Setelah kepergian Dean, sahabatnya, Nando dihadapkan pada permintaan terakhir yang tidak pernah ia bayangkan, menikahi Alea, istri Dean. Dengan berat hati, Nando menerima permintaan itu, berharap bisa menjalani perannya sebagai suami dengan baik.
Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Arin, wanita yang pernah mengisi hatinya, masih terlalu nyata dalam ingatannya. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya.
Di antara pernikahan yang terjalin karena janji dan hati yang masih terjebak di masa lalu, Nando harus menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya. Akankah ia benar-benar mampu mencintai Alea, atau justru tetap terjebak dalam bayang-bayang Arin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Ramen
Setelah keluar dari ruangan dokter Rina, sorot mata Arin menatap Nando dengan ragu.
"Kalau pakai KB tetap kebobolan, kamu tetap mau nerima anak ini?" tanyanya pelan.
Nando menghela napas, lalu menatap Arin dengan serius. "Gak mungkin kebobolan. Ini cuma sekali, dan obat itu aku yakin ngaruh."
Belum sempat Arin merespons, suara nyaring seorang perempuan tiba tiba memecah suasana.
"KAK NANDO !!! " teriak mereka dengan suara yang cukup kencang.
Nando dan Arin refleks menoleh, mendapati sepasang pria dan wanita yNg tengah berdiri di belakang mereka.
"Kak Nando lagi nganterin siapa ke dokter obgyn?" tanya wanita itu, ragu. Sorot matanya sedari tadi tidak berpindah pada wanita disamping nando yang menutup hampir seluruh tubuhnya dengan hoodie dan masker.
Nando yang tidak mengenal wanita di hadapannya, sontak menaikkan alisnya, bingung dengan sosok yang tiba-tiba menyapanya.
"Lexa, fans Kak Nando," ucap wanita itu, seakan sadar bahwa Nando masih belum mengenalinya.
"K-kalian kencan? " tanya laki laki disamping wanita itu. Sorot matanya menatap Nando dan Arin secara bergantian.
"Ini sekedar Shooting, " jawab Arin cepat.
"T-tapi kok ke dokter obgyn?"
"Memang itu salah satu scane kita nanti. " jawab Nando cepat.
"Kita pergi dulu, ya." Tanpa menunggu respons, Nando segera menarik tangan Arin dan membawanya masuk ke dalam mobil miliknya.
"Mau makan apa? " tanya Nando ketika mereka berdua sudah mulai masuk ke dalam mobil, dan mobil mulai melaju cepat keluar dari halaman rumah sakit.
"Hari ini aku pengen banget makan ramen." jawab Arin.
"Kita pergi makan ke resto ramen favorit aku ya, nan. Aku lagi pengen banget makan disana," ucap Arin. "Lagian kita udah jarang banget makan disana,"
Tak butuh waktu yang cukup lama, mereka tiba di salah satu restoran VIP yang terkenal dengan ramennya yang autentik. Seorang pelayan langsung menyambut mereka dengan ramah dan mengantar ke ruang makan privat.
"Silakan duduk. Ini menu ramen spesial di restoran kami hari ini," ujar pelayan sembari menyerahkan daftar menu makanan ke Nando dan juga Arin.
"Spicy Wagyu Miso Ramen sama Sparkling yuzu soda," ucap Arin.
"Kamu mau makan apa? " Arin menoleh ke arah Nando yang fokus dengan ponsel miliknya.
"Samain aja. " jawab Nando.
"Satunya samain aja," ucap Arin.
"Saya ulangi lagi ya, kak. Spicy Wagyu Miso Ramen dua sama Sparkling yuzu soda 2," ucap pelayan itu yang diangguki oleh Arin.
Setelah selesai mencatat pesanan mereka, pelayan itu segera pergi meninggalkan ruangan.
Drttt drtt
Ponsel milik Nando tiba tiba saja berdering. Ia melirik layar ponsel miliknya dan menatap nama Laura yang terpampang jelas di sana.
Nando melirik ke arah Arin sekilas sebelum akhirnya ia meraih ponsel miliknya dan mengangkatnya.
"Hari ini jam 12 siang datang ke lokasi. Lo punya waktu satu jam buat siap-siap. Jangan lupa," ucap Laura singkat, lalu memutus sambungan tanpa menunggu balasan.
Tak lama setelah Nando memutus sambungan telfonnya, giliran ponsel milik Arin berdering. Nama yang sama muncul di layarnya. Laura.
Arin tersenyum smirk dan segera menjawab telepon masuk dari managernya itu. "Kenapa, Ra?"
"Jangan lupa jam 12 siang nanti datang ke lokasi, Hotel Ambarwangsa 2. Gue tunggu," ucap Laura, lalu memutus sambungan secara sepihak.
Arin menurunkan ponselnya, senyum tipis terukir di bibirnya.
"Ada calling-an juga dari Laura?" tanya Nando.
"Kita bakal satu scene nanti." jawab Arin. "Kita Berangkat bareng aja ya, "
-
"Kalian berangkat bareng?" Laura menatap Arin dan Nando bergantian begitu melihat keduanya baru saja turun dari mobil yang sama.
"Cuma bareng doang, kenapa sih heboh banget, Ra," jawab Arin santai, seolah tak ada yang perlu dipermasalahkan.
"Aku masuk dulu, mau make up," tambahnya, lalu masuk ke dalam gedung. Nando hanya mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa.
Begitu Arin menghilang dari pandangan, Laura langsung menghampiri Nando dengan langkah cepat. Wajahnya serius, matanya menatap tajam.
"Lo ada hubungan apa sama Arin?" tanyanya tegas, tanpa basa-basi.
"Nan, gue gak mau lihat Lo main belakang sama cewek itu ya. Jangan sampai gue lihat lo nyakitin Alea demi Arin." ucap Laura tajam.
"Alea itu kurang apa, coba?!" Nada suara laura meninggi, jelas tidak suka dengan kelakuan temannya kali ini.
"Kalau lo bukan temen gue, kelakuan bejat lo ini udah gue umbar ke mana-mana, Nan."
"Lo dateng bareng, dari tempat yang sama pula. Jangan-jangan pas gue ngabarin soal shooting ini, lo emang lagi bareng Arin ya? Di tempat yang sama?!"
Nando tidak menjawab. Tak ada satu kata pun keluar dari mulut laki laki itu. Tanpa menjawab, ia berbalik dan segera pergi begitu saja, meninggalkan Laura yang masih berdiri di tempat dengan amarah yang belum reda.
