Kisah Iyan yang terpuruk karena ayahnya pergi dan meninggalkan banyak hutang,sedangkan Iyan masih SMA,iya pun menjadi tukang ojek untuk membayar hutang tersebut.iyan menemukan system tukang ojek tanpa sengaja bagaimana kisah selanjutnya silahkan dibaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alijapul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Rencana Besar,Malam yang Menegangkan dan Kejutan di panggung
Setelah sukses dengan acara jalan sehat, Iyan pulang ke rumah dengan membawa hasil yang luar biasa. Dia merasa seperti pahlawan yang baru saja menyelamatkan dunia, bahkan bisa dibilang dunia tukang ojek. Ia membagikan uang hasil acara kepada ibunya dan menjelaskan bagaimana semuanya bisa terjadi.
“Bu, kita kini memiliki lebih banyak uang! Ini bisa membantu membayar hutang!” Iyan berkata dengan penuh semangat.
Ibunya merenung sambil tersenyum bangga, “Kau hebat, Iyan! Itu semua dari kerja kerasmu dan teman-temanmu.”
Sore harinya, Iyan teringat tentang misi dari Sistem Tukang Ojek yang belum sepenuhnya selesai. “Sistem, kini kita sudah mendapatkan banyak uang, tapi apa rencana besar kita selanjutnya?”
“Ayo gunakan semua yang telah kamu peroleh untuk merencanakan acara besar, seperti bazaar atau festival, di mana kamu bisa mengumpulkan lebih banyak dana,” suara sistem terdengar optimis.
“Festival? Itu ide brilian! Tapi bagaimana kita bisa merencanakan acara sebesar itu?” tanya Iyan.
“Kita bisa memanfaatkan teman-temanmu! Keterlibatan yang lebih luas akan membawa lebih banyak pengunjung,” sistem menjelaskan.
Malam itu, Iyan menghubungi teman-temannya. “Eh, teman-teman! Aku dapat ide gila! Kita harus membuat festival di sekolah!”
“Festival? Festival apa?” tanya Udin, bingung.
“Kita dapat menjual makanan, menawarkan layanan ojek, serta mengadakan beberapa permainan dan hiburan!” jawab Iyan bersemangat.
“Wow! Keren sekali!” Mira langsung tertarik. “Kita butuh rencana, berapa biaya yang dibutuhkan untuk semua ini?”
“Tenang, kita sudah dapat modal dari jalan sehat!” Iyan menjelaskan dengan penuh semangat, dan teman-temannya langsung sepakat untuk membantu.
Mereka berkumpul di rumah Iyan untuk merancang rencana. Joko menjadi MC yang mengatur semua permainan, Encep mengurus makanan, Sari mengecek dekorasi, dan Udin mengatur promosi. Masing-masing dari mereka sudah berbagi tanggung jawab dengan riang.
Namun, saat semua rencana berjalan, sistem memberikan peringatan. “Iyan, ingatlah untuk menjaga kesehatanmu dan tidak terlalu memaksakan diri. Dalam festival ini, kesehatan adalah kunci.”
“Tenang, aku akan menjaga diri! Dan senyummu selalu menjadi sinar!” ujar Iyan sambil tertawa.
Hari festival pun tiba, dan semua berada di tempat siap mempersiapkan menarik peserta. Di lapangan, semua teman Iyan sibuk menyiapkan meja untuk menjual makanan, sementara Iyan mengecek riwayat sistem dan bonus.
“Yaaay! Teman-teman! Mari kita buka festival!” teriak Joko dengan semangat.
Peserta mulai berdatangan, dan Iyan merasa senang melihat banyak wajah yang ceria. “Ayo, kami menyediakan makanan enak, layanan ojek, dan berbagai permainan seru! Segera datang dan dapatkan kesenangan!”
Tiba-tiba, saat acara mulai berjalan, ada masalah. Stok makanan habis lebih cepat dari yang diperkirakan. Andi, siswa baru, melihat kerumunan yang semakin banyak dan berteriak, “Iyan! Kita butuh lebih banyak makanan! Orang-orang mulai mengeluh!”
Mendengar namanya dipanggil, Iyan langsung beraksi. “Udin! Bagaimana bisa habis? Makanan kita kan telah disiapkan?”
“Maaf! Mereka semua sangat lapar!” Udin tertegun, tampak bingung.
Iyan segera mencari ide. “Tunggu! Kita tetap bisa memperpanjang festival! Kita naikan harga sementara sampai kita siap dengan makanan tambahan!”
Joko menambahkan dengan luwes, “Baiklah! Segera terima tawaran special dari Kak Iyan! Porsinya seharga 25 ribu, rasa luar biasa!”
Ternyata, itu berhasil menarik lebih banyak minat orang. Dengan cepat, Encep dan Udin mulai menikmati dan memasak kembali, berlari-lari kesana kemari.
Sementara publik berkumpul, Iyan merasa gemuruh di perutnya. “Sistem! Perasaan ini… aneh sekali!”
“Tenang, Iyan. Itu hanya rasa sukses dan semangat! Jangan khawatir!” suara sistem memberikan dukungan.
Dengan rencana yang kacau, semua orang akhirnya kembali berkumpul dalam kebisingan yang meriah.
Festival yang telah ditunggu-tunggu berlangsung dengan meriah. Iyan berdiri di tengah keramaian, bangga melihat banyaknya orang yang bersenang-senang. Namun, saat dia mengamati suasana, sesuatu yang tak terduga terjadi.
Tiba-tiba, lampu-lampu di panggung berkedip dan salah satu dari lampu tersebut mati, memicu keriuhan kecil di kalangan peserta. “Aduh, kayaknya kita dapat masalah teknis!” ujar Iyan, panik.
“Di mana tukang listriknya? Kayaknya kita butuh super hero!” Joko menimpali sambil mencoba menenangkan kerumunan.
“Tenang, semua! Mari kita buat keriuhan ini lebih seru! Kita akan mengadakan lomba menyanyi akustik! Biar semua bisa ikut berpartisipasi!” Iyan berkata, berusaha tetap tenang. “Siapa yang mau ikut?”
Dengan cepat, beberapa siswa mengangkat tangan, dan Iyan merasa semangatnya kembali menyala. “Baiklah, siapa yang berani duluan?”
Salah satu peserta dari kelas sebelah berani maju. “Aku, Iyan! Lagu apa yang harus ku nyanyikan?” tanya dia dengan suara penuh semangat.
“Lagu bebas! Yang penting bisa menghibur!” Iyan menjawab, sambil menggerakkan tangan seperti MC profesional.
Sementara pertunjukan berlangsung, kerumunan mulai berkumpul. Iyan merasa senang melihat wajah-wajah ceria di sekelilingnya. “Nah, kalau yang menyanyi mengalihkan perhatian, aku bisa meminta teman-temanku menyiapkan makanan!” Iyan berbisik pada sistem.
“Aku senang ide itu! Paduan suara yang kita buat harus berhasil!” sistem menjawab mendukung.
Setelah beberapa lagu dinyanyikan, kerumunan yang tadinya layu terasa bersemi kembali. Joko melompat ke depan, memegang microphone. “Baiklah! Mari kita buat keramaian! Siapa yang punya suara terbaik, ayo maju!”
Tidak mau kalah, Encep menyoraki sambil berteriak, “Dan yang kalah, harus bantu masak di dapur!” setengah bercanda.
Iyan terkekeh mendengar itu. “Betul! Siapa yang mau menyanyi!”
Setelah penampilan lagu yang konyol dengan tawa dan canda, pertunjukan itu mengalir dengan lancar. Rasa cemas yang sebelumnya menyelimuti Iyan hilang seketika, dan kerumunan tampak sangat menikmati festival yang dibuat dengan semangat bersama.
Setelah beberapa penampilan, Iyan memperhatikan bahwa semua peserta sudah mendapatkan makanan, dan tidak ada yang tampak kelaparan. “Yay, semua senang! Kita mungkin bisa menambah modal dari hasil festival ini!” Iyan berpikir sambil tersenyum.
Akhirnya, saat semua bersukacita, Iyan mengumpulkan semua peserta di panggung. “Terima kasih semua! Kalian luar biasa, dan acara kita kali ini sukses! Jadi, mari kita hitung semua pendapatan untuk membantu mengurangi hutang!”
Sembari menghitung, Iyan merasakan semangat kebersamaan. “Hasilnya sungguh luar biasa! Kita bisa membantu utang ayahku dan juga merayakan persahabatan ini!”
Tepuk tangan menggema, dan semua peserta bersuka cita. “Apa kamu tahu? Kita berhasil mendapatkan dana tambahan dari sponsor juga saat konsultan menyebar informasi!” sistem menyela.
“Wow! Lebih banyak dari yang kita harapkan!” Iyan tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya. “Bahwa bantuan ada di sekitar kita!”
Di tengah pekik kegembiraan, seseorang berbisik pada Iyan. “Hayo! Kenapa kita tidak mengadakan pesta kecil setelah ini?”
“Pesta kecil? Pesta siapa?” Iyan pura-pura bingung.
“Ya jelas, pesta kita! Buat merayakan kemenangan! Angkat kue dan minuman!” Udin berseru dengan raut wajah serius, bersikap seolah merancang rencana yang luar biasa.
“Baiklah! Pesta dimulai, teman-teman! Mari kita rayakan semua usaha yang telah kita lakukan,” Iyan menjawab penuh semangat.
Dan di tengah malapetaka dan rasa tidak pasti itu, mereka berhasil menemukan kebahagiaan dengan cara yang paling sederhana. Tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa mereka bisa menghadapi banyak hal hanya dengan tawa, bersama, dan tekad.
Iyan menatap teman-teman yang tidak tahu bahwa di belakang layar, sistem tukang ojek menjadi kunci kesuksesannya.
Hari Senin datang dengan semangat baru setelah suksesnya festival kemarin. Iyan tidak sabar untuk berbagi kabar baik dengan ibunya dan memastikan semua orang di sekolah tahu tentang keberhasilan mereka. Di sekolah, suasana sangat ceria. Banyak siswa yang menyebut namanya sebagai pahlawan festival.
“Wah, Iyan! Kamu seperti selebriti sekarang!” Sari berkomentar sambil tersenyum lebar.
“Bisa jadi! Siapa sangka bakatku sebagai tukang ojek bisa jadi jalan menuju ketenaran!” Iyan menjawab sambil berpura-pura berpose seperti bintang film.
Joko mendekat dengan mic di tangannya. “Baiklah, para pemirsa! Selamat datang di penampilan spesial Iyan! Siap untuk acara selanjutnya?” Dia berteriak seolah-olah sedang di atas panggung.
“Joko, ini bukan acara TV! Santai saja!” Mira menunduk sambil tertawa.
Setelah kelas berakhir, Iyan memutuskan untuk mengunjungi ibunya dan membagikan berita gembira. “Bu! Kami berhasil mengumpulkan banyak uang! Semua kerja keras kita tidak sia-sia!”
Ibunya tersenyum bangga. “Ibu yakin kamu bisa melakukannya, Nak. Kapan kita akan mulai membayar hutang-hutang itu?”
“Mungkin kita bisa pergi ke bank dan berbicara tentang cara pembayaran,” kata Iyan sambil berpikir.
Namun, saat dia merencanakan rencana berikutnya, tiba-tiba sistem di kepalanya mengingatkannya. “Iyan, ingat! Hari ini adalah hari ulang tahunmu juga!”
“Hah? Ulang tahun? Benarkah?” Iyan merasa seolah disiram air dingin.
“Ya, dan ini adalah waktu yang tepat untuk merayakannya! Sekarang saatnya untuk mendapatkan hadiah spesial dari sistem!”
Ketika mendengar itu, Iyan teringat semua yang telah dilalui, dan berpikir, “Tapi aku tidak punya rencana ulang tahun.”
“Tidak masalah! Mari kita buat rencana sekarang! Ajak teman-temanmu!” suara sistem menambahkan semangat.
Iyan segera pergi ke sekolah dan menghampiri teman-temannya. “Eh, teman-teman! Jadi, aku baru ingat ini adalah ulang tahunku! Kita harus merayakannya!”
“Ulang tahun? Kenapa tidak kamu sebut-sebut sebelumnya?” Udin berkedip bingung.
“Ayo, kita pasti bisa membuat pesta kejutan!” kata Mira dengan antusias.
Sari menambahkan, “Bagaimana kalau kita buat kue sendiri di dapur sekolah? Penuh dengan berbagai rasa!”
“Eh, siapa yang bisa masak?” tanya Encep sambil menggaruk kepala.
“Tenang! Kita bisa belajar masak bersama-sama!” Iyan menjawab seraya tersenyum. “Ini akan jadi pengalaman seru!”
Dengan cepat, mereka mulai berencana dengan mengatur catatan resep dan mempersiapkan bahan-bahan. Di dapur sekolah, semua jadi kacau balau. “Kita seperti tim dapur bencana!” Joko tertawa sambil menggenggam sendok.
“Kalau terjadi bencana, harus ada yang tim SAR dulu di sini!” Encep merespons dengan canda.
Satu jam kemudian, bau harum kue memenuhi dapur, dan Iyan merasa tidak sabar menanti hasilnya. “Kue ini pasti enak! Atau bisa jadi cakenya yang hancur!” Ia pun tertawa.
Setelah selesai membuat kue, mereka merencanakan untuk memberikan kue kepada Iyan di kantin saat waktu makan siang. Setiap orang sudah bersiap dengan raut wajah penuh harap.
Saat waktunya tiba, Iyan masuk ke kantin tanpa menduga apa pun. Ketika semua teman-temannya mulai meneriakkan, “Selamat ulang tahun, Iyan!”, Iyan merasa sangat terharu dan tak percaya.
“WOW! Ini luar biasa! Terima kasih, teman-teman!” Iyan berkata sambil mengusap air mata bahagia.
Teman-teman menyanyikan lagu dan sebelum dia bisa membalas, mereka sudah menyodorkan kue siap saji dengan lilin menyala. “Kini saatnya, buat harapan!” katanya dalam hati sambil meniup lilin.
“Semoga hanya satu harapan agar kita bisa terus bersenang-senang bersama!” Iyan berharap.
“Berangkat kita semua! Mari kita nikmati kue karya bencana ini!” Sari berteriak, membuat semua orang tertawa.
Saat mereka menikmati kue, Iyan merasa bahwa hari itu adalah hari yang paling spesial.
Bersambung..