalam kaos bajuku, mempermainkanku dengan mengelus kulitku, lalu bergerak naik ke area dada, dan bermain dengan titik sensitifku. Bibirnya turun dari telingaku ke leherku, menggigit kecil bagian pundakku. Lalu kedua tangannya mengangkatku untuk duduk berhadapan diatas pahanya. Satu tangan ditengkuk leherku, membimbingku agar bibirnya dengan mudah menyatu dengan bibirku, dan satu tangannya mulai membuka kancing piyamaku yang bermodel kemeja.

Ok baiklah Jas, aku menyerah untuk permintaan yang ini...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!