BUKAN YANG PERTAMA

🌷Happy Reading🌷

Nafas mereka bertiga ngos-ngosan karena berlari dari samping gedung ke arah mobil. Tanpa menunggu lama lagi, mereka langsung saja masuk kedalam mobil. Rahendra melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Batu yang menghalangi akan ia terobos membuat sisi samping kiri dan kanan mobil mengalami lecet akibat tergores ranting pohon yang condong ke bawah.

10 menit kemudian akhirnya mobil itu telah keluar dari area hutan, tatapan rahendra begitu tajam menyorot mobil yang berada di depan. Mobil itu adalah mobil yang membawa clarissa.

Rahendra sengaja mengikuti dari jarak jauh, saat berada di jalanan yang sangat sepi. Rahendra langsung menyalip dan menghadang mobil clarissa, membuat si sopir harus menggerem mendadak.

"Tolol!! Bisa nyetir nggak sih?" Bentak clarissa yang terbangun dari tidurnya.

"Anu nona, di depan ada mobil yang menghadang." Ucap sopir itu terbata-bata.

Clarissa langsung menegak kan tubuhnya, tanpa menunggu lama lagi ia langsung keluar dari mobil.

"Keluar!!" Bentak clarissa.

Rahendra, mbak dania, dan ayunda langsung keluar dari mobil, seketika raut wajah clarissa berubah menjadi terkejut bukan main.

"Kauu!!" Jari telunjuk wanita itu mengacung ke arah ayunda, wajahnya berubah menjadi sinis.

"Iya ini aku, kenapa? Terkejut?" Seringai ayunda.

"Terkejut? Nggak salah dengar? Lo nggak ada kerjaan sampai-sampai harus ngehadang mobil gue kayak gini?" Tanya clarissa mengepalkan kedua tangannya.

"Aku ada kerjaan kok, kerjaan nangkap kamu." Jawab ayunda sembari melangkahkan kakinya mendekat kearah clarissa.

"Denger-denger kalian sedang mencari aku ya buat dibunuh? Hmm sayangnya nggak semudah itu untuk membunuhku"

"Liat aja nanti, gue pastiin lo ayunda dan kedua teman lo ini bakalan membusuk bersamaan dengan jasadnya dewangga, si pengkhianat. Cuih." Clarissa meludah kearah samping sembari tersenyum mengejek.

"Aku atau kamu?" Tanya ayunda santai walupun di dalam hatinya memaki-maki clarissa.

Bughh!!

Tanpa aba-aba clarissa langsung menendang perut ayunda, ayunda yang belum siap langsung termundur sembari memegang perutnya yang ngilu.

Ayunda tak mau kalah, ia juga memukul hidung clarissa hingga berdarah.

Bughh

"Arkhh"

Diam-diam rahendra menyelinap masuk kedalam mobil. Sopir yang tak mengetahui keberadaan rahendra langsung terkejut saat menyadari keberadaan orang asing dibelakangnya.

Bughh

Bughh

Dua kali pukulan menghantam tengkuk serta kepala si sopir, membuat pria itu terkulai lemas.

Rahendra membuka pintu mobil, menyeret tubuh sopir itu kearah semak-semak dan meletakannya begitu saja di sana. Sebelum pergi, tak lupa rahendra memeriksa tangan si sopir yang ternyata masih hidup.

Kembali ke ayunda dan clarissa, pertarungan sengit terjadi. Keduanya sama-sama imbang, clarissa maupun ayunda belum ada yang mau mengakhiri pertarungan ini.

Clarissa menatap benci kearah ayunda, wanita itu memegang perutnya yang sudah membuncit. Menjaga-jaga agar sang buah hati tak terkena tendangan atau tinjuan ayunda.

Bughh!!

Clarissa lengah, ayunda tak membuah kesempatan itu. Dengan kasar, ia memukul kepala clarissa membuat wanita itu terhuyung ke belakang.

Diam-diam clarissa mengeluarkan pisau lipat dibalik kemejanya, wanita itu berlari kearah ayunda. Ayunda yang tak menyadari akhirnya terkena tusukan diarea lengan. Darah mengalir deras membasahi jalanan raya.

"Sshh" Ringin ayunda yang merasakan perih.

Mbak dania yang sedari tadi berdiri di sisi mobil langsung berlari menerjang perut clarissa, membuat wanita itu menjerit kesakitan.

Namun, mbak dania tak perduli dengan teriakan kesakitan itu. Ia berlari sembari membawa belati di tangan kirinya, menghunuskan belati tajam itu tepat di betis clarissa.

"Arghhh!!"

"Arrghhh mas edwarddd!!!" Pekik clarissa menahan sakit.

Mbak dania langsung menarik tangan clarissa masuk kedalam mobil mereka. Sedangkan rahendra dibuat panik dengan darah dilengan ayunda yang semakin banyak keluar, lelaki itu langsung memapah ayunda membawanya masuk kedalam mobil.

Mobil itu melaju kencang dijalanan, rahendra mengambil jalan pintas yang membuat mereka cepat sampai didepan rumah yang sengaja dibeli oleh mbak dania dua hari lalu, rumah yang cukup sepi.

Clarissa sudah pingsan karena tidak kuat menahan sakit diarea paha serta perutnya, darah semakin banyak merembes keluar. Mbak dania maupun rahendra tak merasa kasihan sama sekali, seolah hati mereka mengatakan jika hal ini wajar.

Mobil dimasukan oleh rahendra kedalam garasi. Mbak dania turun, memapah ayunda memasuki rumah, sedangkan rahendra menganggkat clarissa bagaikan karung goni. Meletakan wanita itu di gudang sembari mengikat kedua tangan dan kakinya.

Rahendra keluar, ia masuk kedalam rumah menumi mbak dania yang ternyata sedang mengobati ayunda.

Luka yang didapat ayunda untungnya tak terlalu dalam, mbak dania mencuci luka ditangan ayunda menggunakan air bersih. Tak lupa menekan luka dengan kain kasa, setelah selesai barulah menutupnya menggunakan perban.

"Clarissa udah sadar?" Tanya ayunda.

"Mungkin sekarang udah sadar." Jawab rahendra.

"Ayo kita lihat."

Mereka bertiga berjalan memasuki gudang yang kotor, debu berterbangan di mana-mana. Diatas kursi, clarissa sedang terikat, wanita itu merintih kesakitan.

"Lepasin gue." Teriaknya keras.

Ayunda berjalan mendekat, ia mencondongkan badannya kearah clarissa. Menatap wanita itu dengan dalam.

"Cuihh." Clarissa meludahi wajah ayunda, membuat ayunda mengelap ludah itu dengan kasar.

Plakk!!

Plakk!!

"Najis tolol!!" Bentak ayunda tak terima, ia menampar kedua pipi clarissa.

Mbak dania maju, wanita itu menarik belati dengan kasar. Seketika darah menyebur membasahi baju mbak dania.

"Sekarang jawab pertanyaanku, apa maksudmu mengatai papaku pengkhianat?" Tanya ayunda pelan.

Clarissa bungkam, wanita itu tak mau membuka mulutnya.

"Jawabb!!" Sentak ayunda keras.

Crass!!

Tanpa belas kasihan, ayunda menggores pipi clarissa menggunakan belati yang ia ambil dari mbak dania.

"AARGHH SAKITTT!!" Teriak clarissa, air matanya menetes menahan sakit.

"Ini belum seberapa sama yang dilakuin papa kamu dan teman-teman biadapnya itu." Ujar ayunda pelan.

"Masih nggak mau buka mulut?" Tanya ayunda lagi sembari menekan belati itu yang semakin dalam masuk kedalam daging pipi.

"Oke-oke gue bakalan kasi tau." Jawab clarissa yang tak bisa lagi menahan rasa sakit di pipinya.

"19 tahun yang lalu, om dewangga dan papa berteman baik bahkan memiliki bisnis yang sama. Hingga suatu hari, om dewangga bertemu dengan seorang wanita cantik bernama melani wiratama, ia jatuh cinta. Namun tuan gibran tidak merestui hubungan mereka, om dewangga kawin lari." Ucap clarissa.

Ayunda menyipitkan matanya, cerita dari clarissa belum bisa menjawab semua teka-teki yang membuat dirinya penasaran.

"Udah kan? Lepasin gue sekarang." Melas clarissa.

"Kamu berharap dilepasin? Mimpi." ucap Ayunda yang langsung pergi dari sana diikuti oleh rahendra dan mbak dania.