NovelToon NovelToon
PULAU HANTU

PULAU HANTU

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Keluarga / Tumbal
Popularitas:871
Nilai: 5
Nama Author: ilalangbuana

Pak jono seorang pedagang gorengan yang bangkrut akibat pandemi.
menerima tawaran kerja sebagai nelayan dengan gaji besar,Namun nasib buruk menimpanya ketika kapalnya meledak di kawasan ranjau laut.
Mereka Terombang-ambing di lautan, lalu ia dan beberapa awak kapal terdampar di pulau terpencil yang dihuni suku kanibal.
Tanpa skill dan kemampuan bertahan hidup,Pak Jono harus berusaha menghadapi kelaparan, penyakit,dan ancaman suku pemakan manusia....Akankah ia dan kawan-kawannya selamat? atau justru menjadi santapan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilalangbuana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

diambang gila

Hujan tak lagi menjadi berkah.

Sudah hampir lima hari langit mengguyurkan hujan deras tanpa jeda.

Siang dan malam melebur menjadi satu. Kabut pekat menyelimuti lembah, dan bau amis bercampur busuk semakin menusuk. Lumpur menggenang, membuat setiap langkah terasa seperti diseret ke dalam perut bumi yang lapar.

Pak Jono duduk memeluk lutut di bawah sebatang pohon mati, mengenakan jaket lusuh yang sudah tak lagi mampu menghalau dingin.

Seluruh tubuhnya menggigil, bukan hanya karena udara, tetapi karena sesuatu yang lebih dalam,ketakutan yang sudah berubah menjadi keputusasaan.

Tak jauh darinya, Kapten Rahmat tertunduk diam di depan altar tua, tempat di mana Gilang,satu-satunya orang yang tersisa dari KM Laut Jaya 08 selain mereka berdua,telah menjadi korban persembahan. Jejak darah masih samar terlihat, tersapu hujan namun tak sepenuhnya lenyap. Batu-batu pahatan di sekeliling altar tampak semakin menyeramkan dalam genangan air dan lumut.

Sejak hari itu, Pak Rahmat mulai berubah. Bukan hanya murung atau diam, melainkan menjadi seseorang yang asing.

Ia kerap berbicara sendiri, menatap kehampaan, dan yang paling mengkhawatirkan,ia mulai menyakiti dirinya sendiri.

Pak Jono menyadarinya pertama kali saat ia menemukan kapten itu duduk memeluk parang dengan tangan berdarah.

“Kau... ngapain itu?”

tanya Pak Jono panik, mendekat dengan hati-hati.

Pak Rahmat menoleh pelan, senyum tipis di wajahnya yang pucat.

“Aku... sedang membayar hutang.”

“Hutang apa?”

“Hutang darah... darah Gilang... darah mereka semua... Aku seharusnya mati di kapal itu... aku kaptennya. Aku yang membawa mereka ke sini... semua ini salahku...”

Pak Jono tercekat.

Kata-kata itu menusuk, bukan karena benar atau salah, tapi karena penuh luka. Ia mendekat, mencoba mengambil parang itu, namun Pak Rahmat menariknya menjauh dengan marah.

“JANGAN SENTUH AKU! Biarkan aku menebus dosa ini!”

Pak Jono mundur, gemetar. Air hujan menyamarkan air mata yang jatuh dari matanya.

Malamnya, suara tangisan terdengar dari balik kabut.

Pak Jono terbangun dari tidurnya yang tak pernah nyenyak, menggenggam potongan kayu tajam yang ia jadikan senjata darurat. Suara itu terdengar seperti anak kecil... atau mungkin... Gilang?

“Pak... Jono...”

suara lirih itu menggema, seolah berasal dari berbagai arah sekaligus.

Pak Jono beringsut keluar dari tempat persembunyiannya, berusaha mencari arah datangnya suara. Tapi setiap ia melangkah, suara itu menjauh.

“Pak Jono... jangan tinggalkan aku... dingin... sakit...”

Tiba-tiba,BLAR!petir menyambar tak jauh dari tempatnya berdiri.

Kilat menyinari sekeliling, dan di kejauhan, di balik kabut, ia melihat sosok Gilang berdiri di tengah rawa... tubuhnya basah kuyup, pucat, dengan mata kosong dan darah menetes dari pelipisnya.

Pak Jono terbelalak. Ia tahu itu mustahil. Gilang sudah... mati.

“Gilang?” bisiknya.

Sosok itu hanya menatap... lalu tersenyum perlahan.

Saat kilat kedua menyambar, sosok itu lenyap.

Esok paginya, Pak Rahmat mengukir simbol-simbol aneh di lengannya dengan batu runcing.

Ia duduk di depan altar sambil bergumam tanpa henti.

“Kalau aku mati... mungkin gerbang akan tertutup... mungkin ini semua akan berakhir... mungkin kalian bisa pulang...”

ucapnya, seolah berbicara pada seseorang yang tak kasat mata.

Pak Jono hanya bisa mengawasi dari jauh. Ia tahu, pria itu hampir tak bisa diselamatkan. Lembah ini telah mengambil akalnya.

Lalu, ia mengambil keputusan.

Sudah cukup.

Jika ia tetap bertahan di sini bersama Pak Rahmat, maka ia pun akan ikut tenggelam dalam kegilaan ini. Ia harus keluar. Ia harus bertahan hidup. Untuk keluarganya. Untuk semua teman-temannya yang telah tiada.

Sambil berjongkok di balik semak, Pak Jono mulai menyusun rencana. Ia memetakan area di sekitarnya berdasarkan ingatan dan tanda-tanda alam yang masih bisa diandalkan.

Ia memperhatikan arah lumut di batu, aliran air kecil, dan,jika beruntung,akan mencoba mencari celah di balik kabut pekat yang memenjarakan lembah ini seperti dinding tak kasat mata.

Tapi waktu semakin menipis.

Bukan hanya karena makanan dan air bersih, tapi juga karena kondisi psikologis Pak Rahmat yang semakin memburuk. Jika ia meledak dalam kegilaan sepenuhnya, bukan tak mungkin pria itu akan mencelakainya juga.

Dan malam itu... suara-suara dari balik kabut kembali terdengar.

Namun kali ini bukan tangisan.

Tapi bisikan... ratusan... seperti nyanyian ritual kuno.

Suara hujan masih terus mengguyur, tanpa jeda, seakan langit pun ikut menangisi nasib mereka.

Lembah itu kini telah berubah menjadi rawa penuh lumpur dan bangkai hewan yang membusuk.

Bau busuk menusuk hingga ke paru-paru. Serangga-serangga aneh beterbangan, menempel di kulit seperti lintah haus darah. Pak Jono merapatkan jaket tipisnya, yang kini sudah sobek-sobek dan berat karena air. Matanya tak lepas dari Pak Rahmat yang duduk termenung di tepi gubuk kecil yang hampir roboh.

“Rahmat... Ayo masuk, kau bisa sakit di luar terus begini,”

serunya.

Tapi pria itu tak bergeming.

Tubuhnya menggigil, entah karena dingin atau karena ketakutan yang perlahan menggerogoti akalnya.

Di tangannya ada batu runcing, yang sebelumnya ia gunakan untuk menggoreskan sesuatu di lengan kirinya.

Garis-garis merah membentuk simbol aneh. Entah ia belajar dari mana.

“Aku harus membayar hutang darah,”

ucapnya pelan, namun cukup jelas di tengah riuhnya hujan.

“Gilang... dia tidak seharusnya... aku...”

Pak Jono menghela napas berat.

“Bukan salahmu. Kau juga ingin menyelamatkannya.”

“TIDAK!”

teriak Pak Rahmat tiba-tiba, menoleh dengan tatapan yang tak lagi seperti manusia normal.

“Aku memilih dia! Aku yang berdoa agar kita selamat, dan... dan mereka datang dalam mimpiku. Mereka bilang butuh satu jiwa! Dan aku... aku bilang ambillah dia!”

tangisnya pecah, tubuhnya gemetar, dan ia menghantamkan kepalanya ke tanah, lumpur menempel di wajah dan rambutnya.

Pak Jono memekik dan segera menghampiri, menahan tubuh sahabatnya itu.

“Sudah! Ini bukan waktunya saling menyalahkan! Kau waras, Rahmat! Jangan biarkan tempat ini mengambil akal sehat kita!”

“Terlambat...”

desis Rahmat, lemah.

Malam semakin pekat.

Petir menyambar di kejauhan, siluet pepohonan di bibir lembah menari-nari seperti bayangan makhluk purba. Pak Jono menyulut api kecil dari ranting-ranting kering yang disimpan sejak beberapa hari lalu. Dengan susah payah ia mengeringkan sepotong singkong yang ditemukan sebelumnya. Perut mereka nyaris tak terisi selama dua hari.

Rahmat mulai berbicara sendiri, gumaman aneh dalam bahasa yang tak dikenali. Bibirnya bergetar, matanya nanar menatap ke langit. Pak Jono terpaksa mengikatnya dengan tali sisa-sisa dari pelampung kapal yang ditemukan terdampar tak jauh dari situ.

Malam itu, suara tangisan kembali terdengar.

Namun berbeda.

Tangisan itu... tangisan seorang perempuan. Halus. Memelas.

Dan... mendekat.

Pak Jono mengambil parang kecil yang diselipkan di pinggang.

Ia berdiri perlahan, jantungnya berdetak lebih cepat. Suara itu datang dari arah altar batu, tempat Gilang terakhir terlihat...

Langkah Pak Jono ragu. Setiap suara tangis, seolah menuntunnya ke dalam kabut. Tapi ia tahu. Ia tahu itu bukan manusia. Itu bukan tangisan nyata.

Tapi mengapa terdengar begitu nyata?

“Ayah...”

suara itu berubah. Menjadi lirih, suara Siti... anaknya.

Pak Jono tertegun. Matanya membelalak.

“Siti...?”

“Pulangg...”

ucap suara itu pelan.

“Aku kedinginan, Yah...”

Tangannya gemetar. Ia tahu anaknya sedang di rumah, aman di pelukan istrinya. Tapi lembah ini... tempat ini... memainkan pikiran. Ia menutup telinga, menggertakkan gigi.

“Bangsat kau! Aku tahu kau bukan anakku! Tunjukkan dirimu!”

bentaknya pada kegelapan.

Tiba-tiba, Pak Rahmat tertawa keras. “Lihat? Mereka tahu siapa kau, Jono! Kau juga penuh dosa! HAHAHA!”

Pak Jono menoleh, dan saat itu ia melihat Pak Rahmat telah terlepas dari ikatan, berdiri dengan tubuh telanjang dan simbol-simbol darah di sekujur badannya. Ia berdiri di atas altar, membuka kedua tangannya ke langit, seperti menantang.

“Ambil aku sekarang!! Ambil jiwaku!!” teriaknya.

“RAHMAT, JANGAN!!”

pekik Pak Jono, berlari.

Petir menyambar.

Terang sebentar.

Dan sosok Pak Rahmat menghilang.

Yang tersisa hanya bau terbakar dan bekas tanah hangus di altar.

Pak Jono jatuh terduduk.

Matanya membelalak.

Lembah ini... benar-benar tempat kutukan.

Semua nyawa yang datang ke sini... hanya akan jadi tumbal.

Dan kini... hanya dia yang tersisa.

Sendiri.

Dengan sisa akal yang mulai mengabur.

Dalam hati, Pak Jono berkata lirih, nyaris seperti doa... atau permohonan terakhirnya:

“Tuhan... kalau aku harus mati di sini... biarlah aku mati sebagai manusia... jangan jadikan seperti mereka...”

1
juwita
kasihan pak jono demi keluarga jd terdampar di pulau hantu. smoga bisa cpt kembali ke keluarganya
juwita
cerita nya bagus mengisahkan perjuangan se org ayah buat anak dn istrinya biar bisa hidup terjamin. rela berjauhan dgn bahaya menantang maut demi keluarga di jalani semoga perjuangannya g sia sia. happy ending
Ananda Emira
semakin seru
Killspree
Memukau dari awal hingga akhir
♞ ;3
Jalan ceritanya keren, endingnya bikin nagih!
ilalangbuana: terima kasih atas masukannya,!!
admin masih dalam tahap belajar.. semoga kedepannya karya ku bisa lebih baik lagi dalam penulisannya ataupun alur ceritanya☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!